Kebanyakan Mengkhayal Kamu!

Foto yang heboh itu
Foto yang heboh itu

Saya dulu (sampai sekarang) senang menghayal, menciptakan tokoh-tokoh sendiri dalam khayalan dan bahkan menggambarnya di atas kertas. Tapi saya juga selalu memberikan landasan-landasan logis untuk tokoh-tokoh ciptaan saya itu. Mungkin otak kanan dan kiri saya memang seimbang.

Beberapa hari ini ada sebuah gambar yang sedang ramai beredar di media sosial Facebook. Gambar itu isinya sebuah hasil test milik anak SD. Gambar itu jadi tidak biasa karena isinya, di lembaran jawaban itu si anak menggambar beberapa benda dan hewan, alih-alih menjawab pertanyaan. Hasilnya sang guru memberinya nilai 0 besar disertai tambahan kalimat “kebanyakan ngayal kamu!”.

Sampai sekarang saya belum tahu gambar itu diambil dari lembar jawaban siapa, benarkah itu kejadian nyata? Dan apakah kalimat di bawah nilai 0 itu benar adanya? Sayang saya juga tidak tahu bagaimana cerita lengkapnya. Apakah si anak sudah berulangkali melakukan hal itu atau ini baru kali pertama?

Karena ceritanya yang tidak lengkap saya jadi sungkan untuk ikut menghakimi si guru yang oleh banyak orang dianggap sudah membunuh kreativitas seorang anak semenit setelah dia menuliskan kalimat “kebanyakan ngayal kamu!”

Saya lebih tertarik untuk bercerita tentang kisah yang hampir sama dengan yang saya alami sewaktu kecil.

*****

Saya termasuk anak yang suka menghayal juga dimulai ketika usia saya belum habis dihitung dengan dua tangan. Macam-macam saya khayalkan, mulai dari binatang yang bisa berbicara, tokoh super hero yang jadi penyelamat bumi sampai tokoh jaman kerajaan yang terinspirasi dari sandiwara radio Saur Sepuh yang sering diputar keluarga saya kala itu.

Berangkat agak besar sedikit saya mulai makin menajamkan khayalan-khayalan saya itu. Menajamkan di sini artinya saya mulai memberi nama pada tokoh-tokoh khayalan saya, merumuskan usia, tempat kelahiran dan bahkan sampai postur tubuhnya. Sebagai pelengkap saya juga menghayalkan tokoh-tokoh di sekitarnya karena buat saya cerita tidak akan berjalan kalau pemeran utamanya berjalan sendiri.

Saya mulai mencorat-coret tokoh-tokoh khayalan saya itu, menggambarnya di kertas kosong dan berusaha membuatnya tampak sangat realistis. Kebiasaan ini berlanjut sampai saya berseragam abu-abu. Di masa itu tokoh khayalan saya mulai berubah dari super hero atau pahlawan jaman dulu menjadi sekelompok band musik cadas dan seorang pesepakbola Indonesia yang bermain di luar negeri.

Saya masih ingat dengan jelas tokoh-tokoh khayalan saya itu. Sekelompok anak muda Makassar membentuk sebuah band yang namanya Locomotive (iya,saya terinspirasi dari lagu milik Guns N Roses), mereka kebetulan dapat jalan untuk merekam lagu-lagu mereka dan bahkan menjadi salah satu band rock terbaik negeri ini.

Sayang saya lupa siapa nama-nama personil band itu. Yang saya ingat, mereka sangat terinspirasi pada musik-musik Guns N Roses yang kala itu memang sedang sangat populer. Saya menggambar kelima personil band Locomotive itu lengkap dengan perawakan mereka dan model rambut mereka. Khayalan itu bertahan selama bertahun-tahun tapi tidak sempat saya tuliskan. Oh iya, waktu itu saya mulai suka menulis juga, tapi tentu saja tidak seaktif sekarang.

Nah kalau si pemain sepak bola namanya Tristan Omar Syarif. Dia peranakan, ayahnya orang Indonesia (Makassar tepatnya) dan ibunya orang Belanda. Sejak kecil dia hidup di Belanda ikut orang tuanya, tapi kewarganegaraannya tetap Indonesia. Bakat sepakbolanya berkembang sejak usia sembilan tahun dan makin diasah ketika dia ikut sekolah sepak bola Ajax Amsterdam karena memang dia dan keluarganya tinggal di Amsterdam.

Ah, saya jadi agak malu menceritakan dua tokoh khayalan buatan saya itu.

*****

Begitulah, saya dulu seperti si anak yang ada di gambar yang beredar itu. Senang berkhayal dan senang mencorat-coret khayalan saya. Sayangnya saya tidak mendapat dukungan 100% dari keluarga. Saya hidup di keluarga dan lingkungan yang masih sangat menghargai anak-anak dengan nilai akademis yang tinggi. Tidak bisa meraih nilai tinggi untuk pelajaran ilmu pasti maka berarti kamu bukan anak yang pintar.

Tapi saya mungkin beruntung karena masih termasuk anak yang punya otak kanan dan kiri yang seimbang. Meski rajin mengkhayal saya juga masih berusaha mengimbangi khayalan saya dengan situasi yang realistis. Saya masih berusaha membangun fakta-fakta pendukung di sekitar khayalan saya agar khayalan itu bisa diterima oleh?saya sendiri. Mungkin seperti film-film yang bagaimanapun harus punya penjelasan logis tentang alur atau tokohnya.

Sayang sekali sebenarnya kalau anak-anak kreatif dengan daya khayal yang tinggi itu tidak dibina dan diarahkan sebagaimana mestinya. Mereka akan berakhir sama seperti saya yang meski tampan menawan tapi tidak cukup punya karya yang membanggakan Indonesia.

Anak-anak itu bila diarahkan dengan benar bisa menjadi anak-anak yang luar biasa di masa depan, mungkin malah bisa mengharumkan nama bangsa. Tapi tentu saja mesti diingat kalau otak kanan dan kiri mereka harus dilatih agar seimbang, minimal tidak terlalu jauh bedanya.

Hidup hanya dengan otak kanan tentu kurang bagus juga, mereka akan kesulitan menjelaskan ide-ide nakal mereka ke orang lain. Sementara hidup dengan otak kiri saja juga akan jelek, hidup akan jadi terlalu serius, datar dan kurang imajinasi.

Saya beruntung bisa menyelaraskan dua otak itu, saya bisa tetap punya imajinasi yang liar tapi tidak lupa untuk memberikan logika pada imajinasi saya itu. Saya juga bisa menuliskan imajinasi dan khayalan-khayalan saya itu, yah walaupun belum ada yang saya publish ke orang lain.

Intinya menurut saya sangat penting untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan, lalu ketika mulai beranjak dewasa belajarlah untuk menggunakan otak yang lain; otak kotor. #eh [dG]