Capres dan Sepakbola
Tak ada yang memungkiri kalau sepakbola adalah olahraga paling popular di berbagai Negara di dunia, termasuk Indonesia tentunya. Olahraga sepak menyepak kulit bundar ini mampu menyedot atensi jutaan orang di tanah air setiap kali ajang besar digelar. Para penontonpun tak pernah sepi menyambangi stadion setiap kali ada pertandingan besar.
Meski populer, namun dalam musim kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden 2009 ini, sepakbola nampaknya tidak terlalu mampu menarik perhatian para capres dan cawapres yang sedang bersaing meraih simpati. Dari ketiga pasang capres dan cawapres, hanya Jusuf Kalla yang punya satu iklan yang berkaitan dengan sepakbola.
Dalam iklan tersebut Jusuf Kalla atau yang akrab disapa JK menekankan pentingnya meningkatkan prestasi sepakbola demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Bahkan Ponaryo Astaman dan Bambang Pamungkas, 2 pemain tim nasional Indonesiapun berhasil digaet tim sukses JK untuk jadi model iklan mereka.
Kedekatan JK dengan sepakbola tidak tercipta secara instan. Periode 80-an hingga awal 90-an, beliau pernah menjadi manager sekaligus sponsor utama tim Makassar Utama, peserta Galatama-Liga Indonesia waktu itu. Belakangan tim Makassar Utama memang terpaksa gulung tikar, menyusul belasan tim-tim sepakbola semi profesional Indonesia waktu itu.
Belakangan, setelah makin sibuk di pemerintahan JK memang sudah jarang bergaul dengan dunia sepakbola, meski pada pagelaran piala dunia 2006 dan piala Eropa 2008 kemarin masih menyempatkan diri sebagai bintang tamu dalam acara siaran langsung di sebuah stasiun televisi nasional. Kedekatan lain JK dengan sepakbola adalah ketika menerima replika tropi piala dunia yang diarak keliling dunia dalam rangka promosi piala dunia 2006. Dalam kesempatan lainnya, JKpun pernah menerima secara langsung Christiano Ronaldo-bintang portugal- yang pernah menyempatkan diri datang ke Indonesia menemui penggemarnya dari Aceh.
JK pun pernah memberi kata sambutan pada pembukaan Mukernas PSSI di Makassar. Saat itu, JK sempat mengutarakan “rasa maluâ€-nya pada prestasi sepakbola negeri kita. JK sempat menyindir betapa kita masih tetap membanggakan prestasi menahan Uni Sovyet pada Olimpiade Melbourne lebh dari 50 tahun lalu. JK juga sempat menitipkan pesan pada pengurus PSSI agar dalam mengolah sepakbola Indonesia mereka jangan mencari hidup tapi bagaimana menghidupi sepakbola itu.
Berbeda dengan JK, dua capres lainnya secara mendasar tidak punya hubungan erat dengan sepakbola. Capres Megawati jelas tak begitu paham olahraga yang dominan dilakoni para lelaki itu. Sementara capres SBY lebih menggemari bola voli, bahkan pernah ikut bermain secara serius dalam sebuah acara. Hanya ada 2 hal yang memperlihatkan keterkaitan SBY dengan sepakbola, pertama yaitu ketika SBY (bersama JK) menonton langsung pagelaran Piala Asia di GBK. Kedua yaitu ketika SBY menerima langsung kedatangan Zinedine Zidane di Indonesia. SBY bahkan sempat bermain bola sejenak bersama legenda hidup Perancis itu.
Prestasi sepakbola Indonesia di jaman pemerintahan SBY-JK tetap stagnan, sama seperti prestasi olahraga lainnya. Dalam kurun waktu 10 tahun belakangan, Indonesia bukan lagi sebuah tim yang ditakuti di kawasan Asia Tenggara. Satu persatu ajang sepakbola regional lepas dari kita, beberapa di antaranya malah jadi ajang mempermalukan kita. Negara-negara yang dulu hanya jadi lumbung gol Indonesia seperti Vietnam, Myanmar dan Singapura sekarang malah jadi momok yang menakutkan bagi tim nasional kita. Wajah sepakbola tanah airpun sama saja. Meski tahun 2008-2009 ini liga Indonesia sudah berganti nama menjadi liga super namun ternyata pagelarannya masih tetap jauh dari kata super. Penundaan laga, jadwal yang tak pasti, kasus kericuhan antar penonton sampai dugaan skandal wasit tetap menjadi menu yang sama dari tahun ke tahun.
Jatuhnya Indonesia dalam jurang krisis multidimensi memang berdampak secara luas pada prestasi olahraga kita, bukan hanya sepakbola. Kenyataan ini makin diperparah oleh sikap para pengurus yang tidak tegas dan nampak tidak sungguh-sungguh dalam mengurus sepakbola dalam negeri.
Lalu, apakah karena punya track record yang lebih akrab dengan sepakbola maka otomatis JK bisa menarik simpati para penggemar sepakbola tanah air ?Jawabannya tentu beragam. Hingga saat ini belum nampak adanya program yang jelas dari JK ataupun capres yang lain tentang bagaimana membantu PSSI mewujudkan mimpi Indonesia menuju pentas dunia. Semua masih sebatas wacana saja tanpa adanya program yang jelas.
Faktor lain yang bisa membuat JK kurang populer di kalangan pecinta sepakbola tanah air adalah faktor daerah asalnya yang sama dengan daerah asal ketua umum PSSI Nurdin Halid. Bagi sebagian besar pecinta berat sepakbola Indonesia, sosok Nurdin Halid adalah momok yang dibenci. Beliau dianggap sebagai salah satu pemicu mandegnya prestasi sepakbola Indonesia. Langkahnya mempertahankan diri sebagai ketua umum meski saat itu harus mendekam dalam tahanan karena dugaan kasus korupsi membuat sebagian besar kelompok pecinta sepakbola tanah air membencinya.
Tapi alasan ini tentu adalah alasan emosional yang tak seluruhnya dianut oleh para pecinta sepakbola tanah air.
Memilih seorang presiden yang akan memimpin negeri ini 5 tahun ke depan tentu harus memasukkan banyak pertimbangan yang rasional. Bagi para pecinta sepakbola, faktor kedekatan dan perhatian dari capres terhadap perkembangan sepakbola tanah air mungkin saja menjadi sebuah bahan pertimbangan. Semuanya kemudian kembali kepada kita para pemilih. Siapapun presidennya yang penting negeri kita tetap aman, syukur-syukur bila prestasi sepakbola kita benar-benar bisa menembus dunia internasional.
daeng, ndak pernah ka’ liat iklan kampanye versi main bola
memang banyak faktor yang harus diliat yah untuk menentukan sesuatu
tapi jawabannya tetap Lebih Cepa’ Lebih Bae’
😀
*black campaign ndak yah?*