Fenomena Live Jualan

Sepertinya sejak pandemi COVID-19, tren berjualan secara live di media sosial menjadi semakin menjadi-jadi.

“Mari bu, dicek barangnya. Ini muat untuk anak 9 tahun. Silakan dicek dulu, gratis ongkir untuk wilayah Jayapura dan sekitarnya.”

Suara itu datang dari ruangan di sebelah kamar kos saya di Jayapura. Kejadiannya sekitar tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 masih menghantui. Suara itu datang dari ibu kos yang juga membuka warung yang letaknya tepat di sebelah kamar saya. Dia punya kebiasaan baru, selain menjaga warung dia juga aktif live jualan di Marketplace Facebook. Barang yang dijajakannya adalah baju-baju perempuan dan anak yang sepertinya dia beli dari Jakarta. Menurut pengakuannya, pelanggannya kebanyakan berasal dari Jayapura dan sekitarnya.

Pandemi Jadi Pemicu

Saya tahu kebiasaan jualan dengan model siaran langsung di Facebook sudah ada sejak tahun-tahun sebelum pandemi, tapi sepertinya menjadi semakin ramai setalah pandemi melanda. Sebagian besar orang tidak bisa beraktivitas di luar rumah, termasuk para pedagang. Di saat bersamaan ada internet dan media sosial yang bisa jadi saluran komunikasi. Jadi, kenapa tidak menggunakan internet dan media sosial untuk berjualan?

Live atau siaran langsung saat berjualan jadi strategi baru untuk menarik pelanggan ketimbang hanya menampilkan barang jualan dengan foto. Foto mungkin bisa ditata dengan menarik, tapi bila ditampilkan dengan video tentu akan lebih menarik. Apalagi kalau ditambah dengan gimmick yang lebih menarik perhatian.

Makanya kemudian bermunculan pedagang yang mencoba berjualan dengan gaya yang unik dan menarik. Ada yang mengandalkan tampilan fisik seperti wajah yang cantik, glowing, atau bahkan – maaf – memiliki aset yang menantang. Ada pula yang menggunakan bahasa, dialek, atau intonasi yang unik. Bahkan, ada juga yang menggunakan barang atau bahkan hewan untuk semakin menarik perhatian.

Pokoknya selain barang yang dijajakan, gaya saat berjualan secara siaran langsung juga menentukan. Ketika gaya unik dan menarik, minimal pengunjung siaran langsung semakin banyak dan tentunya kesempatan untuk menarik pembeli semakin tinggi.

Belakangan, tren berjualan dengan cara siaran langsung atau live itu juga merambah ke media lain, termasuk marketplace seperti Tokopedia dan Shopee. Berjualan dengan siaran langsung dan bukan hanya foto terbukti memang lebih bisa menarik perhatian pelanggan. Jadilah live jualan menjadi tren baru.

Tren ini juga mendorong hadirnya agensi yang selain menyiapkan talent yang kadang adalah artis, juga ada yang menyiapkan tempat khusus untuk mereka yang mau berjualan secara live. Ladang usaha baru hadir dari tren ini.

TikTok Shop

TikTok Shop

Sebagai media sosial yang tergolong paling muda, TikTok bisa dibilang fenomenal. Saat ini penggunanya sudah mencapai angka 1,09 miliar di seluruh dunia. Indonesia sendiri jadi negara dengan pengguna terbanyak kedua, mencapai angka 113 juta.

TikTok selain menawarkan sajian berupa video pendek, pelan-pelan juga mulai berevolusi menjadi media jual-beli atau marketplace. TikTok memfasilitasi penggunanya untuk berjualan produk mereka, utamanya lewat kanal siaran langsung atau TikTok Live.

Maka mulailah para pedagang Facebook dan Instagram berpindah ke TikTok. Faktor popularitas TikTok yang semakin melesat membuat banyak orang kemudian lebih memilih berjualan di TikTok. Bahkan katanya banyak yang mengaku mendapatkan lebih banyak pelanggan di TikTok daripada di Facebook. Mungkin selain karena faktor ketenaran, juga karena TikTok memang mendesain produknya untuk lebih mengakomodir mereka yang ingin berjualan.

Para pedagang di TikTok pun menjadi lebih kreatif, tentu karena persaingan yang semakin ketat. Mulai dari cara membawakan, sampai gimmick yang digunakan.

Kritikan TikTok Shop

TikTok Shop kemudian menjadi sangat populer. Akhirnya bukan hanya suguhan video pendek yang cepat yang dijual oleh media sosial buatan China itu, tapi juga kanal untuk jual-belinya.

Banyak orang yang merasa terbantu dengan adanya TikTok Shop, termasuk para pengusaha kecil UMKM. Tren berjualan lewat live rupanya ikut membantu mereka memasarkan produk-produk mereka dan pelan-pelan mengangkat penghasilan mereka.

Tapi, TikTok Shop tidak selamanya mulus. Muncul kritikan dari beberapa kalangan, utamanya dari pedagang offline yang masih berjualan dengan cara lama, membuka toko fisik. Kritikan besar mereka adalah karena TikTok dianggap punya agenda terselubung dengan melariskan produk dari China. Mereka membaca tren di suatu negara, barang mana yang laku, model mana yang digemari orang, dan lain-lain. Lalu dengan kemampuannya, mereka meniru barang tersebut, lalu menjualnya kembali di TikTok Shop dengan harga yang lebih murah. Mereka pun dianggap menggunakan strategi khusus untuk membuat produk jualan mereka selalu ada di halaman depan, mengalahkan barang jualan UMKM lokal.

Keriuhan ini berakhir dengan larangan dari pemerintah Indonesia kepada TikTok untuk meneruskan berjualan di TikTok Shop. Seperti biasa, daripada membuat regulasi pemerintah lebih suka melarang.

Tapi bukan itu yang mau saya bahas.

Saya lebih tertarik melihat fenomena orang berjualan di media sosial atau di internet dengan model live. Sebuah tren baru yang sebenarnya mengadopsi tren lama. Kalian mungkin tahu bagaimana para penjual obat di pasar atau di keramaian biasanya berjualan dengan gimmick tertentu. Mereka biasanya punya skenario tertentu untuk menarik pengunjung. Kadang memanfaatkan ular, kadang buaya, kadang dengan trik tertentu seperti seorang pesulap. Jangan lupa juga hadirnya salah satu bagian dari mereka yang berperan sebagai pembeli yang diharapkan menarik pembeli-pembeli lain.

Itu model jualan secara live. Hanya beda saluran. Kalau dulu mereka melakukannya di lapangan atau pasar, sekarang orang-orang melakukannya di media sosial. Tentu dengan skenario dan pemeran yang berbeda. Walaupun tetap membutuhkan kreativitas yang sama.

*****

TikTok Shop memang sudah dilarang berjualan, tapi itu bukan berarti akan menekan tren berjualan secara live. Masih ada jalur lain, atau bahkan strategi lain untuk tetap berjualan secara live. Bukan apa-apa, berjualan dengan teknik live ternyata memang digemari para calon pembeli. Mereka bisa mendapatkan hiburan sekaligus informasi tentang barang yang mereka incar. Pada ujungnya, mereka bisa tergerak membeli barang tersebut meski mungkin tidak terlalu butuh. Pokoknya beli aja dulu. [dG]