Mengingat Kembali Musik 80an


Mencoba mengingat kembali perjalanan musik dunia dan Indonesia di dekade 80an.


Dekade 80an buat saya cukup berkesan. Saya memang produk 70an akhir, dan itu berarti dekade 80an adalah awal saya lebih banyak mengenal dunia. Awal saya mengenal yang namanya sepakbola, melihat pria-pria dewasa bermain bola dengan kaus ketat dan celana yang sangat pendek jauh di atas lutut, bahkan ada yang menggunakan headband. Sebagian juga memelihara kumis yang sepertinya memang sedang populer di dekade itu. Dan oh, jangan lupa rambut keriting.

Dekade 80an juga membuat saya akrab dengan nama-nama seperti Ronald Reagen, Mikail Gorbachev, Margaret Tatcher, Francois Mitterand, Helmut Kohl, dan Yasser Arafat. Masa ketika saya begitu bersemangat mencari tahu tentang perang Iran-Irak, tentang panasnya hubungan Arab dan Israel, serta akhir perang dingin Amerika-Uni Sovyet. Ternyata sedari kecil saya sudah cukup mengamati perkembangan politik dunia ya?

Hal lain yang berkesan adalah musik. Dekade 80an adalah awal perkenalan saya dengan musik. Di dekade inilah saya mulai sering mendengarkan musik, utamanya musik-musik yang sedang top saat itu. Baik musik dari dalam maupun dari luar negeri.

Aliran New Wave

Di kamar seorang om, adik dari almarhum Bapak, saya mengenal Duran Duran dan Wham! Dua kelompok musik yang memang sedang berjaya di dekade 1980an. Meski saya tidak terlalu mengerti musiknya (dan tidak tahu lagunya), tapi saya kerap mendengarkan lagu-lagu mereka. Lagu yang menurut saya cukup menyenangkan.

Tahun 1980an memang dikenal sebagai era baru dari perkembangan musik dunia. Dekade ini ditandai oleh makin maraknya penggunaan teknologi dalam proses penciptaan dan rekaman. Teknologi semakin maju dan ekonomi mengalami grafik yang sedang memuncak sehingga orang semakin mudah mendapatkan teknologi-teknologi terbaru. Termasuk untuk musik.

Dekade 80an ditandai dengan semakin maraknya penggunaan synthesizer untuk menciptakan lagu. Secara sederhana, synthesizer ini adalah perangkat audio digital yang bisa digunakan untuk menciptakan musik. Salah satunya diterapkan pada perangkat keyboard. Dengan satu alat saja, kita sudah bisa menghasilkan begitu banyak suara. Penggunannya sangat marak di dekade 80an, termasuk oleh beberapa artis besar seperti Duran Duran, Wham!, Depeche Mode, bahkan Michael Jackson dan Madonna.

Musik yang paling mudah dikenali di dekade ini adalah musik yang sedikit mendekati musik disko. Berirama cukup cepat dan ritmis yang bisa menggoda kita untuk minimal menggoyangkan kaki. Kalau di masa sebelumnya musik diskoseperti ini harus menggunakan alat-alat musik yang cukup banyak, maka karena perkembangan teknologi maka di dekade 80an cukup dengan alat-alat synthesizer yang lebih ringan pemusik sudah bisa menciptakan musik disko yang enak didengar.

Dalam dekade ini, Michael Jackson seperti memperkuat diri di puncak tahta King of Pop dengan penjualan album Thriller (1983) sebanyak 25 juta kopi sepanjang dekade 1980an. Di sektor penyanyi perempuan, nama Madonna menjadi ratunya. Album True Bule (rilis 1986) menjadi album penyanyi wanita paling laris di tahun 1980an. Sama seperti Michael Jackson, Madonna juga banyak membawakan hits yang bernada cepat mendekati musik disko.


Sang raja pop, Michael Jackson di dekade 80an

Meski musik pop menjadi musik yang paling populer di dekade 80an, namun genre musik lain juga tetap punya catatan khusus. Salah satunya adalah musik rock. Di dekade 80an, era glam rock meraih puncak popularitasnya. Genre ini ditandai dengan musisi rock yang mendapatkan pengaruh besar dari musik pop. Tidak melulu bernada keras seperti musik heavy metal. Para musisi glam rock biasanya menandai penampilan mereka dengan celana kulit ketat, baju ketat, ikat kepala, dan make up di wajah. Di era ini band-band yang paling terkenal adalah AC/DC, Kiss, Motley Crue, Bon Jovi, Cinderella, Scorpions, Europe, Def Leppard, dan beberapa nama lainnya.


Tampilan musisi glam rock tahun 80an

Menjelang akhir 80an muncul nama Metallica yang mengusung musik heavy metal dan meraih popularitas dalam skala besar. Menyusul kemudian band Guns N’ Roses yang seperti sedang bersiap-siap menerjang ke puncak.

Khusus untuk musik rock, saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya di dekade 80an. Tidak ada orang di keluarga saya yang menyukai musik rock 80an. Bapak masih lebih sering memutar musik-musik rock dari dekade sebelumnya.

Musik 80an Dalam Negeri.

