Wajah Islam, Wajah Kekerasan?
Islamophobia pasca 9/11 sepertinya makin merebak. Pandangan orang tentang Islam yang akrab dengan kekerasan menjadi begitu mudah ditemukan. Sebagian karena dibentuk orang luar, sebagian karena dibentuk dari dalam sendiri.
Suatu hari, seorang kawan terlibat dalam sebuah situasi yang unik. Kawan saya seorang lelaki berambut gondrong dengan penampilan yang urakan. Situasi unik yang terjadi adalah ketika dia mengajar cara merajut. Muridnya seorang wanita bercadar dan berjilbab besar. Pemandangan ini diabadikan dalam beberapa foto yang menurut saya adalah foto yang indah. Perpaduan antara 2 kutub yang saling bertolak belakang. Foto itu diunggah kawan saya ke Facebook dan segera mengundang komentar dari banyak orang.
Salah satu komentar kira-kira berbunyi: kamu mengajar apa? Mengajar bikin bom? Pertanyaan ini mungkin terdengar bercanda, tapi buat saya pertanyaan ini jadi menusuk karena saya yakin pertanyaan itu keluar karena melihat kostum sang wanita yang bercadar dan berjilbab besar.
Setelah jatuhnya menara kembar WTC di New York dan menyisakan Osama Bin Laden sebagai tertuduh utama di balik serangan itu maka mendadak Islam jadi makin populer sebagai agama yang mendidik para teroris, utamanya di mata orang Amerika dan Eropa. Sebelum 9/11 Islampun sebenarnya sudah mendapat kesan seperti itu.
Di Eropa dan Amerika, orang Arab digambarkan sebagai para teroris berdarah dingin. Dan karena Arab lekat dengan Islam maka tak heran ajaran Muhammad SAW ini ikut terseret. Marcell Desailly, seorang pesepakbola imigran berkebangsaan Perancis pernah bilang, tak mudah menjadi imigran Arab di Perancis. Selain label imigran, mereka juga mendapat label sebagai teroris.
Dan semua menjadi semakin berat ketika Amerika Serikat berada di garda depan mengobarkan islamophobia. Beragam teori konspirasi berada di belakang langkah Amerika itu meski tentu saja terus dibantah oleh sang negara adi daya.
Islamophobia Indonesia.
Bom Bali 2004 mengubah banyak hal. Terorisme yang dulu tidak terlalu populer mendadak jadi begitu akrab dengan Indonesia. Pelakunyapun jelas, mereka yang bersorban dengan istri yang berbalut cadar dan jilbab besar. Kata lainnya: islam garis keras.
Sejak itu pula wajah Islam mulai suram. Secara tidak sadar penampilan mereka yang bersorban, berjubah, bercelana puntung atau bercadar dan berjilbab besar itu malah jadi alarm bahaya bagi beberapa orang. Mereka yang berpenampilan seperti itu mendadak ditakuti, dianggap membahayakan, membawa bahan peledak dan bisa meledakkannya kapan saja.
Sorban, jubah, cadar dan jilbab besar bukan lagi tanda ketakwaan, tapi malah jadi tanda fundamentalisme yang ujungnya adalah kekerasan.
Parahnya lagi, bukan cuma pembentukan image jelek dari luar berhasil tapi juga ada pembentukan image jelek dari dalam yang makin menambah garis keras di wajah Islam Indonesia. Sebutlah sebuah organisasi massa yang membawa nama Islam dan mengaku sebagai pembelanya. Mereka bersorban, berjubah dan rata-rata berwarna putih yang melambangkan kesucian dan keteduhan.
Sayangnya mereka datang di saat yang tidak tepat. Saat citra Islam lekat dengan kekerasan, terorisme dan fundamentalisme, organisasi massa itu malah akrab menggunakan kekerasan untuk menegakkan syariah. Mereka merusak tempat-tempat hiburan malam, menyita minuman keras dan merazia tempat-tempa maksiat. Dari sisi yang satu tindakan mereka dibenarkan, tapi dari sisi yang lain sangat disayangkan. Selalu ada yang jadi korban dari sebuah tindakan kekerasan meski itu untuk kebenaran sekalipun.
Dan kali ini Islam kembali jadi korban. Islam digambarkan sebagai agama dengan penganut yang tidak segan bermain kasar dan merusak apa saja tanpa peduli dengan hukum.
Agama saya masih sangat dasar, ketakwaan saya belum ada apa-apanya. Tapi setahu saya, Rasulullah SAW selau memberi contoh bagaimana Islam seharusnya jadi agama yang lemah lembut dan penuh kesantunan. Agama yang menghormati perbedaan tanpa harus ikut larut dalam warna yang berbeda-beda.
