DEGRADASI

Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, seorang teman bertanya kepada saya : “kata-kata apa yang diucapkan pacarmu yang akan membuat kamu merasa sangat lega dan happy..?”, tadinya saya menjawab “ aku cinta padamu..?”, ternyata kata teman saya kata-kata itu masih ada yang mengalahkan. “ apa ?”, Tanya saya. Teman saya tersenyum simpul dan menjawab, “ kata-kata yang paling melegakan adalah, kak..aku haid koq.., nggak ada yang lebih melegakan dari kata-kata itu, artinya kamu nggak perlu tanggung jawab hari ini..”, dan lelucon itu bikin saya ketawa.

Oke,10 tahun lalu bila lelucon seperti itu dilemparkan kepada anak muda kita, mungkin mereka (atau mungkin kita juga) hanya akan tertawa menanggapinya. Tapi hari ini, bila lelucon dilemparkan kepada anak muda sekarang, sebagian dari mereka pasti akan menambahkan anggukan setuju dari tawa mereka. Lelucon yang sepuluh tahun lalu murni lelucon, hari ini menjadi komedi satir yang mengandung kebenaran.

Globalisasi yang jadi tema utama perkembangan umat manusia abad ini membuat dunia ini seakan-akan tanpa batas. Perkembangan teknologi yang pesat juga makin mengesahkan pameo dunia tanpa batas itu. Sayangnya tidak semua pihak mampu menyerap perkembangan modernisasi dan globalisasi ini secara positif. Berbagai dampak negatif juga sayangnya ikut diserap, bahkan kadang-kadang kadarnya jauh melebihi penyerapan atas dampak positifnya.

Anak muda yang katanya masih dalam tahap pencarian jati diri nyatanya menjadi pihak yang paling sering menyerap dampak negatif tersebut. Ambil contoh dari segi berpakaian dan pergaulan. Kita bisa bandingkan kisah 10 tahun lalu dengan kenyataan saat ini. Kata seorang ustadz, dulu para wanita muda sering memakai pakaian punya kakaknya biar lebih tertutup, tapi sekarang anak-anak muda lebih senang memakai pakaian punya adeknya, biar lebih ketat atau malah lebih terbuka. Di Makassar sendiri saya bisa melihat pergeseran nilai-nilai dalam berpakain muda-mudi tersebut. Sekarang bukan hal yang sulit untuk mendapati gadis-gadis muda memakai tank top, atau t-shirt ketat yang memperlihatkan puser dan ujung atas pakaian dalam. Istilah lokalnya PALOPO (pake lobang pocci=pake lubang puser). Bahkan kita mungkin sudah gampang mendapati gadis muda yang pakaian atasnya mirip pakaian dalam saking minimnya.

Itu baru dari segi berpakaian, sekarang kita lihat dari segi pergaulan. Beberapa waktu yang lalu kebetulan saya sempat nonton acara BULETIN MALAM di RCTI, dalam laporannya sebuah LSM di Makassar (saya lupa namanya) menyebutkan kalau 50% pelajar SMP di Makassar telah pernah melakukan hubungan sex atau yang menjurus ke hubungan sex. Dan jumlah ini makin meningkat pada level SMU dan perguruan tinggi, bahkan katanya di perguruan tinggi sudah mencapai angka 90%. Terlepas dari akurat atau tidaknya data LSM tersebut, saya kira ini adalah jumlah yang sangat mengejutkan, mengingat dulunya kota Makassar adalah kota yang dijuluki Serambi Madinah, karena ketaatan penduduknya dalam memegang ajaran Islam.

Sebenarnya saya berharap laporan LSM tersebut salah, tapi kenyataan yang saya lihat di lapangan membuat saya ragu akan harapan saya sendiri. Perubahan Makassar dari kotamadya menjadi kota Metropolitan ternyata juga membuat gaya pergaulan anak-anak mudanya naik satu level (atau malah turun ya ?). Pacaran bebas dengan gaya bermesraan di depan umum sudah bukan barang langka lagi. Beberapa lokasi yang sepi dari pantauan menjadi pilihan favorit anak-anak muda untuk mangkal dan kemudian bermesraan. Danau (atausungai ya..?) di samping GTC Tanjung Bunga misalnya, silakan anda jalan-jalan ke sana sehabis maghrib, saya yakin anda pasti akan bisa dengan mudahnya menemukan pasangan muda-mudi yang sedang bermesraan dalam kegelapan (lengkap dengan pengamennya pula, hehehe). Soal apa yang mereka lakukan, silakan ditebak sendiri.

