In Memoriam; Parma

Salah satu tim terbaik era 90an
Salah satu tim terbaik era 90an

Parma adalah kepingan kenangan masa remaja. Jatuhnya Parma ke Serie D berarti jatuhnya satu kepingan masa remaja saya.

“PANTAS SAJA THOMAS BROLIN BADANNYA GENDUT. Sponsor klubnya susu.” Lalu kami tertawa bersamaan.

Thomas Brolin adalah penyerang Swedia tahun 1990an. Penampilannya memukau dunia ketika tampil di USA 1994 dan berhasil membawa negara Skandinavia itu menjadi juara ketiga. Thomas Brolin yang berbadan gemuk dan pendek itu bermain untuk Parma, klub Italia yang masuk dalam Ill Sette Magnifico atau Magnificent Seven sebutan untuk 7 klub yang selalu menguasai klasemen puncak Serie A dasawarsa 1990an.

Parma kala itu disponsori oleh Parmalat, sebuah perusahaan susu. Makanya kami menghubungkan tubuh gemuk Thomas Brolin dengan sponsor klubnya. Tapi tentu saja itu hanya candaan.

Yang bukan candaan adalah kehebatan Parma. Klub yang memilih warna kuning-biru sebagai warna kebesaran ini adalah salah satu klub yang paling diperhatikan di Liga Italia tahun 90an. Mereka termasuk tim elit, selalu mampu bersaing dengan AC Milan, Juventus, Inter Milan, AS Roma, Lazio dan Fiorentina. Permainan mereka mentereng, pun dengan nama-nama pemain mereka.

Coba layangkan sejenak ingatan Anda, maka tentu Anda tidak akan asing dengan nama-nama seperti; Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Roberto Sensini, Hernan Crespo dan Sebastian Veron. Mereka ini adalah jaminan mutu, mengkilap di antara bintang-bintang lain yang bermain di Italia pada masa itu.

Buffon masih sangat muda kala itu, tapi  ketangkasannya di bawah mistar sudah terlihat dan tentu saja masih ada sampai hampir dua dasawarsa setelahnya. Cannavaro masih belum terlalu terkenal kala itu, masih berada di bawah bayang-bayang Roberto Sensini dan Lilian Thuram. Tapi, wajah tampannya sudah mampu memikat banyak orang dan bahkan beberapa tahun setelahnya dunia mengakui kemampuannya sebagai salah satu bek tengah terbaik yang pernah ada.

Lalu, masih ingatkah Anda kehebatan seorang Sebastian Veron yang jadi jenderal lapangan tengah Parma? Duh, pria plontos dari Argentina ini seperti seorang penyihir dengan bola di kakinya. Dia bisa menjadi pelayan setia untuk kompatriotnya di garis depan, Hernan Crespo.

Musim 1998-1999 Parma sudah jadi tim Italia yang merebut 3 trofi dalam 1 musim. Dari Coppa Italia, Piala UEFA sampai Supercoppa Italia. Hanya satu bukti kalau Parma bukan klub kacangan.

*****

MENGENANG PARMA BERARTI MENGENANG KEJAYAAN LIGA ITALIA DEKADE 1990AN. Sekaligus mengenang masa remaja yang seperti berputar di sekitar nama-nama klub Serie A Italia. Parma salah satunya. Beragam masalah memang menyurutkan nama liga Serie A, termasuk menenggelamkan nama Parma.

Lalu muncul berita klub ini dililit hutang luar biasa dan dijual untuk menutupi hutang-hutangnya. Sampai waktu yang ditetapkan terlewati tak satupun investor yang berniat menyelamatkannya. Hingga kemudian secara resmi Parma dinyatakan bangkrut dan jatuh ke Serie D, level liga amatir yang sangat jauh berada di bawah tempatnya yang seharusnya.

Parma menyisakan banyak kenangan buat saya. Nama-nama seperti Ennio Tardini, Alberto Malesani sampai Novio Scala adalah nama-nama yang erat dengan masa remaja saya, pun erat dengan nama Parma. Hilangnya Parma dari garis edar Serie A berarti hilang juga satu kepingan masa remaja. Apalagi sulit untuk menebak kapan Parma bisa kembali ke Serie A.

Kepergian Parma adalah sebuah cerita sedih. Satu dari 7 tim yang dulu begitu menggetarkan jagad sepak bola Eropa kini akan hilang, entah sampai kapan.

Ciao Parma!