Mengunjungi Bukit Sang Jenderal

Danau Sentani dari Bukit MacArthur
Danau Sentani dari Bukit MacArthur

Jenderal besar dalam perang Pasifik, Jenderal Douglas MacArthur pernah menginjakkan kakinya di tanah Papua. Bekas markasnya sekarang jadi tempat yang banyak dikunjungi orang karena keindahan alamnya.

Sore menjelang, matahari sedikit tersaput awan. Kami baru saja menyelesaikan pekerjaan di kampung Ayapo di Danau Sentani, tanggung kalau langsung balik. Karena sudah berada di daerah Sentani, Jeni yang jadi tuan rumah meminta pak supir menuju Bukit MacArthur. Pada kunjungan pertama ke Jayapura dulu saya tidak sempat masuk ke daerah Bukit MacArthur karena pagar yang sudah tertutup menjelang malam. Kesempatan kali ini tentu saja saya sambut gembira.

Dari jalan poros Sentani-Jayapura kami berbelok ke kiri menuju Ifar Gunung, jalanan mendaki dan berkelok-kelok. Di sebelah kiri pegunungan Cyclops berdiri tegak dengan warna hijau dari pepohonan dan rerumputan, di puncaknya awan putih bergelayut. Di sebelah kanan jurang dalam menganga, tapi tidak terlalu menakutkan karena jalanan yang lebar. Sebaliknya, jurang itu menunjukkan kepada kami betapa indahnya Danau Sentani di bawah sana.

15 menit menyusuri jalan menanjak dan berkelok kami akhirnya tiba di depan gerbang, sebuah pos penjagaan militer dengan hiasan pohon natal dan sinterklas berada di sisi kanan jalan. Kami harus melapor dan menitipkan KTP karena kawasan Bukit MacArthur memang berada dalam kawasan Kodam XVII Cenderawasih.

Hubungan antara Bukit MacArthur dengan militer memang sangat erat, nama MacArthur diambil dari nama Jenderal perang dunia II Douglas MacArthur. Sang Jenderal asal Amerika Serikat ini sempat terpukul dari Pearl Harbour akibat serangan tiba-tiba tentara Jepang. Dari Pearl Harbour, Jenderal Douglas MacArthur sempat mampir di Filipina sebelum melanjutkan perjalanan ke Melbourne. Di Manila dia sempat mengeluarkan kalimat yang terkenal sampai sekarang “I Shall Return!”.

Dalam kisaran April sampai Juli tahun 1944 Jenderal MacArthur kembali ke tanah Papua dalam rangka usaha memukul mundur tentara Jepang. Mereka mendarat pertama kali di teluk Humboldt (sekarang teluk Hamadi) sebelum secara perlahan bergerak menuju Sentani. Di Bukit MacArthurlah sang Jenderal bermukim untuk sementara sambil mempersiapkan pasukannya.

Dari Bukit MacArthur kita bisa melihat suasan di Danau Sentani

Hal ini bisa dipahami karena letak Bukit MacArthur yang berada di ketinggian sehingga mudah untuk melihat suasana sekeliling termasuk pergerakan musuh. Dari bukit itu juga Jenderal MacArthur bisa mengamati persiapan latihan pendaratan pesawat amphibinya di atas Danau Sentani.

Di kawasan Bukit MacArthur ada satu bangunan kecil yang berisi informasi tentang aktifitas sang Jenderal selama berada di Papua. Sayangnya bangunan ini seperti tidak terurus, dibiarkan begitu saja sehingga semua informasi dalam bentuk foto dan penjelasan singkat terlihat berdebu. Di satu sisi yang lain sebuah monumen berwarna hitam dan kuning berdiri tegak dengan kalimat penjelasan tentang Bukit MacArthur. Tidak seperti bangunan informasi yang tadi, monumen ini terlihat bersih dan terawat.

Bagian lain dari Bukit MacArthur juga sama, terlihat bersih dan terawat. Suasana nyaman itu menyempurnakan pemandangan luar biasa yang dengan segera bisa dinikmati dari Bukit MacArthur. Di kejauhan Danau Sentani terhampar luas dengan perbukitan hijau di sisinya dan pulau-pulau kecil di atasnya. Di sebelahnya bandara Sentani juga terlihat jelas, sesekali pesawat besar dan kecil bisa terlihat jelas sedang mendarat. Awan tebal di atas bandara Sentani tertembus sinar matahari sore, memberi efek yang sulit diceritakan.

Pengunjung bisa berjalan ke bagian depan bukit, keluar dari pagar yang mengelilingi kawasan Bukit MacArthur. Di bukit bagian depan pemandangan akan lebih menakjubkan lagi, kita akan terasa lebih dekat dengan semua keindahan alam tanah Papua. Di belakang pegunungan Cyclops berdiri tegak dengan awan putih bergelayut di puncaknya. Benar-benar goresan alam yang membuai.

Matahari menerobos awan

Kami menghabiskan waktu yang cukup lama di sana, selain sibuk merekam keindahan alam dengan kamera saya juga lebih banyak duduk diam menikmati semua keindahan yang ada di depan mata. Papua memang luar biasa, alamnya adalah pertanda kebesaran Tuhan. Setiap inci tanah Papua adalah pertunjukan kebesaran Tuhan yang tiada bandingannya.

Sentani yang damai ada tepat di depan Bukit MacArthur

Saya membayangkan suatu saat yang lalu Jenderal Douglas MacArthur berdiri tepat di tempat saya berdiri, menatap Danau Sentani dan pasukannya yang sedang berlatih. Saya yakin, dalam hatinya dia pernah mengakui keindahan tanah Papua. [dG]