“Dekade 80an itu panggungnya para vokalis solo, kalau 90an band,” kata Erwin Gutawa dalam sebuah wawancara di YouTube. Ucapannya itu merujuk pada nama-nama vokalis solo yang sedang naik daun di kancah musik 80an dalam negeri.

Ada nama seperti Fariz RM, Chrisye, Oddie Agam, Mus Mujiono, Obbie Messakh, Deddy Dhukun, Dian Pramana Putra, Nicky Astria, January Christie, dan banyak lagi. Nama vokalis solo lebih mendominasi musik tanah air dibanding nama-nama band.


Fariz RM, salah satu musisi paling populer di dekade 80an

Sebagian besar penyanyi yang populer itu juga berasal dari genre musik pop yang mirip musik disko. Penggunaan synthesizer juga sudah mulai jamak digunakan musisi Indonesia. Simak saja lagu-lagu dari Fariz RM, Duo D, sampai Oddie Agam. Sangat terasa bagaimana musik mereka juga dipengaruhi penyanyi Amerika yang sedang tren saat itu. Bahkan penyanyi besar seperti Iwan Fals pun menciptakan lagu yang iramanya mendekati musik pop disko berjudul Buku Ini Aku Pinjam. Sedikit keluar dari kebiasaannya membawakan lagu yang lebih dekat ke musik country.

Namun, menurut Erwin Gutawa, dekade 80an juga seperti penanda populernya musik jazz di tanah air. Di masa itu penyanyi yang membawakan genre musik jazz mulai dapat diterima secara luas. Sebut saja nama January Christie dan Mus Mujiono. Di era ini, sedikit band yang populer seperti Krakatau , Karimata dan Halmahera juga membawakan musik-musik yang dekat dengan genre jazz. Belakangan, musik jazz fusion ini disebut pop kreatif untuk membedakannya dengan pop menye-menye yang juga populer di dekade 80an.

Almarhum Denny Sakrie pernah mengatakan bahwa dekade 80an adalah dekade terbaik dalam perjalanan musik Indonesia. Menurutnya, di dekade itu pemusik masih punya kekuatan besar melawan kuasa label sehingga mereka bisa mengembangkan kreativitas dan idealisme mereka sendiri. Selain itu, proses bermusik di dekade itu meski sudah dibantu teknologi tapi tetap mengutamakan kemampuan bermusik dan bernyanyi. Suara yang tidak bagus belum bisa dipermak habis-habisan di studio rekaman. Jadi terkadang untuk mendapatkan suara yang sangat bagus, seorang penyanyi perlu melakukan take berulang-ulang.

Di masa ini, suara masih jadi patokan utama untuk seorang penyanyi. Wajah masih jadi pertimbangan kesekian. Kalau menyimak masa itu, ada beberapa penyanyi (perempuan dan laki-laki) yang secara tampilan terlihat biasa saja dan sepertinya tidak akan bisa menembus dapur rekaman bila mereka melakukannya di zaman sekarang.

Khusus untuk musik rock, jangkauan nada yang tinggi juga sangat dibutuhkan. Simak saja suara lady rocker 80an seperi Nicky Astria atau Mel Shandy. Jangkauan nada mereka luar biasa. Seperti yang sedang laku di luar, di Indonesia pun musik bergenre glam rock dan heavy metal juga ikut naik daun.

Dekade 80an juga ditandai dengan sebuah kejadian luar biasa ketika pemerintah Orde Baru melarang peredaran lagu-lagu yang dikategorikan sebagai “lagu cengeng”. Dua penyanyi yang paling terkenal sebagai pembawa “lagu cengeng” adalah Betharia Sonata dan Nia Daniati dan pencipta lagunya adalah Rinto Harahap. Pemerintah lewat Menteri Penerangan Harmoko menganggap, semangat bekerja rakyat dalam pembangunan tidak akan berhasil apabila mata acara TVRI banyak diwarnai lagu yang disebutnya sebagai “ratapan patah semangat berselera rendah, keretakan rumah tangga, atau hal-hal cengeng.”


Betharia Sonata, salah satu pelantun musik cengeng di tahun 80an

Menjelang akhir dekade 80an, muncul trio yang bisa dibilang pelopor boyband di Indonesia. Trio (alm) Yanni, Edwin, dan Roni Sianturi muncul di tahun 1989 dengan album Gadisku. Lagu yang berirama disko dengan penampilan memukau trio lelaki tampan (di zamannya) ini membuat Trio Libels dengan cepat menjadi populer. Trio Libels seperti membuka pintu untuk junior-junior mereka seperti ME, Lingua, Coboy dan banyak lagi untuk muncul di dekade selanjutnya.


Trio Libels di album pertama mereka

*****

Dalam sisi musik, buat saya dekade 80an adalah dekade yang sangat berarti. Ada banyak lompatan dalam dunia musik yang dimulai di dekade ini. Pengaruh teknologi sangat terasa sehingga membuat banyak musisi menjadi semakin kreatif dalam mengeksplorasi musik mereka sekaligus menciptakan bunyi-bunyian baru.

Meski begitu, kemampuan individu juga masih tetap mendapatkan tempat utama di dekade ini. Teknologi boleh semakin maju, tapi kualitas vokal dan kemampuan bermusik tetap jadi nomor satu.

Bagaimana dengan kalian? Adakah musik 80an yang kalian kenang? [dG]