Korea Bergembira

Bukan Mexico, negeri yang baru saja mengandaskan sang juara bertahan Italia. Bukan juga Uruguay, dua kali juara dunia dan bukan pula Perancis, juara 1998 yang mencetak kemenangan pertama di Afsel 2010. Adalah Korea Selatan yang membuka keran kemenangan di pagelaran piala dunia ke-19 ini. Hebatnya lagi, lawan yang mereka taklukkan adalah mantan juara Eropa tahun 2004, Yunani. Bahkan sampai pertandingan ke-6, Korsel menjadi satu-satunya negara yang mampu memenangi pertandingan dengan margin 2 gol.

10 tahun yang lalu Korsel mungkin hanya bisa bermimpi menekuk tim dari benua biru. Jangankan menekuk, mencetak satu poin saja rasanya hanya jadi khayalan. Korsel memang rajin tampil di ajang piala dunia mewakili Asia, namun sebagian besarnya hanya menjadi penggenap, penghibur bahkan lumbung gol. 8 tahun lalu, Korsel merubah posisinya di peta persaingan piala dunia. Menjadi tuan rumah bersama Jepang, mereka melesat hingga ke semifinal. Memang ada banyak kontroversi yang membayangi kesuksesan mereka termasuk tudingan (dan kenyataan) kalau beberapa kemenangan mereka adalah karena bantuan dan ketololan wasit, namun setidaknya keberhasilan itu berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri mereka setelahnya.

4 tahun lalu di Jerman mereka memang tidak bisa kembali mengulangi kejayaan mereka di tanah sendiri, bahkan untuk lolos ke babak keduapun mereka gagal. Namun, penampilan mereka sudah sangat jauh membaik dibandingkan 8 tahun sebelumnya di Perancis. Korsel sudah mampu membuat Perancis keteteran dan benar-benar sudah menolak untuk jadi lumbung gol.

Tahun ini mereka kembali membuka harapan. Kemenangan 2-0 atas Yunani persis sama dengan skor yang mereka bukukan pada partai pembuka di Korea-Jepang. Saat itu mereka membungkam Polandia. Penampilan merekapun sangat menjanjikan, bahkan hingga partai keenam saya masih merasa kalau penampilan Korea Selatan adalah penampilan yang menghibur, malah lebih menghibur dari permainan Inggris salah satu andalan saya.

Mereka bermain seperti sekumpulan banteng terluka, terus bergerak sepanjang permainan, menutup celah sekecil apapun yang mungkin bisa dimanfaatkan oleh Yunani. Setiap kali seorang pemain Korsel kehilangan bola, ada satu bahkan lebih pemain lainnya yang selalu siap merebut kembali bola. Semangat yang luar biasa dipadu dengan kemampuan fisik yang seperti tak ada batasnya. Persis seperti penampilan mereka 8 tahun yang lalu.

Salah satu tokoh kuncinya adalah Park Ji Sung, sang kapten yang bermain untuk Manchester United. Pengalaman bermain di level tinggi Eropa selama beberapa tahun memang membuat Park makin matang, salah satu buktinya adalah gol yang diciptakannya dengan sangat tenang di antara pemain belakang dan kiper Yunani.

Saya ingat ketika pertama kali Park mendarat di Manchester dan menandatangani kesepakatan kerjasama, banyak orang yang mengatakan kalau itu hanya didasari alasan bisnis MU semata. Persis seperti yang terjadi pada pemain Jepang, Kazuyoshi Miura di liga Italia pada pertengahan tahun 90-an. Tapi ternyata perlahan-lahan Park membuktikan kalau asumsi itu tidak benar. Dia diangkut ke Old Trafford bukan hanya sekedar karena alasan bisnis namun benar-benar karena dia memang punya kapasitas untuk itu. Meski hanya sebagai pelapis namun dia bisa menjadi super subs, datang di saat yang tepat dan menyuguhkan penampilan yang pas. Park juga akhirnya menjadi orang Asia pertama yang berhasil mengangkat trophi Champions Eropa setelah sebelumnya juga jadi orang Asia pertama yang mengangkat trophi Premier League.

Piala dunia memang baru saja dimulai, segalanya masih sangat mungkin terjadi. Tapi setidaknya hingga hari ketiga saya merasa telah menemukan kegairahan baru justru dari tim yang tidak saya sangka sebelumnya. Sekarang saya menunggu kegairahan-kegairahan berikutnya, entah dari tim mana.

Kemarin, seorang teman menulis status di FB-nya dengan kata-kata yang kira-kira berbunyi : kenapa Korsel bisa tapi kita tidak bisa melakukan hal yang sama ? Ah, saya malas menjawabnya. Terlalu ruwet, hanya buang-buang waktu dan energi. Saya hanya mau menunggu suguhan-suguhan memuaskan berikutnya dari Afrika Selatan sambil berharap cucu dari anak saya bisa menyaksikan negeri ini tampil di piala dunia.