Raja Terakhir Sudah Pergi

ROME, ITALY – MAY 28: AS Roma players hold up Francesco Totti after his last match after the Serie A match between AS Roma and Genoa CFC at Stadio Olimpico on May 28, 2017 in Rome, Italy. (Photo by Paolo Bruno/Getty Images)

Totti, salah satu ikon terakhir Serie A 90an itu akhirnya turun tahta juga. Tersisa Buffon yang mungkin sebentar lagi juga akan menyusul.

MINGGU28 MEI 2017, akhirnya Raja Roma itu turun tahta juga. Melakoni pertandingan terakhirnya bersama Roma melawan Genoa, si nomor 10 itu akhirnya berjalan keluar stadion sebagai pemain untuk terakhir kalinya.

Francesco Totti. 24 tahun bermain untuk tim senior AS Roma di lebih dari 700 laga dengan lebih dari 300 gol. Catatan yang tidak sembarang orang bisa membuatnya. 24 tahun di satu klub saja – 28 tahun bila digabungkan dengan masa di tim juniro, sesuatu yang langka dan hanya dicatat sedikit pesepakbola saja. Selain Totti anak sekarang mungkin hanya bisa mengingat dua nama lain: Paolo Maldini dan Ryan Giggs. Dua nama yang juga sama-sama melewati masa 20 tahun di satu klub saja.

Mungkin sampai beberapa dasawarsa ke depan kita tidak akan menemukan lagi orang-orang seperti Maldini, Giggs atau Totti. Sepakbola sudah terlalu jauh berubah dari olahraga yang menghasilkan uang menjadi hampir 100% bisnis. Tuntutan pemodal yang ingin uangnya cepat kembali atau namanya tetap tenar membuat mereka tidak sabaran. Pemain melempem sedikit berarti pintu keluar terbuka lebar, begitu juga dengan pelatih.

Belum lagi soal taktik yang perubahannya sama cepatnya dengan mood seorang anak ABG. Sebentar begitu, sebentar begini. Taktik sepakbola menuntut seorang pemain untuk bisa beradaptasi dengan taktik yang berubah cepat itu. Tidak bisa beradaptasi berarti bangku cadangan lalu pintu keluar terbuka lebar.

Makanya, sulit membayangkan akan ada pemain yang bisa bertahan lama di sebuah klub saja. Bahkan sampai puluhan tahun. Godaan uang dan perubahan taktik bisa jadi penyebab mereka mengganti kaus tim.

*****

TOTTI ADALAH SATU dari dua produk terakhir sepakbola tahun 90an. Masih ada Buffon yang tersisa, kiper berusia 38 tahun yang sepertinya masih akan bertahan minimal satu tahun lagi.

Totti –dan Buffon- adalah dua yang tersisa dari era ketika kami mulai jatuh cinta pada sepakbola dan liga Italia khususnya. Masa 90an adalah masa keemasan Serie A. Magnet kuat yang menarik banyak pemain besar ke sana. Sebagian menjadi lebih besar, tapi sebagian lagi redup lalu terpaksa pindah ke kompetisi lain.

Totti – dan Buffon – lahir di masa itu. Tumbuh bersama jagoan-jagoan lain di masanya. Totti sudah pernah berhadapan dengan bek-bek terbaik dunia di jamannya. Maldini, Nesta, Costacurta, Walter Samuel, Mihaijlovic, Ferrara, Fabio Cannavaro dan banyak lagi. Hebatnya, Totti sudah pernah mengalahkan mereka semua. Bahkan ketika bek-bek itu pensiun dan digantikan oleh bek yang lebih muda, Totti tetap ada di lapangan dan mengalahkan mereka.

Selamat jalan Totti!

24 tahun bukan waktu yang singkat. Saya lupa bagaimana pertama saya mengenal Totti. Mungkin karena saya bukan penggemar AS Roma. Momen paling berkesan tentang dia hanyalah ketika AS Roma sedang ada di puncak kejayaannya, menjadi juara serie A tahun 2000/2001. Skuad AS Roma kala itu adalah skuad terbaik dengan pemain seperti Batistuta, Cafu, Aldair, Montella, Tommasi. Pokoknya nama-nama jaminan mutu yang akhirnya membuat mereka jadi raja Italia tahun itu.

Di piala dunia 2002 Totti sempat frustrasi dan memutuskan berhenti sejenak dari tim nasional, menyusul hasil kampanye piala dunia mereka yang berakhir tragis di golden goal. Beruntung empat tahun kemudian dia hadir dan menjadi bagian dari tim nasional Italia yang menjadi juara dunia di Jerman 2006.

Totti adalah satu dari dua warisan terakhir masa keemasan Serie A tahun 90an. Dengan pensiunnya Totti, berarti hanya Buffon yang tersisa. Dua ikon dari kejayaan serie A yang mungkin sebentar lagi akan benar-benar hilang.

Melihat rekaman pesta perpisahan Totti rasanya terharu juga. Hampir seisi stadion Olimpico meneteskan air mata mengantar kepergian Francesco Totti, raja terakhir Roma yang akan segera pergi. Mencari pemain sekaiber dia mungkin mudah, tapi mencari pemain yang lahir dan bertahan di klub yang sama selama 24 tahun dengan level yang terjaga, rasanya hil yang mustahal.

Raja terakhir Roma sudah pergi, meninggalkan banyak kenangan. Utamanya bagi kami yang sempat menikmati kejayaan Serie A dekade 90an. Ah, masa itu. [dG]