Catatan yang tersisa
Final Liga Champion Eropa musim ini yang mempertemukan AC.Milan & Liverpool baru saja digelar. AC.Milan sebagai salah satu klub yang punya takdir dan track bagus di Liga Champion akhirnya mampu membalaskan dendam mereka 2 tahun lalu di Istanbul dengan menggulung Liverpool 2-1. pahlawan Milan kali ini adalah si “Super Pippo”,Filippo Inzaghi. Striker gaek yang sebenarnya minim kualitas teknik tapi punya keunggulan dalam penempatan posisi dan kejelian melepaskan diri dari perangkap off side. Malam itu Inzaghi seakan-akan mengesahkan factor kelebihannya itu. Gol di babak pertama adalah murni berbau keberuntungan, tendangan dari Pirlo yang sebenarnya menuju sisi kiri gawang Reina sempat menyentuh badan Inzaghi dan berbelok ke arah kanan gawang, meninggalkan Reina yang telah terlanjur melompat ke kiri. Entah ini kali keberapa Inzaghi berada di posisi yang tepat di waktu yang tepat untuk menciptakan gol.
Gol kedua “Super Pippo” malam itu dicetak memanfaatkan kelebihannya yang lain, melepaskan diri dari jebakan off side. Jaap Stam, mantan bek tangguh AC.Milan,Lazio,Manchester United dan Ajax itu sendiri pernah mengatakan betapa dia membenci Inzaghi karena walaupun pemain ini paling sering terkena jebakan off side tapi setidaknya dari 10 jebakan dia bisa melewati satu jebakan untuk kemudian membuat gol. Menerima umpan cerdik dari Kaka, Inzaghi mampu melepaskan diri dari jebakan 4 bek Liverpool, mengecoh Reina dan menceploskan bola ke gawang kosong dengan sebuah tendangan lemah namun indah.
Tulisan ini sebagian besar nggak akan mengulas teknis pertandingan, karena saya yakin sebagian besar pecinta sepakbola udah pada nonton dan tentunya udah pada tau analisa dan review pertandingan tersebut. Tulisan ini sebagian besarnya hanya akan memuat tentang pengalaman pribadi saya yang kebetulan ikut menonton rame-rame bersama teman-teman.
Rencana nonton bareng sebenarnya udah lama dibuat. Begitu muncul kepastian siapa yang berhak melaju ke final, saya dan beberapa teman kantor yang sama-sama doyan sepakbola udah mulai kasak kusuk mencari tempat strategis buat nonton bareng. Kepastian lokasi akhirnya baru keluar tepat di hari H. Hotel Horison yang kebetulan menggelar acara nonton bareng akhirnya jadi pilihan karena harganya yang paling murah. Luamayan, dengan hanya membayar 30 ribu perak, kami bisa nonton pake layar lebar plus makan bubur ayam dan sarabba’ (semacam wedang jahe-khas Makassar), dan lebih lumayan lagi, semuanya ada yang nanggung, so kita-kita cuma siapin badan aja.
Total peserta dari kantor yang siap ikut ada 17 orang, sebagian berangkat barengan, sebagiannya lagi berangkat sendiri-sendiri. Pukul 11 malam saya sudah siap dengan jersey Milan bernomor punggung 3 dengan nama “Maldini” ,idolaku. Ngumpul di tempat teman sampai pukul 12 sebelum berangkat rame-rame ke hotel Horison. Acaranya sendiri udah mulai dari jam 11 malam, dimulai dengan acara adu ketangkasan bermain Winning Eleven yang melibatkan 8 peserta (4 pasang). Masing-masing peserta diundi siapa yang bakal mainin AC.Milan atau Liverpool.
Setiap abis satu game, acara diselingi dengan quiz seputar kedua tim yang bertanding malam itu serta seputar liga champion itu sendiri. Salah satu pertanyaannya adalah “berapakah usia pelatih Liverpool Rafael Benitez tahun ini ?”. kebetulan banget malam sebelum ke tempat nobar saya sempat baca-baca di koran perihal profil kedua pelatih, jadi tahun kelahiran Rafa masih membekas di kepala, langsung aja saya angkat tangan dan karena yang lain kayaknya gak ada yang tau atau lupa jadilah saya yang ditunjuk. Jawaban benar dan bingkisan dari sponsor pun berpindah tangan ke saya, lumayan dapat topi Extra Joss dan 2 gelas cantik..hehehe.
