Waspadai Kincir Angin Orange
Dalam dunia sepakbola, salah satu negara yang selalu masuk dalam lingkar perbincangan hangat adalah Belanda. Dalam 2 dasawarsa terakhir ini Belanda menyeruak ke jajaran tim elit dunia setelah sebelumnya sempat mati suri selepas piala dunia 1978. Sebelum tahun 1974 Belanda nyaris tak pernah terdengar, mereka kalah suara dari tim-tim Eropa semacam Jerman (Barat), Inggris, Italia, Portugal dan bahkan Hungaria. Adalah Johann Cruijf dan Rinus Michel yang merumuskan Total Football dan membawa Belanda masuk ke jajaran tim elit dunia. Dua kali mereka masuk final dan dua kali juga kalah dari tuan rumah meski dunia mengakui indahnya Total Football.
Selepas Argetina 1978, mereka mati suri. Butuh sepuluh tahun kemudian sebelum Rinus Michel kembali membawa Belanda ke jajaran elit dengan raihan tropi piala Eropa 1988.? Selepas itu Belanda kemudian terkenal sebagai pabrik penghasil pemain-pemain terbaik di dunia. Marco van Basten, Frank Rijkaard, Ruud Gullit, Ronald Koeman, Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, Edgar Davids, Jaap Stamp, Clarence Seedorf sampai pemain-pemain terbaik generasi sekarang semacam Robin van Persie, Rafael van der Vaart, Wesley Sneijder, Arjen Robben dan Dirk Kuyt.
Gaya permainan para pemain Belanda memang relatif lebih gampang beradaptasi dengan bermacam-macam gaya negara yang berbeda. Mereka bisa sukses di negara seperti Spanyol, Italia, Jerman dan Inggris. Mereka mirip dengan Perancis yang juga para pemainnya bisa sukses di mana saja.
Di level piala dunia maupun piala Eropa mereka juga kerap tampil mengesankan. Tahun 1990 mereka datang dengan label juara Eropa. Di penyisihan grup mereka bermain membosankan, tapi di perdelapan final mereka tampil luar biasa namun harus menyerah pada Jerman (barat) dalam sebuah pertandingan yang disebut sebagai salah satu pertandingan terbaik di Italy’90. Tahun 1994 mereka main impresif dan harus menyerah di perempat final dari Brasil yang kemudian jadi juara. 4 tahun kemudian mereka kembali bermain agresif dan impresif tapi kemudian kembali takluk dari Brasil di semifinal. Tahun 2002 mereka absen dari Korea-Jepang, mereka baru kembali 4 tahun kemudian namun gugur di kaki Portugal lewat pertandingan yang disebut sebagai “savage game” karena menghasilkan 9 kartu kuning dan 4 kartu merah.
Tahun ini mereka kembali setelah melewati penyisihan grup dengan hasil yang nyaris sempurna. Tim mereka lengkap, berisi beberapa pemain agresif yang jadi pilar di beberapa tim kelas atas Eropa, tidak terkecuali Wesley Sneijder yang jadi pilar Inter Milan merebut treble winner.
Sneijder hanya satu dari sekian banyak pemain Belanda lainnya yang juga bermain agresif dan impresif. Sebut saja Rafael van der Vaart, Mark van Bommel, Dirk Kuyt, dan tentu saja si “manusia kaca” Arjen Robben.
Partai pemanasan terakhir melawan Hungaria hari jumat 4 Juni kemarin memperlihatkan aksi menawan dari tim berbaju orange ini. 6 gol lahir dari kaki-kaki mereka, sebagian besarnya berawal dari aksi luar agresif yang menghibur. Memang ada satu kemalangan bagi mereka ketika Arjen Robben harus tertatih-tatih keluar dari lapangan setelah melakukan back heel yang tak perlu. Si manusia kaca ini memang terkenal rentan cedera, pemain bagus yang sangat gampang cedera. Tapi, lupakan Robben. Sebelum Robben masukpun Belanda cukup mampu bermain menghibur meski harus diakui kalau Robben memang memberikan warna tersendiri dalam permainan tim.
Belanda berada dalam grup E bersama Denmark, Jepang dan Kamerun. Bukan lawan ringan memang, tapi di atas kertas kualitas mereka berada di atas ketiga tim lainnya. Belanda akan memulai pertarungan awal melawan Denmark tanggal 14 Juni. Ini akan jadi momen penting apakah mereka berhasil melewati hadangan tim dinamit yang kadang tampil luar biasa di setiap pagelaran Piala Dunia.
Kelemahan Belanda di setiap pagelaran piala dunia hanyalah soal mental. Lawan terbesar mereka memang hanya diri mereka sendiri dan pada beberapa kesempatan adalah soal krisis kepercayaan diri. Bila pertandingan uji coba bisa dijadikan acuan maka seharusnya mereka bisa melangkah jauh mengingat mereka punya kualitas individu yang luar biasa dan bisa saling melengkapi.
Kuncinya memang ada di pertandingan perdana, bagaimana mereka mampu membangun kepercayaan diri yang kuat dan menjadi ancaman luar biasa untuk kontestan lainnya. Intinya, waspadai kincir angin orange itu karena sesungguhnya mereka bisa ancaman serius bagi tim-tim lainnya.
Mari kita tunggu.