Episode Final Sang Kapten Catalan

Gerrard dan Puyol, dua kapten yang punya akar kuat di masing-masing tim. Sepertinya mereka akan punya kisah final yang berbeda di ujung musim ini.
Steven Gerrard menitikkan air mata di ujung pertandingan melawan Manchester City. Dia berhasil membawa rekan-rekannya memenangkan duel yang bisa disebut sebagai salah satu final Liga Inggris musim ini. Peluang Liverpool makin besar untuk menjadi jawara Liga Inggris musim 2013-2014 atau titel juara liga pertama bagi Steven Gerrard. Pantas saja dia meneteskan air mata ketika sadar impiannya sudah semakin dekat.
Gerrard lahir dan besar di Liverpool. Sepanjang hidupnya dia hanya memakai satu kostum saja, kostum merah dengan lambang burung di dada kiri. Sekali waktu dia pernah digosipkan akan pindah ke Chelsea, bukan karena dia tidak cinta lagi pada Liverpool tapi karena sebagai pesepakbola profesional dia butuh kepastian untuk merebut tahta tertinggi di liga. Beruntung itu cuma gosip, dan Gerrad terus bertahan di Liverpool.
Gerrard sudah pernah mengangkat trofi piala FA, liga Champions Eropa bahkan trofi piala dunia antar klub, tapi trofi juara liga belum pernah sekalipun. Cukup ironis untuk seorang pemain besar dan kapten besar seperti dia. Iya, siapa yang berani membantah kalau Gerrard adalah seorang kapten besar yang membawa pengaruh besar untuk tim besar seperti Liverpool. Di Istanbul Gerrard membakar semangat pasukannya untuk mengubah skor 0-3 di babak pertama menjadi 3-3 di akhir babak kedua dan lalu memenangkan adu penalti. Urat leher yang tegang ketika dia berteriak memberi semangat jadi semacam bahan bakar buat teman-temannya yang lain. Dan Liverpoolpun meraih gelar juara Champions Eropa ketika itu.
Orang Catalan juga punya pemain seperti Gerrard, namanya Carlos Puyol. Lelaki berambut keriting ini punya kharisma dan semangat seperti Steven Gerrard. Puyol lahir di propinsi Catalan, darahnya murni darah Catalan. Dia memulai karirnya di akademi sepakbola La Masia dan berakhir di tim senior Barcelona. Sepanjang karirnya dia tidak pernah memakai kostum lain dan bahkan tidak pernah berpikir mengganti kostum.

Puyol ada di dalam tubuh Barcelona senior sejak 1999 dan bahkan hadir dalam tingkat tertinggi kesuksesan Barcelona satu dekade belakangan ini. Kharisma dan sifat kepemimpinannya membuat ban kapten melekat di lengannya, menjadikan dia pemimpin untuk pemain besar sekaliber Lionel Messi, Xavi, Iniesta dan lainnya. Puyol menempati posisi yang sama seperti yang ditempati Steven Gerrard di Liverpool.
Tapi Puyol yang 3 tahun lebih tua dari Gerrard harus menanggung beban fisik yang lebih berat. Barcelona bermain di lebih banyak laga dibanding Liverpool dan Gerrard. Akibatnya, otot Puyol mulai mengirimkan sinyal menyerah, tidak mampu lagi mengikuti semangat membara sang kapten. Musim 2013-2014 Puyol lebih banyak duduk di bangku cadangan dan berbaring di meja terapis daripada berkeringat di lapangan. Otot-otot tuanya sudah memohon untuk dimanja, tak seperti 5-10 tahun yang lalu. Ini juga yang membuat sang kapten dari Catalonia itu memutuskan untuk gantung sepatu di akhir musim.
Sebelum final Copa Del Rey 16 April kemarin orang-orang berspekulasi kalau sang kapten akan turun ke lapangan hijau dan mengantar timnya merebut satu dari dua kemungkinan trofi yang tersisa. Sayangnya Puyol tetap menghangatkan bangku cadangan, tidak turun sampai peluit panjang ditiupkan dan timnya harus kehilangan satu lagi trofi di musim ini.
Tidak ada satupun yang bisa menebak apa yang ada berkecamuk di kepala Carles Puyol selepas peluit dibunyikan. Mungkinkah dia sedih karena akhir perjalanan Barcelona musim ini akan sangat berbeda dengan musim sebelumnya? Kalau itu sangat bisa dipastikan. Seorang pejuang sekelas Carlos Puyol pasti tidak bisa tenang melihat tim sebesar Barcelona sedikit lagi kehilangan semua kemungkinan menjadi juara di semua ajang yang mereka ikuti. Di liga Champions Eropa mereka sudah diusir tim dari ibukota Spanyol lainnya, di Copa del Rey gantian musuh bebuyutan mereka yang berjaya. Satu-satunya peluang yang tersisa adalah juara liga, itupun harus bersaing dengan duet tim ibukota Spanyol.
Musim 2013-2014 sudah mendekati akhir. Carlos Puyol mungkin resah karena bisa jadi akan meninggalkan lapangan hijau dengan kondisi tim yang sedang menurun sementara Steven Gerrard mungkin akan menyelesaikan musim dengan titel perdana sebagai juara liga. Dua-duanya adalah kapten dengan akar yang kuat menancap di klub masing-masing, dua-duanya adalah kapten yang tidak pernah berpikir untuk mengganti loyalitas dengan uang dan ketenaran di klub lain, dua-duanya adalah kapten yang dicintai klub masing-masing.
Tapi, episode final mereka mungkin akan berbeda di akhir musim ini. [dG]