Session tanya jawab berikutnya bergulir lagi, sebagian besar sih saya tahu jawabannya, dan sempat kena tunjuk lagi, cuman dibatalkan sama produsernya karena katanya udah dapat hadiah. Sebenarnya saya sudah ngomporin teman-teman yang lain buat unjuk tangan, ntar jawabannya saya yang kasih, tapi kayaknya teman-teman nggak ada yang pede.
Menjelang pertandingannya mulai penonton yang datang membludak, ruangan buat nobar kayaknya malah jadi sesak, AC-nya jadi nggak kerasa bikin udara terasa panas, apalagi ditambah asap rokok yang memenuhi udara. Sepanjang pertandingan penonton yang sebagian besar pendukungnya AC Milan ribut memberi dukungan, saya juga nggak mau ketinggalan dong apalagi aslinya emang suka teriak kalo nonton bola. Walhasil waktu pulang tenggorokan rasanya serak sampai-sampai mau bicara saja susah. Hal yang paling saya nikmati dari acara nonton bareng adalah kebebasan berteriak dan melompat kegirangan, dan saat Inzaghi mencetak gol pertamanya, ruangan kafe Malaber (tempat nobar) serasa mau pecah, seluruh pendukung Milan berteriak berbarengan sambil jingkrak-jingkrakan nggak karuan, asyik banget. Sementara pendukung Liverpool cuman bisa terdiam.
Di paruh waktu babak pertama, quiz kembali digelar, kali ini pertanyaannya agak susah. Selain tahun ini, tahun berapakah kota Athena pernah jadi tuan rumah final Liga Champion ?, untung di dekatku ada koran Tribun Timur yang kebetulan ada informasi tentang Athena. Saya ngasih bocoran ke teman yang kebetulan kena tunjuk buat menjawab, tapi sayangnya dia salah sebut, dia bilangnya tahun 1993 soalnya saya ngasih bocorannya musim 1993-1994, dianggap salah deh. Karena rupanya penonton yang lain nggak ada yang bisa jawab, akhirnya saya unjuk tangan lagi dan merekapun terpaksa menunjuk saya kembali untuk menjawab. Jawaban saya tahun 1994, di mana AC Milan juga yang juara setelah memukul Barcelona 4-0, benar lagi dan satu paket kecil dari majalah Soccer berisi pernak-pernik sepakbolapun berpindah tangan. Lumayan dapat emblem AC Milan dan gantungan kunci gambar Christiano Ronaldo, cuman sayangnya dari beberapa pernak-pernik yang saya terima ada vandel klub Chelsea dan beberapa gantungan kunci timnas Brasil, tim yang saya nggak suka….heran deh, kok acara final Champion antara Milan vs Liverpool hadiahnya pernak-pernik klub lain. Aku sih curiganya hadiah itu tadinya bonus majalah Soccer yang nggak sempat terjual yang kemudian dikumpulin buat dijadikan hadiah acara malam itu.
Overall acara malam itu asyik banget, saya merasa sangat beruntung. Tim favoritku juara dan berbagai hadiah berhasil saya bawa pulang. Tadinya saya ngincar hadiah door prize berupa tipi 14 inch, cuman sayang gak kena,hehehe..begitu juga dengan voucher nginap gratis di Hotel Horison. Pada pengundian tebak score, saya yang sebelumnya udah nebak score 2-1 buat Milan nampaknya juga udah nggak beruntung. Hadiah 250 rb lebih milih jatuh orang lain daripada saya, nggak papa lah, belum rejeki saya…
Oya, dari beberapa pertanyaan quiz, ada 2 pertanyaan yang saya betul-betul blank. Yang pertama adalah presiden Liverpool, nah kalau ini saya memang bener-bener gak tau. Yang kedua pertanyaan tentang selain Ancelotti, siapa lagi 4 orang yang pernah menjadi pemain dan pelatih yang berhasil menjuarai liga Champion. Saya sih cuman ingat Frank Rijkard dan Johan Cruijff, pagi tadi saya cek yang dua lagi ternyata Giovanni Trappatoni dan Manuel Munoz (?, lupa..yang jadi juara Champion bareng Madrid sebagai pemain dan pelatih).
Overall, acaranya seru banget. Pulang ke rumah jam 5 pagi dengan hati bahagia. Bahagia karena Milan juara, serta bahagia karena bisa membawa pulang hadiah..hehehe..kalaupun ada yang kurang hanya karena sebelum pertandingan dan pada paruh waktu babak pertama kita nggak sempat dikasi liat preview dan review pertandingan, soalnya disela kegiatan quiz itu, tapi yah sudahlah namanya juga acara yang pake sponsor…so, see you next seasons…
AC Milan dan Liverpool masih tetap jadi klub Italia dan Inggris favorit banyak orang 🙂