Perginya Pengarsip Musik Indonesia
Salah satu kelemahan orang Indonesia adalah lupa mengarsip, kita lebih sering menyimpan kenangan di kepala sambil menurunkannya dari mulut ke mulut. Mengarsip bukan pekerjaan yang diminati banyak orang di Indonesia, bukan pula kebiasaan yang sering dilakukan seperti mengobrol dan berbagi cerita.
Dari sedikit orang yang rajin mengarsip tersebutlah nama Hamdan Syukri atau yang lebih dikenal sebagai Denny Sakrie. Pria kelahiran Maluku dan pernah besar di Makassar ini adalah pria keras kepala yang mendedikasikan banyak waktu dalam hidupnya untuk mengarsipkan cerita musik, bukan hanya gemerlap musik luar negeri tapi yang lebih penting adalah gemerlap musik tanah air.
Sejak tahun 70an, Denny sudah akrab dengan musik bahkan sudah mulai menulis tentang musik. Kelak perhatiannya kepada musik makin menjadi-jadi ketika dia mulai bersentuhan dengan dunia radio yang tentu saja akrab dengan dunia musik. Sejak itulah perlahan namanya tenar sebagai pengamat musik.
Dalam dunia musik yang gemerlap dan hingar-bingar, posisi seorang pengamat mungkin seperti sebuah pentil di mobil, kecil dan terlupakan. Tapi tanpa pentil, mobil sekeren apapun tak akan ada gunanya bukan? Begitu juga dengan pengamat musik, apalagi sekelas Denny Sakrie. Dia mungkin tidak setenar para penyanyi bermake-up tebal itu, atau para musisi dengan dandanan mentereng itu, tapi bagaimanapun kehadiran Denny Sakrie tetap penting sebagai bagian dalam sebuah perkembangan dunia musik.
Denny Sakrie dengan ketekunan luar biasa menyimpan arsip-arsip musik melewati beberapa dekade, termasuk banyak arsip penting musik Indonesia. Denny juga rajin menulis, tentu saja menulis tentang musik dan para pelakunya. Di blog pribadinya selalu saja ada tulisan panjang yang berisi catatan sejarah musik dunia dan musik Indonesia, bahkan 1 hari sebelum kepergiannya dia masih sempat memuat 2 postingan panjang.
Di twitterpun Denny bukan orang yang pelit membagi ilmu, pengetahuan dan kenangannya tentang musik. Saya masih ingat suatu hari dia pernah jadi korban bully massal dari para fans berat Agnes Monica sesaat setelah dia mempertanyakan kualitas Agnes yang (kala itu) mempersiapkan diri untuk go international. Caci maki kepada Denny sangat keras waktu itu, bahkan dimuat dalam bahasa yang saya sendiri tidak tega melihatnya. Maklumlah, para penyerangnya adalah anak-anak yang mungkin saja bulu kelaminnya belum subur, anak-anak yang tidak tahu kapasitas seorang Denny Sakrie.
Kepergian Denny yang tiba-tiba di tanggal 3 Januari 2015 adalah sebuah kehilangan besar bagi publik musik di Indonesia. Sulit mencari orang seperti dia yang rajin mengarsip beragam data dan kenangan tentang musik, apalagi musik Indonesia. Kepergian Denny Sakrie berarti kehilangan bagi semua pemerhati musik di Indonesia.
Selamat jalan om Denny, semoga kamu tenang di sana, damai mendengarkan musik yang kamu suka. [dG]
turut berduka cita.