Wanita Simpanan; Catatan Panjang Cinta Yang Gelap

Ilustrasi (sumber: historia.co.id)
Ilustrasi (sumber: historia.co.id)

Seorang penulis Perancis, Alexander Dumas berkata, “Ikatan pernikahan begitu berat, sehingga seringkali butuh dua orang untuk menjalankannya, dan kadang tiga orang.”

Sejak pertama kali Hawa berhasil digoda setan untuk mengajak Adam memakan buah khuldi, sejak itu pula cerita digoreskan. Cerita tentang bagaimana wanita sangat berarti dalam kehidupan pria, bisa jadi alasan untuk sukses tapi di lain waktu bisa jadi alasan untuk jatuh ke jurang kegagalan.

Dalam sejarah panjang manusia mungkin ada jutaan kisah bagaiman wanita masuk dalam kehidupan pria dan mengubah jalan cerita kehidupan mereka selamanya. Sebagian datang lewat pintu yang memang terbuka untuk para wanita itu, tapi sebagian lagi datang lewat pintu yang tidak umum. Gelap, tersembunyi dan penuh dengan resiko cemoohan publik saat pelakunya tersorot lampu. Merekalah wanita simpanan, selir, gundik, harem atau apapun namanya.

Ada pameo yang mengatakan, semakin tinggi kedudukan dan kekuasaan seorang pria maka semakin besar nafsu dan hasratnya hingga satu wanita tidak akan cukup. Dalam budaya timur, sudah lazim seorang penguasa punya banyak wanita simpanan atau selir. Dalam kisah kerajaan Tiongkok bahkan ada literatur yang mencatat seorang kaisar dengan ribuan selirnya yang ditempatkan di istana khusus.

Bagi kaisar dan raja di Asia, selir atau wanita simpanan adalah simbol kesuksesan. Semakin banyak wanita yang mereka miliki maka semakin tinggi keagungan dan tingkat penghormatan orang kepada mereka. Tapi Eropa berbeda, dalam tradisi panjang kerajaan-kerjaan Eropa selir bukan simbol kejayaan. Meski begitu tidak ada yang menyangkal jika sesungguhnya para raja, pangeran dan bangsawan itu tetap punya nafsu yang tak cukup dipenuhi oleh satu wanita. Mereka tetap menyimpan wanita lain meski tak pernah terang-terangan membanggakannya.

Sampul buku: Wanita Simpanan
Sampul buku: Wanita Simpanan

Kisah para wanita simpanan ini yang dicatat dengan penuh detail oleh Elizabeth Abbott, seorang sejarawan. Dalam buku setebal 602 halaman ini Elizabeth bertutur tentang kehidupan para wanita simpanan, yang terang-terangan diakui sebagai selir maupun yang hidup dalam persembunyian dan tidak diakui pasangan. Kisahnya juga bermula dari sejak jaman kuno ketika Siti Hajar menjadi wanita kedua dalam pernikahan Nabi Ibrahim hingga kisah-kisah wanita simpanan di abad 20.

Kehadiran wanita dalam hidup seorang pria selalu punya banyak efek. Dalam satu kisah diceritakan bagaimana putra mahkota (dan kemudian raja) Rumania, Carol begitu tergila-gila pada wanita muda bernama Elena Lupescu. Cinta yang membuatnya harus mengorbankan tahtanya dan hidup jauh di pembuangan.

Dalam kisah lain juga dicatat bagaimana sesungguhnya wanita simpanan begitu banyak memberi kekuatan pada lelaki yang tidak bisa mengakui secara resmi keberadaan mereka selain sebagai pendamping dan pemuas nafsu.

Secara kasat mata orang mungkin memang melihat posisi para selir, gundik atau wanita simpanan itu tidak lebih dari sekadar pemuas birahi sang pria. Tapi pada kenyataannya ada banyak wanita simpanan yang berhasil mendapatkan cinta melebihi cinta yang diterima istri sahnya. Camilla Parker Bowles contohnya. Meski secara fisik dia kalah jauh dibandingkan mendiang Putri Diana, tapi hati Pangeran Charles selalu berlabuh di wanita itu. Cinta terlarang menjadi pilihan mereka sebelum akhirnya takdir menautkan keduanya dalam ikatan pernikahan.

Buku Wanita Simpanan yang merupakan terjemahan dari Mistresses; The Story Of The Other Woman berhasil menyajikan cerita tentang para wanita simpanan dalam cerita yang apa adanya dan tidak menghakimi. Sebagian dari mereka memang menderita, tapi sebagian lainnya tetap mengaku bahagia dengan status sebagai wanita simpanan.

Sebuah buku yang nikmat dibaca di waktu senggang, tentu karena penyajian sejarahnya yang bisa memperluas wawasan. [dG]