Akhir Sebuah Era
Sepertinya ini akan jadi akhir dari sebuah era, era kejayaan Cristiano Ronaldo. Qatar 2022 jadi last dance buat dia.
Peluit panjang telah dibunyikan. Pemain Maroko melonjak kegirangan, sementara pemain Portugal lemas tak bertenaga. Dua pemandangan berbeda dari satu hasil yang sama. Maroko 1, Portugal 0. Hasil yang berarti mengakhiri perjalanan Portugal di Qatar 2022. Perjalanan yang sebenarnya terlihat cukup mulus, bahkan sebelum bertemu Maroko mereka menggulung Swiss 4-1 dengan penampilan yang impresif. Sayangnya, permainan ketat Maroko membuat mereka mati kutu dan bahkan harus mengalah pada skor tipis 0-1.
Ketika semua pemain Portugal masih di lapangan, bersedih sambil memberi salam pada para pendukung mereka, seorang pria tinggi tegap berjalan menjauh, masuk ke lorong ganti dengan wajah sendu, lalu berakhir dengan isakan.
Pria itu adalah Cristiano Ronaldo, pemain paling bersinar dari Portugal. Pemain kelahiran Funchal, 5 Februari 1985. Pemain yang selama belasan tahun menjadi salah satu pemain papan atas dunia, bersaing dengan Lionel Messi. Bersaing dalam arti capaian prestasi. Selama 12 tahun, Ronaldo dan Messi bergantian meraih FIFA Balon D’or. Cristiano menang lima kali, Messi tujuh kali.
Belum pernah ada persaingan individu pesepakbola seketat ini dan selama ini dalam sejarah sepak bola.
Menurun
Awal musim 2021/2022 angin perubahan untuk kedua pemain alien ini sebenarnya sudah mulai kelihatan. Lionel Messi terpaksa meninggalkan Barcelona karena klub itu tidak sanggup membayar gajinya yang sangat tinggi. PSG, klub kaya dari Perancis bersedia membayar gaji Messi dan akhirnya ke sanalah dia berlabuh.
Cristiano yang sudah beberapa musim berlabuh di Juventus mulai merasa ini adalah saat yang tepat untuk pergi, dan rumor mengabarkan kalau dia akan kembali ke Inggris. Manchester United jadi klub yang terlihat serius mengejarnya. Kembali ke rumah, kata orang. Rumah tempat dia tumbuh dan perlahan menjadi yang terbaik di dunia.
Pada akhirnya memang Cristiano kembali ke Manchester United, kembali berbaju merah dengan logo setan di dada kiri.
Musim pertama terlewati, dan Cristiano masih tampil memukau. Menggendong Manchester United nyaris sendirian, di tengah penampilan klub itu yang angin-anginan. Cristiano masih bisa mencetak 18 gol, masih menunjukkan kalau dirinya masih berbahaya.
Itu sebelum musim berganti dan pelatih baru datang.
Erik Ten Haag dari Belanda menjadi pemegang estafet kepelatihan di Machester United. Dia datang dengan skema baru dan rencana baru. Cristiano tidak masuk ke dalam rencana itu, dan mulailah sinarnya meredup. Perlahan tapi pasti Cristiano lebih banyak menghuni bangku cadangan, bukan lagi andalan seperti dulu.
Hingga akhirnya dia tiba di ujung perjalanan bersama Manchester United.
Wawancaranya bersama Piers Morgan seperti pisau yang menghujam ulu hati pendukung dan awak Manchester United. Cristiano mengkritik banyak hal seputar klub itu, dan bahkan terkesan menyalahkan banyak orang di klub itu. Wawancaranya seperti sebuah alasan untuk membukakan pintu keluar buatnya. Dan akhirnya memang Cristiano dan Manchester United sepakat untuk mengakhiri kerja sama mereka.
Piala Dunia
Cristiano nyaris mendapatkan semua yang bisa didapatkan pesepakbola kelas atas. Nyaris, karena dia belum berhasil meraih titel piala dunia. Titel tertinggi secara tim yang didambakan semua tim nasional sepak bola di dunia.
Qatar 2022 adalah kesempatan terakhir bagi Cristiano. Saat ini umurnya sudah 37 tahun, empat tahun yang akan datang umurnya akan menjadi 41 tahun, bukan umur yang ideal untuk tetap menjadi pesepakbola profesional di papan atas. Jadi, tahun ini atau tidak sama sekali.
Awalnya semua berjalan seperti rencana. Portugal mengalahkan Ghana 3-2 dan Cristiano mencetak gol. Lalu di pertandingan kedua mereka mengalahkah tim kuat lainnya Uruguay dengan skor 2-0. Salah satu gol tadinya diklaim sebagai gol Cristiano sebelum dikoreksi kalau itu gol Bruno Fernandez. Di pertandingan ketiga melawan Korea Selatan, bencana mulai merapat. Cristiano jadi penyebab salah satu gol Korsel, dan gagal mencetak gol dari sebuah peluang emas. Portugal kalah meski mereka tetap bisa lolos ke putaran kedua.
Di pertandingan berikutnya melawan Swiss dalam babak 16 besar, Cristiano memulai pertandingan dari bangku cadangan. Dia bukan lagi pilihan utama, dan tentu saja bukan lagi andalan.
Dan keputusan itu terlihat sangat benar. Pemain Portugal bermain sangat baik tanpa Cristiano. Bermain lepas dan eksplosif, sampai tidak heran kalau hasil akhirnya menjadi 4-1 dan Ramos mencetak 3 gol. Cristiano semakin terlupakan.
Secara umum penampilannya memang sudah tidak lagi seperti Cristiano yang kita kenal. Dia sudah melambat, tendangannya tidak sekencang dulu lagi, dan visinya sudah jauh menurun. Sesuatu yang pantas bila dia memang mulai tidak menjadi andalan.
*****
Tangisan Cristiano di lorong stadion saat timnya kalah dari Maroko terlihat menyayat hati. Di luar semau kontroversi tentangnya, harus diakui kalau dia adalah salah satu bintang besar yang pernah dimiliki oleh dunia sepak bola. Memang tidak sempurna karena dia belum pernah menjadi juara dunia, tapi raihan lainnya sulit disamai pesepakbola manapun, kecuali Lionel Messi.
Cristiano telah berkali-kali menangis. Pertama di Euro 2004 ketika dia baru muncul sebagai pemain muda berbakat. Tangisannya kebanyakan adalah tangisan kesedihan sebelum dia menangis bahagia di Euro 2016 ketika dia berhasil membawa negaranya menjadi kampiun. Tahun ini, dia kembali menangis, tapi tangisan sedih. Bukan tangisan bahagia seperti 2016.
Qatar 2022 bisa jadi last dance buat Cristiano. Sulit membayangkan empat tahun yang akan datang dia masih akan hadir di ajang piala dunia. Dia sudah terlalu tua saat itu, dan sudah pasti kemampuannya akan sangat jauh menurun. Bisa dibilang kesempatannya merasakan titel juara dunia sudah habis, sudah lewat. Dan bisa dibilang ini adalah akhir sebuah era. Era ketika seorang pria Portugal menjadi seorang super star. Era ketika seorang bocah dari Medeira perlahan menjadi “alien”.
Obrigado Cristiano! [dG]
faktor usia.. bintang pun akhirnya meredup..