Jalan Hertasning baru yang belum genap setahun diaspal ternyata dengan cepat menjadi pilihan sebagian muda-mudi. Lokasinya yang paling ramai adalah di jembatan dua dekat MInasa Upa. Saya bisa tahu karena ini adalah jalur saya tiap harinya, paling ramai biasanya di malam minggu. Analisa saya, lokasi ini dipilih karena relatif masih sepi dari pengguna jalan dan tentu saja karena masih gelap (lampu jalan belum terpasang). Serunya lagi, sepulang dari acara nonton bareng final Liga Champion kemarin, saya masih mendapati sepasang muda-mudi yang pacaran dekat jembatan itu, gila..!!, padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi, nggak tahu apa mereka keluarnya terlalu cepat atau pulangnya yang telat.

Jangan tanya tentang rumah-rumah kost. Hari ini semakin banyak rumah kost yang memberi keleluasaan luar biasa bagi para penghuninya. Setahu saya, barisan rumah-rumah kost makin banyak yang melonggarkan aturannya dan membiarkan terjadinya pembauran antara sosok berlawanan jenis ini. Walaupun memang masih ada juga beberapa tempat kost yang menerapkan aturan ketat soal pergaulan. Ketersediaan tempat dan waktu untuk berbuat mesum ini sekaligus melengkapi faktor-faktor lain yang menjadi penyebab makin beraninya anak muda mempraktekkan apa yang belum seharusnya mereka perbuat. Kemudahan memperoleh material pornografi lewat internet, HP dan cakram padat adalah hal lain yang juga sangat berpengaruh.

Seingat saya, masa 10-15 tahun lalu saat masih ABG, mencari material pornografi semisal video BF adalah hal yang sangat sulit. Nyari kasetnya saja sulitnya setengah mati, setelah itu nyari pemutarnya menjadi masalah kemudian. Tapi sekarang, nggak perlu susah payah, jalan-jalanlah ke pusat penjualan elektronik di jalan Gn. Latimojong, di parkiran seorang anak kecil akan mendatangi anda dan menawarkan VCD porno. Atau kalau punya koneksi internet silakan di-search, dan dalam sekejap anda bisa men-download material-material porno tanpa sensor. Bisa dibayangkan bukan bila hal ini dilakukan oleh para remaja yang masih labil dan doyan coba-coba itu ?.

Kemajuan teknologi selular yang hari ini makin lengkap rupanya juga disalah gunakan beberapa pihak. Sekarang sudah tidak terhitung berapa banyak konten pornografi yang menyebar lewat media Handphone. Entah itu material buatan luar atau malah buatan sendiri. Sekitar tahun 2001 kita dikejutkan dengan kasus Bandung Lautan Asmara, video porno buatan dalam negeri ini seolah-olah menjadi pendobrak dinding pertahanan kita. Setelah kasus tersebut mereda, perlahan-lahan konten pornografi buatan dalam negeri, entah yang berupa rekaman gambar ataupun hanya gambar diam atau foto makin merebak. Ada yang tersebar dengan sengaja namun ada pula yang tersebar secara tidak sengaja. Pemeran-pemerannya pun makin hari makin muda, kalau kasus BLA pemerannya adalah anak mahasiswa, maka beberapa kasus belakangan ini pemerannya ada yang anak SMP.

Entah negeri ini akan jadi apa nantinya, setelah berbagai persoalan menerpa para petinggi negeri dan “orang dewasa”, remajanya pun didera persoalan yang tidak kalah dahsyatnya. Masalahnya adalah, bagaimana remaja kita bisa lurus dalam bergaul kalau orangtuanya justru memberi contoh yang nggak beres. Masih segar kan dalam ingatan kita saat salah seorang anggota dewan yang terhormat ketahuan berasyik masyuk dengan wanita yang bukan istrinya ?, nah anggota dewan yang terhormat saja kelakuannya seperti itu, bagaimana dengan kita yang masyarakat biasa dan tidak terhormat..?. pokoknya masalahnya memang kompleks banget deh, jauh lebih ruwet dari jalinan rambut di kepalanya Edi Brokoli….

Teman-teman yang sudah lama mengenal saya mungkin akan menganggap saya sok suci atau malah mencibir kala membaca tulisan saya ini, but trust me man, everything will be different when you have your own child…. Saya merasa takut akan perkembangan generasi kita di masa datang, akan seperti apa model pergaulan mereka 10 tahun lagi ?, akankah lebih parah dari yang sekarang atau adakah kemungkinan akan kembali sopan minimal seperti saat saya masih ABG dulu ?.

Bos saya berkata, “ orang Indonesia suka asal meniru. Kita meniru yang jelek-jelek dari orang bule, cara berpakaian dan cara bergaul. Sementara yang bagus-bagus dari mereka seperti kedisiplinan, kerapihan ,kebersihan dan etos kerja mereka nggak kita tiru…”. Hhh…orang Indonesia memang aneh…… sudahlah, sekarang tinggal bagaimana kita menata rumah tangga kita sendiri dan menciptakan generasi muda yang terbaik bagi kita dan bangsa kita, amien…