Tata’ Martino: Portugal Yang Akan Jadi Juara Euro 2016
Sebuah wawancara dengan seorang penggemar sepakbola yang juga bekas pelatih.
Pria itu masih terlihat tegap di usianya yang di atas 60 tahun. Badannya memang agak gempal, tapi tidak bisa dibilang gemuk. Kerutan menghiasi wajahnya yang keras, sebagian rambutnya pun sudah mulai berwarna abu-abu.
Namanya Martino Gonzales Daeng Serang, pria asli Makassar yang entah kenapa namanya meniru nama pemain telenovela Amerika Latin. Seperti lazimnya pria Makassar yang sudah berumur, dia juga disapa dengan sapaan Tata’(dengan penekanan di bagian akhir). Jadilah namanya Tata’ Martino.
Dia memang penggemar sepakbola sejati, mencintai olahraga itu seperti dia mencintai istri-istrinya dan batu akiknya. Semasa muda dia pernah menjadi pemain sepakbola amatir, ketika sudah tak kuat lagi bermain penuh selama 90 menit dia beralih menjadi penjudi bola profesional. Kebiasaan yang masih dilakoninya hingga kini.
Selain menjadi penjudi bola profesional, dia juga sesekali melatih anak-anak kecil bermain bola. Kemampuannya melatih membuatnya pernah menduduki posisi pelatih utama tim Argentina alias Aliansi Remaja Ganteng dan Tidak Nakal. Sayang sekali karena gagal menjadi juara di Copa Amerini, dia akhirnya dipecat dan kembali menekuni profesi utamanya sebagai penjudi bola profesional.
Gegap gempita Euro 2016 ini tidak lepas dari pengamatannya. Tentu saja sebagai pecinta sepakbola sejati, Tata’ Martino juga setia mengikuti perkembangan setiap pertandingan di Euro 2016. Karena penasaran dengan pengamatannya, saya menemuinya dua hari setelah Idulfitri tahun ini.
Berikut adalah wawancara saya dengan Tata’ Martino.
Saya (S): Assalamu alaikum Tata’. Apa kabar?
Tata’ Martino (TM): Walaikum salam. Alhamdulillah sehat nak. Cuma ini lutut masih suka nyeri. Biasalah, rematik. Siapa tahu ada uangmu 50rb bisa saya pinjam dulu, mau pakai beli obat.
*wah sial, kata saya dalam hati. Belum apa-apa sudah ditodong*
S: (agak gugup dan salah tingkah) Eh iyye Tata’, itu gampang ji. Saya mau tanya-tanya dulu tentang Euro ini.
TM: Oh boleh, boleh. Apa itu yang mau kau tanyakan?
S: Menurut Tata’ bagaimana dengan Euro tahun ini?
TM: Ini Euro yang bagus sekali nak. Waktunya pas, di bulan puasa. Jadi kita bisa bangun sahur ditemani bola, puasa jadi semangat. Terus setelah nonton bola saya biasa tidur sampai jam 5 sore karena semalaman tidak tidur. Lumayan, puasa jadi tidak terasa.
Selain itu sambil menunggu pertandingan saya biasanya mengaji. Alhamdulillah tahun ini saya bisa khatam.
S: (Wah perkembangan luar biasa ini, kata saya dalam hati). Hebat, jadi Tata’ sudah khatam Qur’an tahun ini?
TM: Iya dong, alhamdulillah sudah khatam sampai Iqra 3.
S: (Sialan!, dalam hati) Oh, alhamdulillah. (Menepuk jidat pelan-pelan) Kita lanjut ke soal bola dulu Tata’. Menurut Tata’ tim mana yang paling menarik?
TM: Perancis tentu saja. Kalau mereka tidak menarik, tidak mungkin baju pemain Swiss sampai robek. Bayangkan, saking menariknya Perancis, tiga baju pemain Swiss sampai harus diganti karena robek. Bahkan ada satu orang kan yang harus ganti baju sampai dua kali?
S: (Mulai gregetan) Errr…maksud saya permainannya Tata’. Tapi sudahlah, menurut Tata’ siapa pemain terbaik di Euro ini?
