5 Pesepakbola Dengan Tubuh Yang Tak Atletis
Siapa bilang pesepakbola kelas atas harus punya badan atletis? Lima pemain ini membuktikan sebaliknya.
Ah, sepakbola. Jutaan orang sepertinya setuju kalau olahraga ini didapuk sebagai olahraga paling populer di kolong langit bumi ini. Ada banyak hal dari ajang olahraga ini yang mampu menarik perhatian jutaan orang, bahkan ajang tertingginya yaitu piala dunia mampu mengalihkan sejenak perhatian orang Indonesia dari Pilpres yang panas.
Namanya olahraga yang melibatkan fisik, para pelakunya pun sudah sepantasnya punya badan yang oke punya. Tinggi, kekar, liat dan penuh otot. Seperti Cristiano Ronaldo misalnya, atau Zlatan Ibrahimovic. Pokoknya, badan pemain bola profesional sudah seharusnya bisa membuat kaum wanita dan kaum pecinta pria menitikkan liur melihat mereka melepas kaus.
Tapi, ternyata tidak semua pesepakbola punya badan ideal seperti yang dimiliki Cristiano Ronaldo. Ada juga beberapa pesepakbola kelas dunia dengan prestasi mentereng yang tubuhnya justru jauh dari kata ideal sebagai seorang olahragawan.
Namun, meski tubuh mereka dianggap tidak ideal sebagai olahragawan tapi prestasi mereka cukup untuk membuat nama mereka diukir dengan tinta emas. Entah itu di tingkat kompetisi lokal, benua sampai level tertinggi: piala dunia.
Siapa saja mereka? Berikut beberapa di antaranya:
Peter Crouch
Pemain kelahiran Macclesfield, 30 Januari 1981 ini jadi salah satu pesepakbola dengan badan yang tidak lazim. Tingginya 2.01 m tapi beratnya cuma 75 kg. Dengan proporsi seperti itu, Crouch kadang terlihat seperti tiang listrik yang berlari ke sana ke mari di lapangan hijau.
Tubuhnya terlihat terlalu ringkih, kurus dan gampang patah sebagai seorang pesepakbola. Apalagi dia bermain di Liga Inggris, salah satu liga yang dianggap paling keras di Eropa (bahkan seorang Juergen Klinsmann pun pernah patah hidung ketika bermain untuk Tottenham Hotspur).
Dengan badan yang seperti itu, toh Crouch berhasil juga menorehkan berbagai prestasi yang katakanlah cukup mentereng. Tampil secara regular di klub-klub papan atas Liga Inggris seperti Tottenham Hotspur dan Liverpool, Crouch juga ikut dalam skuat Inggris di dua piala dunia: Jerman 2006 dan Afrika Selatan 2010. Okelah sumbangsihnya di dua piala dunia itu tidak bagus-bagus amat, tapi ingat bahwa itu dia lakukan dengan tubuh yang juga tidak atletis-atletis amat.
Dengan tinggi yang lebih dari dua meter, kelebihan Crouch memang ada di kepala. Tidak perlu melompat tinggi, dia sudah bisa menyambut umpan lambung atau umpan silang yang bisa dikonversi sebagai gol.
Nwankwo Kanu
Hampir sama dengan Peter Crouch, pesepakbola asal Nigeria ini juga punya tubuh tinggi dan kurus, meski sepertinya dia lebih sedikit berisi dari Crouch. Tingginya 1.97m dengan tungkai yang panjang dan kurus, kadang Kanu terlihat seperti seekor burung unta di lapangan hijau.
Bukan hanya tubuhnya yang tak lazim sebagai seorang pesepakbola, tapi jantungnya juga. Kanu punya masalah dengan kelainan jantung yang membuatnya hampir mengakhiri karir sepakbolanya. Beruntung waktu itu dia punya klub yang baik hati dan berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan penyakitnya. Klub yang sayangnya segera dia tinggalkan setelah sakit jantung itu sembuh.
Dari Inter Milan di Italia, Kanu terbang ke London, bergabung bersama Arsenal yang di akhir tahun 90an dan awal dekade 2000an sedang tumbuh menjadi salah satu tim terkuat di Inggris. Pelan tapi pasti Kanu jadi bagian dari tim yang waktu itu sedang tumbuh jadi tim yang menakutkan. Kanu ikut dalam tim yang memenangi FA Cup tahun 2003 dan gelar Liga Inggris tahun 2004.
Kanu membuktikan bahwa tubuh kurus dan kelainan jantungnya bukan halangan untuk jadi seorang pemain besar. Syaratnya hanya dua: semangat untuk terus berusaha dan klub yang berbaik hati mau membayarkan pengobatannya.
