Klub Bola yang Dulu Pernah Terkenal


Ada beberapa klub yang dulu begitu terkenal, baik di level lokal maupun internasional. Namun, perjalanan membuat nama mereka perlahan mulai hilang.


Namanya kehidupan, pasti pernah di atas pernah di bawah. Tidak terkecuali kehidupan di lapangan hijau. Selalu ada dinamika yang membuat perubahan-perubahan menjadi bagian tidak terpisahkan. Perubahan itu termasuk kesuksesan dan popularitas sebuah klub atau pemain. Ada klub dan pemain yang tidak bisa menata dan menjaga kesuksesan mereka sehingga pelan-pelan kesuksesan dan popularitas tersebut perlahan mengabur dan kemudian malah menghilang.

Dalam ingatan saya, ada beberapa klub Eropa yang dulu termasuk cukup terkenal dan sukses sampai ke level Eropa tapi saat ini namanya hanya sayup-sayup. Beberapa klub tersebut adalah:


Leed ketika diperkuat Harry Kewell dan Mark Viduka

Leeds United

Di periode dekade 1970-an, klub Leed United termasuk salah satu klub Inggris yang cukup disegani sampai level Eropa. Mereka pernah menjadi finalis UEFA Champions League (waktu itu masih bernama Piala Champion) di tahun 1974-1975. Sebelumnya mereka sudah menjadi juara Piala Winner Eropa di musim 1972-1973.

Di dalam negeri, mereka juga termasuk klub yang cukup disegani. Berkali-kali mereka menjadi pemuncak klasemen dan menjadi juara liga lokal. Terakhir mereka menjadi juara di musim 1991-1992. Sejumlah pemain yang cukup terkenal pun lahir dari rahim klub ini. Sebut saja nama-nama seperti Mark Viduka, Harry Kewell, Jack Chartlton, Gary McAllister, Rio Ferdinand, Jimmy Floyd Hasselbank, Jonathan Woodgate, dan banyak lagi.

Namun, krisis ekonomi di dekade 2000-an membuat Leeds United jatuh dari level atas klub Liga Inggris. Mereka turun ke divisi tiga dan butuh waktu 16 tahun sebelum bisa kembali ke divisi utama. Sebuah perjalanan yang menyesakkan untuk klub sebesar Leeds United.


Parma saat berada di puncak kejayaan

Parma

Di dekade 1990-an, Parma termasuk klub yang disegani di Serie A, Italia. Parma termasuk klub yang masuk ke dalam deretan Ill Sette Magnifico atau tujuh klub terkuat di Serie A. Meski belum pernah menjadi juara Serie A di periode tersebut, tapi Parma berhasil menjadi juara Coppa Italia tiga kali dalam rentang 10 tahun, dan dua kali menjadi runner up.

Di level Eropa, mereka bahkan lebih benderang lagi. Mereka juara UEFA Cup di musim 1994-95 dan 1998-99, juga juara UEFA Winner Cup di tahun 1992-93. Bukan prestasi yang abal-abal kan?

Apalagi kalau menilik nama-nama besar yang pernah dihasilkan oleh Parma. Sebut saja nama Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, Faustino Asprilla, Thomas Brolin, Enrico Chiesa, dan banyak lagi. Pokoknya di dekade 1990-an, Parma adalah salah satu penghasil bintang besar di Serie A.

Sayangnya, kesalahan manajemen keuangan membuat Parma harus menerima vonis bangkrut di tahun 2004. Vonis yang membuat mereka harus turun ke Serie C Liga Italia. Mereka butuh waktu lama sebelum akhirnya di musim 2018 Parma kembali ke kasta tempat seharusnya mereka berada.


Michael Ballack, sang jagoan Leverkusen

Bayern Leverkusen

Di awal dekade 2000-an, Bayern Leverkusen menjadi salah satu klub Jerman yang disegani di level Eropa. Di musim 2001-02, Leverkusen menembus final Liga Champion menghadapi raksasa Spanyol, Real Madrid. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-1 untuk Real Madrid sekaligus melengkapi mimpi buruk Leverkusen yang kalah di dua ajang lainnya. Mereka gagal di final DFB Pokal dan gagal menjadi juara liga.

Soal gagal menjadi juara Liga Jerman, Leverkusen memang termasuk yang paling sial. Mereka menjadi runner up tiga musim berturut-turut, sejak 1996-97 sampai musim 1999-2000. Kesialan itu terulang lagi dua tahun berikutnya di musim 2001-02. Namun, kesialan itu membuktikan kalau mereka termasuk tim yang cukup disegani. Bayern Leverkusen pun punya pemain yang waktu itu termasuk pemain terbaik. Sebut saja nama Lucio, Emerson, Ze Roberto, dan tentu saja salah satu legenda Jerman; Michael Ballack.

Sayangnya, memasuki pertengahan dekade 2000-an setelah ditinggal para bintang besarnya, Bayern Leverkusen tidak pernah lagi benar-benar menjadi klub besar Jerman. Leverkusen seperti kalah bersaing sama nama-nama seperti Bayern Muenchen, Borrusia Dortmund, bahkan Schalke 04. Terakhir kali mereka menjadi runner up Liga Jerman di musim 2010-11, dan setelahnya tidak pernah benar-benar bersinar lagi. Termasuk di level Eropa.


RCD Mallorca saat menjuarai UEFA Winner Cup

RCD Mallorca

Kembali ke dekade 1990-an sampai awal 2000-an, nama Mallorca lumayan mentereng di belakang nama besar klub Spanyol seperti Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid. Buktinya mereka pernah menjadi juara Copa del Rey di musim 2002-03 setelah sebelumnya menjadi runner up di musim 1990-91 dan 1997-98.

Di level Eropa, Mallorca juga pernah menjadi juara UEFA Winner Cup di musim 1998-99. Intinya, di akhir dekade 1990-an dan awal 2000-an, Mallorca dengan pelatih tenar seperti Hector Cuper adalah satu klub terbaik Liga Spanyol. Di rentang waktu itu juga mereka punya pemain terkenal seperti Ivan Campo, Miguel Angel Nadal, sampai nama yang paling terkenal Samuel Eto’o.

Sayangnya, masalah keuangan membuat klub ini menderita. Di musim 2016-17, Mallorca jatuh ke divisi tiga Liga Spanyol meski setahun kemudian berhasil naik ke divisi dua. Sampai musim ini, Mallorca masih betah di divisi dua sambil menunggu waktu kembali ke divisi utama.

*****

Kata orang, meraih kesuksesan lebih mudah daripada mempertahankannya. Begitu juga dengan klub-klub yang saya sebut di atas. Klub tersebut pernah menjadi klub yang cukup disegani baik di dalam maupun di luar negeri, namun ternyata mereka gagal menjaga konsistensi dari keberhasilan tersebut. Mereka gagal mempertahankan posisi sebagai klub yang disegani. Performa memburuk, berbanding lurus dengan keuangan klub yang juga memburuk. Akhirnya, nama mereka pun perlahan menghilang dari radar para penikmat sepak bola.

Begitulah, hingga saat ini nama-nama klub tersebut memang sudah tidak senyaring dulu lagi. Tapi tidak mungkin suatu hari nanti mereka bisa kembali ke kasta tempat mereka dulu begitu terkenal. Siapa tahu. [dG]