El Clasico ; Pertaruhan Harga Diri Di Tanah Spanyol

El Clasico yang sarat emosi

Dalam dunia sepakbola ada beragam rivalitas yang unik, turun temurun dan berdarah-darah. Salah satu yang paling terkenal adalah rivalitas Real Madrid dan Barcelona yang disebut El Clasico

Rabu 14 April 2011, tendangan keras Christiano Ronaldo dari luar kotak penalti tidak dapat ditangkap dengan baik oleh Mario Gomez. 1-0 untuk Real Madrid. Mereka pulang dari White Hart Lane dengan status lolos ke Semifinal dengan aggregat 5-0. Sehari sebelumnya Barcelona juga pulang dari Ukraina dengan aggregat 5-1. Sebuah sejarah baru tercipta.

Sejarah yang tercipta bukan karena Madrid atau Barcelona lolos ke semifinal, mereka sudah terbiasa dengan status itu, kecuali mungkin Madrid yang sempat pensiun mencicipi semifinal Liga Champion Eropa selama beberapa musim.

Sejarah baru yang tercipta adalah jumlah pertemuan dua musuh bebuyutan tersebut dalam satu musim. Musim 2010-2011 membuat Real Madrid dan Barcelona harus bertemu sebanyak 5 kali. Rekor El Clasico terbanyak dalam satu musim. Dua di La Liga, satu di Copa del Rey dan dua lagi di semifinal Liga Champion Eropa.

Real Madrid, pasukan dari ibukota Spanyol mewakili suku Castilla, suku mayoritas spanyol. Disayangi raja Juan Carlos dan dibelai penguasa. Barcelona, mewakili suku Catalan, suku minoritas Spanyol yang sudah lama berjuang memerdekakan diri dari Spanyol. Aroma politis menyusup dalam rivalitas hampir seratus tahun itu.

Awal 1930-an, Barcelona tumbuh sebagai simbol perlawanan Catalan terhadap Spanyol yang diwakili Real Madrid. Di bawah kepemimpinan dictator Franco, perlawanan rakyat Catalan makin menjadi-jadi. Perseteruan ini makin membara ketika presiden Barcelona, Josep Sunyol terbunuh oleh polisi khusus pemerintahan Franco. Dalam buku Morbo : The Story of Spanish Football, Phil Ball menyebut El Clasico sebagai wujud baru perang saudara di Spanyol.

Bukan hanya antar pemain

Tahun 1950an, Alfredo Di Stefano-pemain argetina paling berbakat di jamannya-sedang naik daun. Barcelona dan Real Madrid terlibat dalam persaingan head to head memperebutkan si pemain. Di akhir cerita Barcelona sakit hati dan menuduh pemerintah campur tangan dalam proses transfer berliku yang akhirnya memenangkan Real Madrid meski Barcelonalah yang lebih dulu mengakui keberhasilan transfernya. Belakangan Di Stefano menjadi penyerang yang paling banyak menciptakan gol dalam El Clasico.

Persaingan berbalut dendam kesumat itu berimbas pada perpindahan pemain. Banyak pemain yang berpindah kubu entah dari Barca ke Madrid atau sebaliknya selalu berbalut kontroversi. Tak mudah untuk menyeberang ke klub rival karena label Public Enemy siap dilekatkan. Lihatlah nasib Michael Laudrup ( Barca-Madrid), Luis Enrique ( Madrid-Barca ) dan Luis Figo ( Barca-Madrid).

Camp Nou 29 November 2010, Barca menjamu Madrid. Hasilnya di luar dugaan, Madrid menelan kekalahan memalukan 0-5 lewat gol Xavi, Pedro, Villa dan Jeffren. Terakhir mereka menelan kekalahan memalukan seperti itu adalah 18 Januari 1994.

Minggu 17 April 2011, giliran Madrid yang akan menjamu Barca di Santiago Bernabeu. Selang 3 hari kemudian mereka akan bertemu lagi di final Copa Del Rey. Selang beberapa minggu kemudian mereka akan menjalani partai kandang-tandang dalam semifinal Liga Champion Eropa.

Seluruh emosi, kekuatan dan strategi akan tumpah dalam rangkaian partai itu. Harga diri harus ditegakkan, entah sebagai ikon kerajaan Spanyol atau ikon rakyat Catalan yang telah lama tertindas.

Sepanjang masa mereka telah bertemu 209 kali, Madrid menang 85 kali, Barca 82 kali dan sisanya seri. Tahun ini setidaknya akan ada 4 pertemuan lagi, dan empat-empatnya akan dicatat dalam sejarah. Keringat atau bahkan darah para pemain akan jadi tintanya.

Hampir tidak ada perseteruan yang lebih hebat dari El Classico. Mari kita tunggu siapa yang tertawa paling akhir.

Data tentang El Clasico bisa dibaca di sini.