Terlalu panjang jika kita harus membahas tentang ini. Selalu ada debat, diskusi dan kontroversi tentang apa yang terjadi. Saya percaya, kita semua tidak suka kekerasan apapun tujuannya. Tak ada orang yang tidak cinta damai, apalagi Islam sesungguhnya adalah agama yang membawa kedamaian.
Selamat berpuasa, semoga damai selalu bersama kita umat manusia. [dG]
?
…
kalimat :
Agama saya masih sangat dasar, ketakwaan saya belum ada apa-apanya. Tapi setahu saya, Rasulullah SAW selau memberi contoh bagaimana Islam seharusnya jadi agama yang lemah lembut dan penuh kesantunan. Agama yang menghormati perbedaan tanpa harus ikut larut dalam warna yang berbeda-beda.
seperti halnya pemahaman Islam yang saia anut hingga sekarang
Islam Tetaplah Rahmatan Lilalamin, jika menggali lebih dalam akan kita temukan kerahmatan itu, namun apa yg di beritakan media akhir2 ini menurut sy adalah bomb effect atas apa yg menimpa saudara2 seiman di belahan dunia lain seperti di rohingya, afgan, palestine, irak , mesir dan lain sebagainya. Tentunya kita masing2 punya pendapat yg berbeda akan hal tsb.
pendapat kedua yg sering disandarkan saudara2 kita sebutlah FPI adalah buah lemahnya penegak hukum yg membiarkan THM, miras bergentayangan di bulan suci akhirnya mereka turun tangan, karena sy pun meyakini untuk kemungkaran yg didepan mata cegahhlah dgn tanganmu, klo tak mampu dgn lisan dan do’a dan itu adalah selemah2nya iman..
Wallahu a’lam
kalo sy pribadi sieh lebih ke berusaha menegakkan sholat 5 waktu saja dulu, yg ringan2 dan didepan mata. karena skg ini susah sieh kalo hanya melihat dari casing luar, janggutan, jubah jg tak bisa dijadikan tolak ukur, yg urakan pun kita tak tau iman mereka bisa jadi lebih baik dari kita…..
islam itu indah, dan berseni.. Indah dalam hal tutur kata, ditunjukkan dengan penampilan dan selaras dengan kata ucapan dan keseharian.
setelah baca literatur sejarah tentang Islam Indonesia dari beberapa versi dan melihat kenyataan (akar rumput budaya dan tradisi) maka islam di negeri ini begitu sejuk, malah agama2 lain pun tetap eksis tanpa ada paksaan dengan jalan kekerasan, dan pejuang2 Islam dan komponen masyarakat ikut menyumbangkan segala yang mereka punya untuk lepas dari penjajahan.
Islam ternyata begitu berkembang di negeri ini karena berangkat dari pembauran penyebar Islam dengan tradisi atau budaya2 yang ada, mereka tidak menuduh budaya ini atau tradisi ini sesat dan lainnya, sehingga Islam itu cocok bagi masyarakat,
Nanti belakang ini barulah.. terjadi aksi2 kekerasan dengan memakai nama agama,
maka dari itulah, Islam bukan penyebar kekerasan, tapi malah diobok2 oleh mereka2 yang mengaku berhak atas Islam, dan bertindak mewakili Tuhan untuk menghukum si ini atau si anu..
Dan yang kena imbasnya adalah masyarakat awam, seperti yang diceritakan di atas.
Dan menurut saya Islam mesti dijabarkan tidak sebatas Jilbab, jenggot, kopiah, baju koko lalu tampil di tivi, dan label2 yang melekat. Tapi dijabarkan bahwa Penindasan yang dilawan itu adalah Islam, menegakkan kebenaran sesuai konsep hakikatnya adalah Islam, tidak menjajah adalah Islam, tidak sembarangan meneror adalah Islam, bersikap baik terhadap tetangganya adalah Islam, memaknai kasih dan sayang juga adalah Islam karena ada bacaan Bismillahrahmanirahim, dan masih banyak lagi termasuk merangkul energi shalawat Rasulullah… serta
cinta tanah air dengan melakukan yang terbaik untuk negara dan bangsa adalah bahagian dari Islam…
Begitu kira2 menurutku Daeng.. 🙂
Wah, bagus sekali tulisannya daeng. Di dalam Al-Quran sebenarnya Allah SWT telah menggambarkan bagaimana sikap orang-orang Muslim yang berkasih sayang diantara mereka tetapi KERAS dan TEGAS kepada orang-orang kafir. Dalam Surah Al-Fath ayat 29:
Artinya: “Dan orang-orang yang bersama dengan dia (Muhammad) adalah KERAS terhadap orang-orang kafir tetapi BERKASIH SAYANG diantara sesama mereka” (Q.S. Al-Fath:29).