Filippo Inzaghi
Kurus, canggung dan tidak punya skill. Itu gambaran singkat tentang Inzaghi kalau kita hanya punya waktu lima menit melihatnya bermain. Tapi beri dia waktu 90 menit dan kita akan melihat seorang pesepakbola yang licik – dalam arti positif – , penuh perhitungan dan penuh determinasi.
Inzaghi sadar dengan tubuh kerempeng dan skill yang tidak seberapa itu, dia akan selalu kalah duel dengan bek-bek Italia dengan tubuh dan kemampuan sekaliber Ciro Ferrara, Paolo Maldini atau Alessandro Nesta. Karenanya Inzaghi terus mengasah dan mengembangkan kemampuannya yang lain: licin dan licik – sekali lagi, dalam arti positif.
Inzaghi lebih memillih tidak berduel dengan bek-bek bertubuh besar dan ganas, namun justru memilih penempatan ruang yang akurat. Dengan tubuh kecilnya yang membuat dia kekurangan perhatian bek lawan, dia bisa tiba-tiba ada di depan gawang menyentuh bola dan gol! Bek lawan akan termangu dan bertanya dalam hati: ini orang dari mana sih?
Ciri khas yang paling terkenal dari Inzaghi adalah offside-nya. Bahkan Alex Ferguson sampai kesal dan menjulukinya lahir dalam posisi offside. Jap Stam, bek Belanda bertubuh besar yang main untuk Manchester United waktu itu juga sempat frustrasi gara-gara Inzaghi. Dalam 10 kali kesempatan perangkap offside, Inzaghi bisa saja lolos satu kali dan menghukum lawan dengan gol yang menyakitkan.
Dengan tubuh kerempeng dan skill seadanya, Inzaghi jadi bagian kampanye sukses Juventus dan AC Milan. Dia tidak hanya ikut merajai Liga Italia tapi juga merajai Eropa bersama AC Milan, tentu dengan gol uniknya di final melawan Liverpool. Sampai sekarang pun, Inzaghi masih mendapat respek besar dari fans AC Milan meski tubuhnya tak seatletis Paolo Maldini misalnya.
Lionel Messi.
Tubuh Messi sebenarnya tidak bisa dibilang kecil, tingginya 1.7 m. Namun, ukuran seperti itu tergolong kecil di antara pesepakbola daratan Eropa yang rata-rata 1.8 m ke atas. Pun kita harus ingat bahwa di usia yang lebih muda Messi pernah menderita kelainan yang menghambat pertumbuhannya. Mungkin waktu itu orang tuanya pasrah Messi akan besar sebagai seorang pria cebol. Untunglah dengan terapi yang tepat, Messi bisa tumbuh normal.
Soal prestasi, tak perlulah kita sebutkan. Bahkan anak SD sekalipun tahu bagaimana mematikannya si kutu di lapangan hijau. Orang-orang bahkan menjulukinya sebagai “alien” karena aksi-aksinya yang memang kadang mengejutkan.
Satu-satunya yang belum dimiliki oleh Lionel Messi adalah prestasi bersama tim nasional senior.
Diego Armando Maradona.
Sepintas tubuhnya terlihat sebagai seorang pria pemalas yang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi dengan setumpuk junk food di sampingnya. Gemuk dan pendek. Tingginya hanya 1.65 m dengan badan yang gempal. Melihatnya kita mungkin akan berpikir; sejauh apa dia bisa berlari sebelum berhenti karena kehabisan nafas?
Tapi kita semau tahu sejarah apa yang ditorehkan oleh Diego Maradona. Dia bukan manusia biasa, dia dipuja sebagai dewa di Napoli dan negerinya Argentina. Bahkan beberapa orang mendirikan gereja yang mereka dedikasikan buat sang dewa; Diego Maradona.
Bicara piala dunia tidak akan mungkin melepaskan namanya. Dua golnya ketika melawan Inggris di perempat final Mexico 86 adalah sejarah yang abadi. Cuplikan gol itu akan terus menerus diulang ketika orang berbicara tentang piala dunia. Satu gol tangan Tuhan dan satu lagi gol fantastis.
Diego Maradona memang anti tesis dari tubuh seorang olahragawan. Meski rajin berlatih, berlari dan berolahraga, toh Maradona di masa jayanya tetap saja terlihat gemuk. Dia bisa mematahkan teori bahwa olahraga membuat orang jadi ramping atau atletis.
Itulah setidaknya lima pesepakbola kelas atas yang tubuh mereka tidak seatletis umumnya seorang olahragawan. Di luar mereka berlima itu masih banyak lagi pesepakbola lain yang tidak diberkahi tubuh atletis, tapi tetap bisa menjadi seorang pesepakbola yang luar biasa.
Pesan moralnya adalah: tidak peduli tubuhmu atletis atau tidak, kamu bisa tetap menjadi yang terbaik di bidangmu asal kamu mau belajar keras dan terus berlatih. [dG]