Semua Akan K-Pop Pada Waktunya
Dari awalnya cuma tahu, lalu mulai mendengarkan, hingga akhirnya jadi cukup menyukai lagu-lagu Blackpink. Ternyata saya salah satu korban demam K-Pop.
“Mau semetal apapun bapaknya, anaknya tetap akan jadi penggemar K-Pop,” kata Khemod, drummer Seringai di sebuah podcast. Kalimat itu keluar ketika mereka mengobrolkan tentang awal perkenalan dengan musik. Dari obrolan tentang masa muda mereka, berakhir pada obrolan tentang musik anak-anak zaman now. Dan keluarlah kalimat seperti di atas.
K-Pop memang jadi fenomena mendunia beberapa tahun belakangan ini. Saking fenomenalnya, sampai kiblat musik dunia seperti Amerika Serikat pun sampai “tunduk”. Negara yang selama ini begitu pongah menobatkan diri mereka sebagai kiblat musik dunia, tempat awal buat siapapun yang ingin menguasai kancah musik dunia ternyata harus menerima invasi besar-besaran dari Korea Selatan.
Invasi seperti ini memang bukan pertama kalinya menimpa Amerika Serikat. Puluhan tahun lalu, sebuah kuartet dari Liverpool, Inggris juga pernah menginvasi Amerika Serikat. Kuartet bernama Beatles itu sampai berhasil membuat orang Amerika Serikat tergila-gila. Sesuatu yang agak tidak biasa pada negara yang selalu menganggap diri mereka – dan semua produknya – adalah yang terbaik di dunia.
Menjadi korban invasi Inggris mungkin masih bisa diterima, toh Inggris juga bukan negara biasa dalam peta musik dunia. Mereka hanya kalah di media, tapi tidak di kualitas musik.
Invasi Dari Asia
Tapi, menjadi korban invasi dari Asia tentu ceritanya berbeda. Secara umum, Asia tidak dianggap setara dengan AS – atau Inggris – dari sisi industri musik. Asia selama ini hanya penikmat, tidak banyak atau bisa dibilang tidak ada musisi Asia yang bisa menembus industri musik AS yang kerap dianggap kiblat musik dunia itu.
Itu sebelum badai K-Pop melanda.
BTS dan Blackpink jadi motor utama invasi K-Pop ke tanah AS. Keduanya berhasil menegakkan bendera K-Pop di atas tanah AS yang selama ini seperti sulit dijangkau artis-artis Asia. Amerika seperti penutup dari rangkaian badai yang sebelumnya sudah menjangkau banyak negara.
Pertama pastilah Asia sebagai sesama negara di benua yang sama. Lalu pelan-pelan meluas ke negara lain sebelum masuk ke Amerika. Jutaan orang mendengarkan beragam lagu dari artis K-Pop, secara sadar dan tidak sadar menjadi penikmat K-Pop, bahkan menjadi sangat antusias.
Akhirnya Menikmati
Saya pun pada akhirnya menjadi penikmat juga, minimal pendengar. Awalnya karena ketika iseng memutar lagu-lagu Blackpink saat jeda pelatihan. Bingung mau memutar lagu apa yang terdengar kekinian, akhirnya saya memilih dengan acak lagu-lagu Blackpink. Terus terang saya hanya tahu dua grup K-Pop, Blackpink dan BTS. Karena saya cowok, saya lebih memilih Blackpink, tentu karena mereka perempuan.
Dari iseng itu, lama-lama koq kayak enak juga ya? Mulailah saya mendengarkan lagu-lagu Blackpink di luar pelatihan, biasanya di saat-saat santai di rumah. Dan ternyata lama-lama saya suka juga. Satu per satu lagu-lagu Blackpink saya dengarkan, tapi memang lebih spesifik ke lagu-lagu yang terkenal saja seperti Pink Venom, Boombayah, Dudududu, Shutdown, Whistle, dan lain-lain. Tidak terlalu mengulik, tapi setidaknya saat ini menjadikan lagu Blackpink sebagai lagu pengangat mood, utamanya di pagi hari.
Apanya yang Enak?
Sambil mendengarkan Blackpink saya jadi bertanya-tanya, apa yang membuat lagu-lagunya bisa saya nikmati ya? Bayangan saya melayang ke puluhan tahun lalu ketika juga menyukai lagu-lagu dari boyband atau girlband zaman itu. Iya, saya dulu juga menggemari lagu-lagu dari Backstreetboys, Take That, Boyzone, Spice Girls, atau bahkan yang lebih tua New Kids On The Block.
Lalu, apa yang membedakan antara K-Pop dan boyband/girlband zaman dulu?
Dari sisi musikalitas sepertinya tidak berbeda jauh. Formatnya sama, empat atau lebih orang menyanyi dengan karakter vokal berbeda-beda, dengan musik up beat, lalu ditambah dengan rap, dan tentu saja tarian. Tidak ada yang benar-benar berbeda.
Makanya saya heran, kenapa K-Pop bisa benar-benar seperti badai ya? Apakah karena momentumnya? Atau ada sebab lain?
Satu hal yang saya tahu adalah kehadiran K-Pop memang bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi sudah dipersiapkan sejak puluhan tahun lalu. Infrastruktur sudah dibangun sedemikian rupa, disiapkan dengan sangat detail, dan tentu saja didukung beragam pihak termasuk pemerintah, sampai akhirnya, boom! Meledak di seluruh dunia. Setidaknya hanya itu yang saya tahu.
*****
Apapun itu, setidaknya kita semua harus mengakui kalau badai K-Pop memang sedang melanda dunia, dan bahkan bisa menginvasi pusatnya musik dunia bernama Amerika Seriakt itu. Kalau selama ini AS yang menginvasi negara-negara lain dengan musiknya, maka sekarang kebalikannya. Artis-artis besar AS pun sampai rela berkolaborasi dengan artis K-Pop, tanpa merasa harus lebih di atas mereka.
Sampai kapan badai ini akan melanda? Entahlah, kita lihat saja. [dG]