Skenario Buruk Pak Polisi!
Film butuh skenario, bahkan hidup pun sebenarnya ada skenarionya. Kadang kita bahkan bisa membuat skenario sendiri untuk hidup kita, bukan cuma menerima skenario yang sudah jadi.
Dulu orang tua kita sering berpesan, jangan terlalu sering nonton film barat. Budayanya tidak baik! Masa berganti, sepertinya kita sudah harus mendaur ulang pesan dan nasehat itu. Belakangan bukan cerita dari film dan tontonan luar yang bikin budaya kita rusak, tapi justru cerita dari tontonan dalam negeri kita sendiri.
Televisi kita dibanjiri sinetron, layar bioskop kita juga sempat dirajai oleh film-film horor atau komedi tidak jelas. Kesamaan antara sinetron dan film-film itu satu, sama-sama berskenario buruk. Skenario buruk dua tayangan itu sepertinya menular ke sebagian warga kita yang sedang menyusun skenario untuk hidupnya.
Jumat malam, Indonesia mendadak riuh. Ada serombongan polisi yang mendatangi kantor KPK untuk menjemput paksa seorang penyidik KPK yang juga seorang anggota polisi. Alasannya, sang polisi terlibat dalam sebuah kasus 8 tahun lalu di Bengkulu dan karena itu harus dijemput paksa untuk diperiksa.
Dan ini adalah skenario buruk yang menghina akal sehat. Novel Baswedan sang polisi yang akan dijemput paksa sedang mengusut sebuah kasus yang berkaitan dengan seorang jenderal polisi. Sebelumnya dia juga sudah berhasil mengusut banyak kasus lainnya yang melibatkan orang-orang besar di negeri ini. Intinya, Novel Baswedan adalah orang yang sudah membuat banyak pihak jadi sibuk dan kebakaran jenggot.
Di sebelah mana skenario ini nampak buruk?
Anda masih mau bertanya? Kecuali kalau ada kisah yang tak lengkap maka skenario di atas terlalu buruk untuk dipertanyakan sisi konspirasinya. Kapolri sendiri membantah kalau kedatangan para polisi ke KPK jumat malam itu sepengetahuan beliau. Lengkap sudah sisi bolong dari skenario ini.
Sepertinya pihak polisi terlalu banyak belajar dari sinetron Indonesia atau film-film horor karya Punjabi dkk. Kita yang berakal sehat pasti tahu, sinetron dan film-film itu penuh dengan plot hole, penuh dengan lubang di jalan ceritanya. Dan itulah yang kemudian ditiru oleh para aparat kepolisian dalam menyusun skenario menyelamatkan diri.
Lupakan skenario yang rumit dan membelit seperti yang dilakukan Robert Redford dalam Spy Game, atau film-film sekelas Pelican Brief, A Few Good Man dan lain-lain.
Dan mungkin karena skenario itu dianggap melecehkan akal sehat maka bergulir pesan di ranah social media dengan tagar #SaveKPK. Tapi saya kita juga harus bersyukur karena skenario buruk itu kita tidak sampai terlena dan kemudian sadar kalau ada gerakan sistematis melemahkan penegak hukum. Melemahkan satu-satunya harapan kita untuk memberantas korupsi.
Jadi? Sebenarnya kita harus sedih dengan skenario buruk mereka atau malah bersyukur mereka tidak sempat berpikir untuk membuat skenario yang lebih halus dan rapi?
[dG]
Dan sayangnya mereka semua aktor yang buruk sehingga rakyat dengan cepat mengendus akhir cerita. Lagian lebay sih, nangkap 1 orang kok nurunin 2kompi.
Sana tangkap si kenas tuh berani gak ngirim 2 kompi.
*gregetan*
dan aku jadi deg2an kalo liat kamu gregetan mbak
😀
Hahahaha…. Maunya sih si pradopo aja yg deg2an jgn sesama blogger hihihi
salam.
Memang payah sekarang polisi, permainananya sangat tak terkonsep, sangat jelas endingnya, sehingga sangat gampang di tebak oleh penonton (publik), sekaligus memperlihatkan betapa buruknya kepolisian saat ini.
Salam.
kayaknya bukan jum’at malam daeng, tp malam Jum’at #eh
gara2 nonton ini, bangun siang2 dan habis Jum’atan baru sampe di kantor *karyawan teladan* #bangga hahahaha