Momen Piala Dunia yang Berkesan

Beberapa momen Piala Dunia yang hingga saat ini masih saya ingat dengan jelas dan tentu saja sangat berkesan

Ketika tulisan ini saya buat, Qatar 2022 tinggal menunggu waktu. Senin, 21 November 2022 pukul 12:00 tengah malam WITA, pertandingan perdana akan dihelat dan itu juga sekaligus meresmikan pembukaan ajang piala dunia yang tidak biasa ini. Piala dunia di akhir tahun, bukan pertengahan tahun. Piala dunia dengan sederet kontroversi yang cukup menghebohkan. Tapi, show must go on. Terlepas dari semua kontroversi yang terjadi, Qatar 2022 akan tetap digelar.

Karena sudah menjelang Piala Dunia, jadi saya berusaha untuk membangun antusiasme yang sampai hari ini sepertinya tidak seberapa, tidak seperti ketika menghadapi perhelatan Piala Dunia lainnya di masa-masa lalu. Saya berusaha membangkitkannya dengan cara mengenang beberapa momen Piala Dunia yang paling saya ingat dan paling berkesan.

Apa saja itu? Saya ceritakan ya.

Zidane Menanduk Materazzi

Ini momen menyedihkan sekaligus membingungkan buat saya. Zinedine Zidane adalah salah satu pemain favorit saya sepanjang masa, satu strip di bawah Yang Mulia Paolo Maldini. Tapi, Italia juga salah satu negara yang secara tradisional selalu saya dukung ketika bermain di Piala Dunia. Ketika Italia akhirnya bertemu Perancis di final, saya bingung harus memilih yang mana. Maka jadilah saya penonton “netral” yang tidak benar-benar netral.

Sampai akhirnya Zidane terpancing emosi dan menanduk Marco Materazzi. Tandukan yang berujung pada kartu merah yang pada akhirnya membuat permainan Perancis tidak lagi berkembang dan harus menyerah di adu pinalti.

Bukan kekalahan Perancis yang membuat saya sedih, tapi kelakuan Zidane. Momen itu adalah momen terakhir dia bermain di lapangan hijau, karena setelahnya dia sudah menyatakan akan pensiun. Sayang sekali, dia harus pensiun dengan catatan yang kurang elok. Hanya karena terpancing emosi dan provokasi dari seorang pemain Inter Milan!

Kejadian itu membuat saya semakin tidak menyukai Inter Milan, hingga saat ini.

Pinalti Gagal Roberto Baggio

Final Piala Dunia USA 1994. Matahari sudah mulai terang, sudah pagi di Indonesia. Saya dan dua orang teman terpaku di depan pesawat televisi. Kami diam dalam kesedihan, tidak mampu berkata-kata meski tidak sampai menangis. Roberto Baggio baru saja gagal  mengeksekusi pinalti yang sekaligus membuat Brasil mampu menjadi juara Piala Dunia 1994.

Saya – dan dua orang teman – adalah pendukung Italia sejak awal. Kami menikmati masa-masa jatuh bangun tim asuhan Arrigo Sacchi itu sejak masa penyisihan hingga berhasil tiba di final. Kami memang sudah mengantisipasi kekalahan Italia atas Brasil yang bermain lebih indah dibanding Italia yang lebih banyak bermain pragmatis. Tapi, kami tidak menyangka kekalahan itu akan sedemikian pahitnya, lewat adu pinalti.

Sejak saat itu saya selalu menasbihkan diri sebagai pendukung semua tim yang melawan Brasil di Piala Dunia.

Kemenangan Perancis Atas Brasil

Delapan tahun kemudian, Brasil kembali masuk final. Kali ini menghadapi tuan rumah Perancis di Piala Dunia Perancis 98. Saya menonton final ini bersama belasan orang lainnya. Hanya dua orang yang mendukung Perancis, – salah satunya saya, sisanya adalah pendukung Brasil yang memang seperti biasa, bermain impresif sepanjang kejuaraan.

Di semi final, Brasil sudah menyingkirkan salah satu favorit saya, Belanda. Ini sudah membuat saya yang memang tidak suka tim Brasil jadi semakin tidak menyukai tim Kuning-Biru ini. Jadi sebenarnya malam itu saya mendukung Perancis bukan karena permainannya atau karena suka, lebih karena saya memang tidak suka Brasil. Dan saya menjadi minoritas malam itu.

Ketika matahari merekah, saya pulang dari tempat nonton bareng dengan hati berbunga-bunga dan langkah ringan serupa melayang. Brasil kalah 0-3 dari Perancis. Mampus kau! Kata saya dalam hati. Dan saya bisa bersorak riang gembira di hadapan belasan orang lain yang malam itu berkumpul di tempat nonton bareng. Bahagianya.

Gol Dennis Bergkamp ke Gawang Argentina

Masih di tahun yang sama. Perempat final mempertemukan Belanda dan Argentina. Saya juga secara tradisional pendukung Belanda dan tentu saja malam itu mendukung Belanda. Sayangnya, Belanda sudah terlanjur kekurangan satu pemain ketika Arthur Numan mendapatkan kartu merah di menit 76. Sial! Bayang-bayang kekalahan Inggris atas Argentina di perdelapan final mulai membayang.

Untungnya, Argentina kemudian kehilangan satu pemain juga ketika Ariel Ortega dikartumerah di menit 87. Dan pada akhirnya di menit 89, Dennis Bergkamp dengan sangat cantiknya melesakkan satu gol indah. Teriakan pecah! Saya dan teman-teman bersorak riang tak terkendali. Sebuah proses yang sangat indah, di menit menjelang akhir pertandingan.

Sampai sekarang saya masih ingat bagaimana teriakan saya yang penuh kegilaan malam itu.

Brasil Kalah Memalukan di Kandang Sendiri

Tahun 2014 Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia. Sebagai negara yang sudah mengoleksi lima trofi piala dunia dan selalu menjadi favorit, bermain di kandang sendiri sepertinya akan membuat mereka berpesta. Sampai akhirnya mereka bertemu Jerman di semi final.

Brasil bermain tanpa Thiago Silva di pertahanan, dan Neymar di garis depan. Hasilnya, mereka kocar-kacir dibombardir Jerman yang bermain begitu gila malam itu. Dimulai oleh Thomas Muller di menit 11, lalu Klose di menit 23, Kroos di menit 24 dan 26, Sami Kheidira di menit 29, dan dua gol dari Andre Schurle di menit 69 dan 79. Brasil benar-benar jadi pesakitan karena hanya mampu membalas dengan 1 gol dari Oscar di menit 90. Skor 1-7 jadi skor paling memalukan bagi Brasil sepanjang perjalanan Piala Dunia.

Awalnya saya bahagia luar biasa karena Brasil masih jadi satu tim yang paling tidak saya dukung. Tapi melihat pemain seperti David Luiz dan para pendukung Brasil bersedih hingga menangis, tak urung saya juga ikut sedih. Tapi, what the hell mereka sudah biasa juara dan sesekali kalah memalukan tak apalah ya.

*****

Sudah ratusan pertandingan Piala Dunia yang saya tonton, dan sepertinya momen-momen di ataslah yang paling ikonik dan langsung saya kenang setiap kali berbincang tentang Piala Dunia. Momen yang sampai hari ini bahkan masih terpatri dengan tegas di kepala meski sudah lewat tahunan bahkan puluhan tahun. Momen yang membuat saya merasa bahwa sepak bola memang bukan sekadar pertandingan olahraga semata, tapi lebih dari itu.

Bagaimana dengan kalian? Adakah momen Piala Dunia yang paling kalian ingat sampai saat ini? [dG]