Anggur dari Wales
Sepakbola ibarat panggung sandiwara yang maha luas yang tak henti-hentinya menghadirkan para bintang yang menjadi pujaan di bawah gemerlap lampu stadion. Di antara sekian banyak bintang itu, mungkin hanya sedikit yang bisa secara konstan menjaga kecemerlangan penampilannya dalam kurun waktu 10 tahun lebih. Apalagi mereka yang bisa bertahan menjadi bintang di satu klub yang sama selama hampir dua dekade.
Dari sedikit yang bisa disebutkan, Ryan Giggs termasuk salah satunya. Ryan Joseph Giggs atau terlahir dengan nama Ryan Joseph Wilson adalah sedikit dari para bintang lapangan hijau yang mampu menjaga permainan mereka selama kurun waktu hampir duapuluh tahun. Apalagi Giggs melakukannya hanya di satu klub, Manchester United.
Ryan Giggs memulai debutnya di Manchester United ketika berumur 17 tahun, di tahun 1991. Dia termasuk anak emas Sir Alex Ferguson yang lahir dan tumbuh dalam masa imperium Opa dari Skotlandia itu. Di awal-awal karirnya, Giggs mendapatkan proteksi yang sangat ketat dari sang pelatih. Dia baru boleh menemui wartawan dan diwawancarai ketika umurnya genap 19 tahun.
Ryan secara konstan menampakkan bakat yang luar biasa sebagai gelandang sayap kiri. Larinya yang kencang yang dipadu dengan skill dribbling dan insting membunuh membuatnya selalu menjadi pilihan utama squad Manchester United di masa mudanya. Beberapa orang mengatakan kalau gaya dribbling Giggs mampu mematahkan pinggang bek lawan karena cepatnya Giggs meliuk-liuk memindahkan bola dari kaki kanan ke kaki kirinya.
Bagi sebagian pemain muda Manchestet United, Giggs juga adalah seorang panutan. Tak urung seorang David Beckhampun mengakui kalau dirinya sangat mengidolakan Ryan Giggs. Giggs tak hanya piawai di lapangan hijau, kehidupannya di luar lapanganpun jauh dari kontroversi, seiring dengan sikapnya yang ramah dan tidak sombong. Giggs juga anti gosip a la selebritas. Dia memilih menjauh dari sorot lampu kamera di luar pertandingan yang dijalaninya.
Sikap Giggs ini sangat disenangi Sir Alex yang memang tak suka anak buahnya hidup a la para pesohor. Tak heran kalau Sir Alexpun sering menempatkan Giggs sebagai teladan hidup bagi para pemain muda binaannya.
Giggs ibarat minuman anggur, semakin tua, kualitasnya semakin tinggi. Musim 2008/2009, Asosiasi Pemain Profesional (AFP) menobatkan Giggs sebagai pemain terbaik Liga Inggris. Prestasi yang fenomenal di usianya yang ke-35, apalagi sepanjang karirnya baru kali inilah dia terpilih sebagai pemain terbaik di Liga Inggris, liga yang sudah diakrabinya selama hampir 20 tahun,
Ryan Giggs menorehkan berbagai sejarah di buku kehidupannya. Dia menjadi pemain dengan penampilan terbanyak untuk Manchester United , yaitu 803 kali dan masih akan bertambah. Giggs melewati rekor Sir Bobby Charlton-legenda lain MU-yang tampil sebanyak 758 kali untuk MU. Giggs juga sukses meraih 10 tropi juara liga, 4 gelar FA Cup, 2 League Cup, 2 gelar liga Champion, 1 gelar piala Toyota dan 1 gelar juara dunia antar klub. Gelar tersebut masih potensial untuk bertambah seiring kesempatan bagi MU untuk merebut 3 gelar di musim ini.
Kalau ada kekurangan dari Giggs, maka satu-satunya kekurangan tersebut adalah bahwa dia sama sekali belum pernah mencicipi rasanya berlaga di level Piala Dunia. Giggs yang berkebangsaan Wales tak pernah berhasil membawa negaranya berlaga di altar tertinggi dunia Sepakbola itu. Wales hanyalah kekuatan semenjana di Eropa dan tak pernah punya kesempatan untuk tembus ke putaran final.
Di masa mudanya, Giggs pernah mendapat lamaran dari tim nasional Inggris gara-gara darah Inggris yang mengalir di tubuhnya dari sang Ibu, namun Giggs menolak lamaran itu. Dengan segala kerendahan hati, dia lebih memilih tetap membela Wales. Selain karena rasa cintanya yang sedemikian besar pada tanah kelahiran, Giggs juga tak ingin melewatkan kesempatan bermain bersama idolanya, Ian Rush. Giggs memang sangat mengidolakan striker berhidung betet yang lama membela Liverpool itu. Pilihan Giggs kemudian membuatnya tak pernah beranjak dari bangku penonton setiap kali Piala Dunia digelar.
Tahun ini, anggur bermerek Ryan Giggs itu masih sangat lezat untuk dinikmati. Skill dan kecepatannya mungkin telah dimakan umur dan sudah jauh berkurang, namun Ryan Giggs tetaplah Ryan Giggs. Sosoknya yang tenang dan rendah hati membuat seluruh supporter Manchester United menaruh hormat yang mendalam kepadanya. Tahun depan, Giggs mungkin masih akan berada di atas panggung berlapis rumput hijau, dia mungkin masih akan tetap meliuk-liuk di antara pemain belakang lawan sebelum akhirnya mengumpan atau bahkan mencetak golnya sendiri. Giggs masih akan tetap berada di sana untuk terus menorehkan sejarah demi sejarah bagi klub yang dicintainya. Suatu saat nanti dia pasti akan resmi menjadi legenda. Legenda bagi Manchester United dan Wales.
Keep on running, Giggs…!!
Komplit mentong ulasannya! Keep post Daeng!