England, This is Not for You

Tuhan mempermainkan perasaan orang Inggris. Mungkin terlalu berlebihan, tapi saya yakin bila kita menyimak fakta perjuangan Inggris di kancah kualifikasi piala Eropa 2008, nampaknya pernyataan ini ada benarnya juga.

Tiga hari yang lalu, Tuhan membuat perasaan orang Inggris melayang tinggi. Israel di luar dugaan mampu membuat Rusia bertekuk lutut dan pulang tanpa poin. Kemenangan di luar dugaan negara yang menjadi musuh negara-negara Arab ini kontan membuat pemain, ofisial dan fans Inggris melonjak gembira. Betapa tidak, kehilangan poin dari laga tandang ke Israel membuat Rusia melorot ke peringkat tiga dan membuka kembali pintu Austria-Swiss yang tadinya sudah nyaris tertutup bagi Inggris.

Kamis dini hari waktu Indonesia, Inggris kembali dipermainkan Tuhan. Hingga awal babak kedua, tiket ke Austria-Swiss musim depan sangat jauh dari Wembley. Secara mengejutkan Kroasia memimpin dengan 2 gol lewat Kranjcar dan Olic. Perasaan para fans Inggris gundah gulana.

Beckham dan Defoe masuk, memberi darah baru bagi Inggris yang sudah betul-betul seperti kehabisan darah, akal dan ide untuk menembus pertahanan Kroasia. Hasilnya, Defoe berhasil memaksa pemain Kroasia membuat kesalahan di kotak penalti. Lampard menuntaskan tugasnya dengan baik, menyisakan jarak 1 gol dari Austria-Swiss. Berikutnya Beckham yang menjadi salah seorang pahlawan dengan mengirim umpan matang yang langsung diubah si jangkung Crouch untuk menjadi gol. Sempurna…publik Wembley bersorak, Tuhan telah menolong mereka. perasaan mereka kembali melambung tinggi. Hasil seri sudah cukup untuk mengantar mereka ke putaran final.

Tapi ternyata, Tuhan memang punya selera humor yang aneh. 20 menit sebelum bubar, Kroasia lewat Petric berhasil mendatangkan petaka bagi negeri Ratu Elizabeth. Inggris menelan 3 gol dan hanya membalasnya dengan 2 gol. Harapan mereka hanya tinggal pada sebuah negara kecil yang letaknya susah terlacak di peta sepakbola, Andorra. Kalau saja Andorra mencetak 1 gol untuk menahan Rusia, Inggris akan membawa fansnya ke Austria-Swiss tahun depan. Tapi itu tidak terjadi..

Tuhan lebih memilih Rusia yang menemani Kroasia lolos ke putaran final. Fans Inggris mungkin akan menggugat Tuhan atas “lelucon” penuh rahasia yang sudah ditunjukkan-Nya.

Semua memang sudah diatur sang Maha Pengatur, itu tidak bisa ditolak. Tapi kalau mau jujur, Inggris memang sangat-sangat jauh dari standar permainan mereka. Hampir tak ada pola permainan yang atraktif walau mereka menguasai pertandingan secara keseluruhan. Lini belakang sangat-sangat longgar. Carson membuat blunder yang membuat Kranjcar mencetak gol pertama.Tiga pemain belakang tidak berhasil menjaga Kranjcar yang sukses mengirim umpan ke Olic. Tak ada pemain yang mem-press dengan ketat Petric hingga dia bebas menempatkan bola ke sudut kiri gawang Carson. Betul-betul sebuah gambaran tim yang miskin kreatifitas dan tampil gugup di depan publik sendiri.

With or without England, show must go on. Apa boleh buat, negara yang mengklaim teritorinya sebagai “home of football” harus puas sebagai penonton di ajang Piala Eropa nanti. Setidak-tidaknya komentar Hiddink sebelum dikalahkan Israel ada benarnya, “Inggris tidak layak untuk maju ke putaran final”.

Steve McClaren memang tidak cocok untuk jadi pelatih timnas Inggris. Belum waktunya…dan tidak sampai 24 jam setelah kegagalan memalukan tersebut, Steve dipaksa mengemasi barangnya, dipaksa meletakkan jabatannya, walau dengan kompensasi yang cukup untuk beristirahat tanpa pekerjaan selama beberapa waktu. 23 tim lainnya bersiap-siap mengemasi barang mereka untuk berangkat ke Austria atau Swiss tahun depan. Tapi tidak buat Inggris.

So, England…This Is Not For You