Sepakbola

It is over..!!

Italia, harus terhenti di kaki Spanyol. (foto:Euro2008.com)

 

Setiap kali ajang sepakbola besar digelar, sebutlah Piala Dunia atau Euro, maka ada dua tim yang secara tradisional selalu jadi tim favorit saya. Belanda dan Italia. Sejak akhir 80-an atau tepatnya sejak Ruud Gullit, Marco Van Basten dan Frank Rijkaard membawa Belanda juara piala Eropa 1988, maka sejak itulah saya jatuh cinta pada sepakbola Belanda. Beberapa tahun kemudian saya jatuh cinta juga pada sepakbola Italia berkat ketiga orang itu yang mengabdi pada AC Milan.

Belakangan memang ada beberapa negara yang ikut-ikutan masuk sebagai tim favorit saya pada ajang-ajang akbar sepakbola dunia. Sebutlah Inggris dan Perancis, tapi kedua negara itu hanya singgah sementara dan tidak menetap secara permanen. Saya kadang jadi pendukung Inggris tentu saja karena faktor MU-nya, sementara Perancis pernah jadi tim favorit saya semasa Zidane masih mengabdi di sana.  Belakangan saat Zidane sudah pensiun dan prestasi Inggris mandek, kedua negara itu mulai keluar dari daftar favorit. Tinggallah Belanda dan Italia yang menetap.

Di Euro tahun ini sebenarnya saya punya ekpektasi yang besar pada Belanda, utamanya setelah-ironisnya- melumat juara dunia Italia dan runner up juara dunia, Perancis. Tadinya saya berpikir ini waktu yang tepat untuk Belanda di bawah asuhan Marco Van Basten untuk mengulang kesuksesan 20 tahun lalu. Sayangnya, Van Basten musti mengakui keunggulan sang senior Guus Hiddink. Hiddink ternyata lebih cerdik meramu strategi dan lebih mampu membangun motivasi anak-anak asuhnya dibanding Basten. Akhir yang menyesakkan bagi tim Belanda dan tentu saja bagi saya, supporter mereka.

Sementara itu Italia memang memulai perjalanan dengan sangat tidak mulus. Tadinya saya berharap pertandingan Belanda-Italia akan berakhir imbang, sama dengan pertandingan Perancis-Rumania sehingga kans Belanda dan Italia untuk lolos ke perempat final bisa sama besarnya.

Italia memang akhirnya mendampingi Belanda ke perempatfinal dengan penampilan yang makin membaik sejak digebuk Belanda. Sekali lagi saya percaya pada yang namanya mental juara, mental yang tidak dimiliki oleh semua tim.

Menjelang Italia vs Spanyol, saya punya keyakinan besar kalau Tim Azzuri akan mampu melewati Spanyol. Faktor mental yang berbicara, selain faktor sejarah tentu saja. Performa Italia mungkin memang kalah mentereng dari Spanyol kali ini, tapi kala itu saya betul-betul yakin De Rossi dkk. akan mampu melewati rintangan Spanyol.

Sayangnya, harapan saya jadi harapan kosong.

Spanyol ternyata berhasil mengatasi kutukan Italia. Untuk pertama kalinya mereka berhasil mengalahkan Italia di sebuah ajang besar. Parahnya lagi, kutukan itu mereka patahkan lewat drama adu penalti yang sebenarnya bukan spesialisasi mereka.

Italia juga bukan tim yang selalu unggul dalam adu penalti. Di pagelaran World Cup, tiga WC berturut-turut menjadi saksi kepedihan mereka. Di Italy’90, Argentina membawa tangis buat mereka justru di kota tempat sang dewa Argentina-Diego Maradona-merumput. Empat tahun berikutnya di USA’94 giliran Brasil yang membuat Italia menangis. Roberto Baggio dan Franco Baresi jadi korban ketidaksanggupan memikul beban mental di pundak mereka. Empat tahun berselang, giliran tuan ruan rumah Perancis yang menghentikan mereka lewat drama adu penalti. Catatan ini memang makin mengesahkan status Italia sebagai tim yang tak pernah beruntung di adu tos-tosan dari titik putih.

Sebenarnya Italia sempat memperbaiki catatan mereka di ajang Euro 2000 saat mengalahkan Belanda di semifinal lewat adu penalti. Tapi hal itu bisa dibilang murni karena keberuntungan, toh Belanda juga adalah tim yang tak punya keberuntungan bila menyangkut adu penalti.

Namun, titik balik sesungguhnya bagi Italia adalah di Germany’06 saat di final mereka sukses mengalahkan Perancis, tim yang punya cukup keberuntungan dalam adu penalti. Sejak itu saya berpikir kalau Italia sudah bisa keluar dari kutukan adu penalti.

Namun, senin subuh kemarin Spanyol kembali memberi bukti kalau Italia tak seperti Jerman yang selalu beruntung di arena adu penalti. Spanyol-utamanya Iker Casillas-sukses mengantarkan kesedihan bagi Italia. Akhirnya perjalanan Gli Azzuripun harus berakhir sampai di perempatfinal saja. Hasil yang tentu saja tak sepadan dengan status mereka sebagai juara dunia.

Dan Euro’08 ini sesungguhnya telah berakhir untuk saya. Gugurnya Belanda dan Italia sedikit banyaknya mengurangi debaran pada ajang para raksasa Eropa itu. Untungnya saya bukan fans yang gelap mata. Meski kedua tim unggulan saya sudah gugur, tapi tetap ada emosi yang tersisa untuk menyimak partai-partai yang belum digelar.

Meskipun dua tim unggulan saya sudah gugur, namun sebagai penggemar sepakbola saya masih tetap akan menikmati pertandingan-pertandingan yang tersisa di Euro’08 ini. Karena sesungguhnya, I Really Love This Game !!!. [DG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.