Juara Ketiga Penting Bagi Brasil

Luis Felipe Scolari (foto: FIFA.com)
Luis Felipe Scolari
(foto: FIFA.com)

Perebutan gelar juara ketiga biasanya tidak dianggap penting lagi, utamanya bagi tim yang menilai dirinya lebih pantas main di final. Tapi buat Brasil, juara ketiga penting untuk mengangkat harga diri mereka.

Joe Jackson terkenal sebagai seorang ayah yang keras kepala dalam melatih anak-anaknya. Jermain, Michael dan saudara-saudaranya suatu hari pernah diikutkan dalam sebuah lomba nyanyi. Ketika tiba masa pengumuman, Jackson bersaudara masuk sebagai juara kedua. Jermain dan semua saudaranya melonjak kegirangan. Juara kedua bagi anak-anak seusia mereka di lomba pertama yang diikuti adalah sebuah kegembiraan luar biasa. Tapi tidak buat Joe Jackson, ayah mereka.

?Jangan diambil! Kalian itu harusnya juara satu, juara dua adalah penghinaan buat kalian.? Joe melarang anak-anaknya untuk naik mengambil hadiah.

Entah berapa banyak orang seperti Joe Jackson di dunia ini. Orang-orang yang begitu percaya pada kemampuannya dan menganggap kalau dirinya hanya patut menjadi nomor satu, bukan nomor dua apalagi nomor 3. Mereka adalah orang-orang yang penuh percaya diri dan sama sekali tidak percaya kalau ada orang lain yang lebih baik dari mereka. Posisi selain nomor satu adalah posisi yang tidak mungkin diterima karena tidak pantas buat mereka.

Saya tidak tahu bagaimana dengan Louis Van Gaal, tapi meneer yang satu ini sudah menyatakan kalau perebutan tempat ketiga sudah tidak penting lagi. Van Gaal seperti sudah kehilangan semangat ketika timnya dengan sangat menyakitkan disingkirkan Argentina lewat adu penalti. Baginya perebutan tempat ketiga hanya satu cara untuk menyelesaikan piala dunia sebagai tim yang tak terkalahkan dalam open play.

Tapi Van Gaal sepertinya tidak sendiri. Ada banyak dari kita yang juga menganggap perebutan tempat ketiga tak lebih dari sebuah seremonial belaka. Kita akan gampang mengingat negara mana saja yang jadi juara dunia tapi akan kesulitan mengingat negara mana yang jadi juara tiga. Menyebut empat semi finalis saja jauh lebih mudah.

Perebutan tempat ketiga di piala dunia lebih sering dijadikan ajang pesta bagi negara yang memang tidak diharapkan tiba di partai final, tapi buat negara yang disiapkan sampai ke final ajang ini jadi tempat menguji pemain muda. Mereka lebih sering sudah kehilangan semangat ketika kalah di semi final dan memilih untuk bersantai di perebutan tempat ketiga.

UEFA sendiri sudah menghapus laga perebutan tempat ketiga sejak EURO 1980. Chekoslovakia jadi negara terakhir yang memenanginya lewat adu penalti 9-8 mengalahkan tuan rumah Italia.

Dalam empat piala dunia sebelumnya hanya Jerman tim besar yang selalu bersemangat di laga perebutan tempat ketiga. 2006 mereka punya alasan, ingin menyenangkan fans sebagai tuan rumah yang terluka karena gagal ke final. 2010 mereka juga tetap punya semangat karena sebagian besar timnya dihuni pemain muda. Meraih juara ketiga bagi pemain muda tentu sebuah kenangan indah.

Selebihnya juara ketiga selalu dimenangi tim semenjana yang memang tidak diharapkan tampil luar biasa di piala dunia. 1998 dimenangkan oleh Kroasi si negara baru, 2002 dimenangkan Turki yang juga tak disangka akan berbicara banyak di piala dunia.

Brasil Lebih Bersemangat.

Lalu bagaimana di piala dunia 2012 ini? Tuan rumah Brasil yang terluka sehabis dipermalukan Jerman 1-7 rasanya punya semangat yang lebih besar untuk memenangkan gelar juara ketiga. Mereka hampir kehilangan semua kehormatan sebagai juara dunia 5 kali. Kekalahan atas Jerman mungkin dianggap biasa, tapi angka 7 sepertinya sangat sulit diterima para fans.

Sebelum piala dunia dimulai Brasil memang sempat diragukan. Tim ini dianggap sebagai tim Brasil terburuk dalam 20 tahun terakhir. Mereka tidak punya pemain seperti tahun 2002 yang sesak dengan para penyerang ofensif seperti Ronaldinho, Rivaldo, Kaka sampai sang fenomenal Ronaldo Luis. Brasil 2014 terlalu tergantung pada Neymar dan ketika Neymar absen bencana jadi teman baik mereka.

Neymar tetap tidak akan main dini hari nanti, tapi setidaknya barisan pertahanan mereka sudah diisi lagi oleh Thiago Silva. Setidaknya kalaupun kalah mereka tidak akan kebobolan gol sebanyak yang dilakukan Jerman pada mereka.

Tapi masa sih mereka sudi untuk kalah lagi? Gelar juara ketiga adalah kesempatan terakhir bagi Brasil untuk menegakkan kepala di depan fans mereka sendiri. Kalah lagi berarti tamat sudah, mereka resmi jadi tim terburuk dalam 20 tahun terakhir, tak peduli prestasi mereka lebih baik dari Brasil di 2006 dan 2010.

Belanda punya motivasi yang lebih sedikit dari Brasil. Mereka sudah habis-habisan di partai semi final, seluruh tenaga dan pikiran sudah habis tepat ketika Romero menghentikan penalti Sneijder. Merebut juara ketiga seperti sebuah laga yang kalau bisa dimenangkan bagus, kalau tidak ya tak apa-apa. Tapi semua bisa berubah kalau Belanda memasukkan lebih banyak pemain muda dan mengistirahatkan para senior mereka. Memberi pengalaman bertanding buat pemain muda Belanda bisa saja membuat mereka meraih gelar juara ketiga meski sekali lagi itu tidak terlalu penting.

Singkatnya, gelar juara ketiga penting bagi Brasil. Tapi tidak buat Belanda. [dG]