Bara Semangat Dari Pulau Hijau

Supporter Republik Irlandia (sumber:UEFA.com)

The Field of Athenry jadi lagu pemakaman yang agung malam itu. Para supporter Rep. Irlandia menyanyikannya sepenuh hati untuk para pahlawan mereka di lapangan hijau.

Ada pemandangan mengharukan pada pertarungan Spanyol vs Republik Irlandia di grup C tanggal 15 Juni kemarin. Spanyol menunjukkan dominasinya di pertandingan itu sekaligus membuat Republik Irlandia menjadi tim pertama yang pulang dari pentas Euro 2012.

Tapi bukan aksi pemain Spanyol yang akan selalu dikenang penikmat sepakbola, tapi aksi heroik penuh semangat dari para fans Rep.Irlandialah penyebabnya. Sadar tim mereka sudah tidak punya harapan lagi, ribuan fans dengan dominasi warna hijau itu tetap bersemangat memberikan dukungan kepada Keane dan kawan-kawan.

Stadion Gdansk Arena bergetar oleh lagu heroik The Field of Athenry yang dikumandangkan para pendukung Republik Irlandia. Sungguh mengharukan, ketika para pemain mereka nyaris menyerah, para fans itu tetap memberikan semangat yang entah mereka kumpulkan dari mana. Para fans Republik Irlandia menolak untuk melontarkan cacian apalagi membuat rusuh meski mereka tahu tim mereka tampil mengecewakan. Bagi mereka, perjuangan Keane dan kawan-kawan adalah sebuah hiburan yang harus mereka bayar dengan penghormatan.

Sejak piala dunia 1990, Republik Irlandia memang terkenal punya fans yang mengagumkan. Negeri di utara Inggris ini hanya satu titik kecil di Eropa, mereka penghuni kasta terendah dalam sepakbola Eropa. Mereka adalah negara kecil yang selalu dianggap enteng, apalagi oleh Inggris yang begitu jumawa di sebelah selatan Republik Irlandia. Tahun 1920, perdana menteri Inggris Llyod Georghe menjuluki negeri pulau hijau itu sebagai “ras yang tidak bernilai”. Sakit hati mereka mendengar ejekan itu.

Italia 1990 jadi tempat buat mereka untuk membalas sakit hati itu. Di sana mereka menunjukkan kepada dunia kalau mereka juga punya tim sepakbola yang harus dipandang dua mata. Mereka bahkan mampu menahan Inggris 1-1 di penyisihan grup dan kemudian melaju ke perempat final sebelum akhirnya dihentikan tuan rumah Italia.

Adalah Jack Charlton yang mengembalikan harga diri orang Republik Irlandia. Si jangkung yang selau kalah tenar dari sang kakak Bobby Charlton itu datang ke Irlandia menjadi pelatih tim nasional. Butuh waktu sebelum dia diterima oleh seluruh rakyat Irlandia. Jolly Jack orang Inggris dan orang Irlandia benci orang Inggris. Para fans memboikot pertandingan Irlandia di bawah asuhan Jolly Jack.

Tapi perlahan-lahan Jolly Jack merebut simpati mereka. Republik Irlandia dibawanya bermain manis. Satu persatu fans mulai jatuh cinta pada Jack. Termasuk tentu saja para pemain.

” Ia memperlakukan tim seperti manusia. Mendidik kami sebagai seorang profi, tapi tidak pernah memperlakukan kami seperti anak sekolah yang tidak tahu apa-apa, ” kata John Aldrigde, penyerang Republik Irlandia tahun 90an.

Dan Jolly Jack makin dicintai ketika pada 12 Juni 1988 tim asuhan Jolly Jack berhasil mengalahkan Inggris di Stuttgart dalam sebuah pertandingan penyisihan Euro 1988. Cukup 1 gol tapi cukup untuk membuat semua orang Irlandia menegakkan kepala. Hinaan orang Inggris sudah mereka balas. Jack Charlton berubah menjadi seorang yang sangat dihormati, bahkan ditempatkan sejajar dengan Santo Patrick orang suci yang membawa agama Kristen ke pulau hijau.

Selama berabad-abad orang percaya kalau ada satu hal yang bisa merekatkan ribuan atau bahkan jutaan orang dalam satu ikatan yang sama, nasionalisme. Dan selama puluhan tahun orang juga percaya kalau nasionalisme itu bisa direkatkan dengan kebanggaan di atas lapangan hijau. Orang Irlandia membuktikannya.

Perjalanan Rep.Irlandia di Italia 1990 berhenti di perempat final. Tapi Jolly Jack sudah terlanjur berhasil mempersatukan ribuan supporter Rep. Irlandia dalam satu balutan nasionalisme penuh kebanggaan. Atas kerja kerasnya itu, Jolly Jack diadopsi menjadi orang Irlandia. Dia pulang ke Dublin dan disambut ribuan supporter di bandara dan di sepanjang jalan Dublin, persis sama seperti Beckenbauer yang pulang dengan tropi piala dunia.

Hanya perempat final, tapi orang Rep. Irlandia sudah sangat bangga. Mereka tidak perlu jadi juara dunia atau juara Eropa. Mereka hanya perlu tahu kalau tim kesayangan mereka bermain penuh semangat di lapangan hijau. Bagi mereka itu cukup, mereka akan terus berteriak dan bernyanyi di belakang siapapun yang memakai kaos hijau kebanggaan mereka. Stadion Gdansk jadi buktinya.

Fans Rep.Irlandia menyanyikan The Field of Athenry (foto; supersoccer.co.id)

The Field of Athenry jadi lagu pemakaman yang agung malam itu. Para supporter Rep. Irlandia menyanyikannya sepenuh hati untuk para pahlawan mereka di lapangan hijau. Tak ada sumpah serapah, tak ada celaan, tak ada makian. Stadion dipenuhi kebanggaan pada pasukan yang sudah berjuang sepenuh tenaga meski harus kalah dan pulang lebih awal. Mereka akan keluar dari stadion dengan kepala tegak dan mungkin mampir di bar-bar untuk menenggak berliter-liter bir. Setelah itu mereka akan lupa kalau tim mereka sudah kalah, tapi mereka akan selalu ingat kebanggaan yang sudah diberikan oleh tim mereka.

Contohlah supporter Republik Irlandia. Mereka adalah bara semangat untuk para pejuang dari pulau hijau.

[dG]