TM: Oh sudah pasti Oliper Jirod (Olivier Giroud maksudnya). Dia pemain paling konsisten, tidak di Euro, tidak di Arsenal, mainnya konsisten begitu-begitu saja dan selalu bikin lucu. Dia paling konsisten buang-buang peluang, tapi saya yakin niatnya baik. Supaya temannya si Grisman (Antoine Griezmann, maksudnya) bisa cetak gol lebih banyak dari dia. Jadi selain konsisten, Jirod juga rendah hati. Tipe pemain yang disukai semua calon mertua.
S: (Mulai merasa leher belakang tegang, mungkin tekanan darah mulai naik) Oh iya Tata’. Menurut Tata’ siapa yang akan jadi juara tahun ini?
TM: (Memperbaiki duduknya sambil mengisap kretek) Itu pertanyaan bodoh. Semua juga tahu, juara tahun ini kalau bukan Perancis ya Portugal. Tidak mungkin Inggris, karena Inggris sudah pulang duluan.
S: (Sepertinya memang tekanan darah makin naik) Ehm, maksud saya antara Perancis dan Portugal. Siapa yang akan jadi juara menurut Tata’?
TM: (Terkekeh) Oh itu, ngomong dong. Tapi nanti jadi kan saya dikasih pinjam uang Rp.50 ribu?
S: (Menghela nafas) Iyye Tata’, Insya Allah.
TM: (Terkekeh lagi) Baiklah, menurut saya Portugal akan jadi juara tahun ini. Memang Perancis mainnya lebih bagus, tapi mereka sudah sampai klimaks waktu lawan Jerman. Lihat saja, permainan mereka terus meningkat sejak perdelapan final dan puncaknya waktu lawan Jerman di semi final. Jadi menurut saya di final nanti mereka akan mulai main jelek.
Sementara itu Portugal justru permainannya baru mulai bagus waktu lawan Wales. Jadi grafiknya baru mulai naik. Di sisi lain mental pemain Perancis pasti terbebani, main di final di kandang sendiri. Coba kalau mereka main di kandang sapi, pasti mentalnya lebih santai.
Beda dengan Portugal, masuk final saja sudah bagus karena melihat permainan mereka yang tidak bagus-bagus amat. Jadi di final mereka pasti mainnya santai kayak di pantai. Kalah ya tidak apa-apa, masih ada baju kemarin. Eh salah, itu lagu lebaran ya. Maksudnya kalau kalah ya tidak apa-apa, karena mereka hanya tamu. Mereka bisa kasih alasan, kami tamu yang baik dan mengargai tuan rumah. Masak kami mau berpesta di atas penderitaan tuan rumah?
Makanya beban berat justru ada di Perancis, jadi permainan mereka pasti akan berantakan. Eh tapi kalau ada 100rb juga ndak apa-apa, saya pinjam 100 ribu saja. Besok saya kembalikan.
S: (Sepertinya sebentar lagi saya akan pingsan, bulir-bulir keringat dingin mulai membasahi jidat) Jadi menurut Tata’ Portugal yang akan juara?
TM: Iya dong, ada lagi alasan lainnya. Portugal itu kan terdiri dari delapan huruf, P-O-R-T-U-G-A-L, sementara Perancis kalau bahasa aslinya cuma enam: F-R-A-N-C-E. Nah final nanti digelar tanggal 10 Juli 2016 waktu sana. 1+0+7+2+0+1+6 = 17, nah 1+7 = 8. Pas dengan jumlah huruf di nama negara Portugal.
S: (Nafas mulai tidak beraturan, pandangan mulai kabur)
TM: Paling tidak, Portugal sudah jadi juara di hati para supporternya. Kalau Dewi Lestari bilang; Malaikat juga tahu siapa juaranya (sambil berdendang)
Saya sudah tidak mendengar lagi apa kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya karena saya sudah jatuh lemas dari kursi dengan pandangan yang gelap. Sayup-sayup saya merasakan tubuh saya digoyang dan suara bernada panik terdengar.
“Eh, jangan pingsan dulu. Bagaimana itu uang 100 ribu? Bisa saya pinjam tidak? Lumayan kalau saya pasang dan minta diganda dua bola,”
Belum sempat saya menjawab, tiba-tiba pandangan saya menjadi terang benderang. Sinar matahari masuk melalui jendela kamar yang gordennya tidak tertutup rapat. Saya lirik jam dinding, sudah pukul sembilan lewat.
Ah, rupanya saya bermimpi. Mimpi yang aneh. Tapi, mimpi yang mungkin saja jadi kenyataan. Kita lihat saja Senin dini hari nanti. [dG]