Bale Dan Nilai Di Luar Nalar
Sepakbola modern memang gila! Nilai uang yang mengalir sudah tidak muat di layar kalkulator. Bukan cuma pendapatan dari sebuah pertandingan, tapi juga harga dari seorang pemain.
Musim 1984-1985 Napoli membuat dunia sepakbola Italia geger. Klub di selatan negeri pizza itu bangkit dari status tim proletar yang hanya jadi bulan-bulanan tim borjuis dari sebelah utara. Pemicunya adalah kedatangan seorang Diego Armando Maradona dari Barcelona yang ditebus dengan harga $5 juta. Bukan hanya publik Italia yang tercengang, tapi hampir seluruh dunia.
Tahun 1984, nilai $5 juta adalah angka sangat besar untuk seorang pemain sepakbola. Belum pernah ada manusia yang dihargai segitu mahal sebelumnya, apalagi oleh sebuah klub yang selama ini tidak pernah menyandang status sebagai klub kaya. Napoli bisa melakukannya karena mereka punya pendukung yang fanatik, bahkan super fanatik. Hampir semua warga Napoli ketika itu menyumbangkan apa yang mereka punya hanya agar Maradona bisa berseragam biru langit, agar gengsi dan harga diri mereka tegak di mata para borjuis dari utara. Dan kita tahu kalau itu berhasil.
17 tahun kemudian, dunia kembali dikejutkan oleh nilai seorang manusia. Kali ini Real Madrid pelakunya. Zinedine Zidane didatangkan dari Juventus dengan nilai hampir 10 kali nilai Maradona. Orang jadi sadar, sepakbola tidak sesederhana dulu lagi. Sepakbola benar-benar sudah jadi bisnis yang melibatkan uang dengan deretan angka nol yang sulit dihitung.
Dan kemudian Real Madrid mengulanginya lagi. Tahun 2009 Ronaldo diberi kaus putih berlambang Madrid untuk menggantikan kaus merah berlambang Manchester United. Tidak gratis tentu saja, Madrid merogoh koceknya untuk mengeluarkan dana sekitar 80 juta Poundsterling. Transfer Ronaldo hanya bukti lain kalau sepakbola memang bisnis, bukan lagi sekadar olahraga menyepak kulit bundar.
Dan kekagetan kita sebentar lagi mungkin akan terulang jika benar Gareth Bale jadi mengganti kausnya dengan kaus Madrid. Harganya lebih gila lagi, 100 juta Poundsterling atau dalam rupiah hampir setara 1,5 triliun. Bayangkan berapa deretan angka nol di belakangnya, bayangkan berapa banyak tim yang bisa dibangun dengan nilai seorang Bale.
Pertanyaannya kemudian, pantaskah Bale dinilai semahal itu? Pantaskah Real Madrid mengeluarkan uang sebanyak itu untuk seorang pemain?
Presiden UEFA yang mantan pemain legenda Perancis, Michel Platini berucap, ?Jika memang Madrid membayar Bale senilai itu dan mendapat keuntungan darinya maka itu bagus buat Madrid. Jika sebaliknya maka tentu kerugian besar buat Madrid.?
Sejak transfer Ronaldo yang mencengangkan, Platini sebenarnya sudah resah. Dia menganggap sepakbola jaman sekarang benar-benar gila, pemain bukan lagi pemain. Pemain adalah produk, pemain adalah barang yang bisa diperjualbelikan dan dimanfaatkan banyak orang.
Dalam kasus Bale, Platini menganggap ini sebagai sebuah perampokan. Sepakbola telah dirampok oleh para agen pemain yang mendapat komisi sangat besar dari setiap transfer yang berhasil. Bukan hanya agen, tapi ada banyak pihak yang menurut Platini ikut ambil bagian dalam perampokan besar-besaran ini.
Entah Platini yang terlalu kolot atau justru dia yang masih waras. Platini mungkin mewakili kegelisahan banyak orang yang melihat nilai murni dari sepakbola mula terkikis ketika aspek bisnis menjadi raja. Semua dihargai dengan uang, uang dan uang. Pemain dipaksa bermain sebaik dan sesering mungkin, mereka adalah produk, mereka adalah mesin uang dan karenanya harus dijaga agar tetap fit dan bermain bagus.
Di luar lapangan kita hanya berteriak penuh semangat memberi kekuatan pada mereka yang kita idolakan. Kita sadar kalau olahraga ini sudah banyak bergeser dari semangat aslinya, tapi kita kadang tidak peduli karena toh kita tetap terhibur oleh bisnis yang kadang tanpa sadar menyedot tabungan kita.
Tapi sebelum makin jauh, cobalah bertanya: pantaskah Bale dihargai sebesar itu? Tidakkah harganya terlalu jauh di luar nalar? [dG]