Akhirnya Pecah Telur
Dalam cerita silat saya mendengar tentang seorang tokoh yang ketika dia menurunkan ilmunya kepada orang lain maka selanjutnya dia akan jadi manusia biasa yang tak lagi punya ilmu hebat. Lebih parah lagi, ada tokoh yang langsung meninggal segera setelah menurunkan ilmunya ke orang lain.
Saya pernah merasa seperti itu.
Ceritanya setahun yang lalu, tepat bulan November 2013 saya diminta teman-teman dari Akber Makassar untuk mengisi kelas. Saya tentu saja senang, berkolaborasi dengan komunitas lain adalah salah satu kesenangan saya akhir-akhir ini. Jadilah ketika itu saya membawakan tema “The Art of Blogging Competition”, tanpa bermaksud menyombongkan diri tentu saja. Saya hanya ingin berbagi tips dan trik serta beberapa rahasia di balik layar penyelenggaraan sebuah kompetisi blog.
Saya tentu saja tidak pernah merasa saya seorang blogger yang sukses setiap kali ikut lomba blog. Teman-teman dan banyak orang lainnya mengira saya selalu menang setiap kali ikut lomba blog, padahal tidak saudara-saudara! Kalau mau membandingkan, jumlah kekalahan saya justru jauh lebih banyak dari jumlah kemenangan. Hanya saja kemenangan selalu diumumkan sementara kekalahan tidak pernah. Belum pernah saya melihat ada pengumuman pecundang lomba blog alih-alih pengumuman pemenang.
Tapi dari sedikit kemenangan itu ditambah pengalaman sebagai panitia dan juri lomba blog saya memberanikan diri untuk maju di kelas Akber Makassar dan membagi pengalaman dan pengetahuan yang saya punya.
Seingat saya, pertama kali saya ikut lomba blog berskala nasional (bukan lomba blog internal komunitas) adalah ketika gelaran Piala Dunia 2010 digelar. Kala itu Kompasiana membuat lomba blog seputar piala dunia dengan tagar Gempita Afsel 2010. Alhamdulillah salah satu tulisan saya berhasil jadi pemenang dan sebatang HP Sony Ericsson Naite berhak jadi milik saya.
Lomba itu jadi pintu pembuka dan membangun kepercayaan diri kalau ternyata saya juga bisa. Berikutnya saya makin aktif ikut lomba dan sedikit dari lomba itu membuat saya berhak memiliki HP Blackberry, Samsung Galaxy Note, Samsung S4, uang tunai, sampai kamera digital dan laptop. Alhamdulillah karena ternyata saya juga bisa menang dan bisa meredam rasa sakit ketika ternyata saya sering kali tidak menemukan nama sendiri di pengumuman pemenang.
Bekal itulah yang kemudian saya bagikan di depan hadirin peserta kelas Akber Makassar November 2013 silam.
*****
Lalu selepas itu keberuntungan mulai memudar. Sejak awal tahun 2014 saya sudah ikut berbagai lomba blog, seingat saya setidaknya ada 5 atau 6 lomba yang saya ikuti. Sayangnya, tidak sekalipun saya mendapati nama saya ada di daftar pemenang. Pemenang hadiah hiburan sekalipun.
Saya mulai berpikir, mungkin saya memang seperti pendekar di cerita silat yang kehilangan ilmunya ketika dia sudah menurunkannya ke orang lain. Atau mungkin saya seperti lebah yang sekali menyengat lalu mati.
Lalu, apakah saya menyesal sudah membagi ilmu di kelas Akber Makassar? Tentu tidak! Saya percaya, ilmu itu semakin dibagi semakin banyak manfaatnya. Pikiran buruk itu saya buang jauh-jauh, mungkin ini hanya serupa ombak di lautan. Ada saatnya ketika ombak begitu tinggi menerjang dan ada saatnya ketika ombak begitu tenang tak beriak. Orang Makassar bilang: Nia tonja antu allakna bombanga.
Belakangan saya mulai menikmati paceklik kemenangan itu. Meski kepercayaan diri saya mulai sedikit luntur, tapi saya di sisi lain saya makin terpacu untuk memperbaiki diri dan menantang diri sendiri. Saya tahu, saya mungkin sempat merasa sombong karena deretan kemenangan tahun kemarin dan Tuhan punya cara untuk menampar saya dan menyadarkan saya kalau saya bukan siapa-siapa. Dan saya berterima kasih untuk itu.
Hingga akhirnya satu lomba blog yang saya ikuti berhasil saya tembus. Untuk pertama kalinya di tahun ini saya berhasil kembali masuk sebagai jajaran pemenang. Alhamdulillah, kata itu yang pertama saya ucapkan ketika panitia menelepon saya di pagi hari dan memberi kabar gembira.
Seperti kata teman, akhirnya pecah telur juga! Iya, akhirnya masa paceklik itu selesai juga. Soal apakah setelah ini saya akan terus menjadi juara atau tidak itu masalah lain. Hal yang terpenting bagi saya adalah saya tidak akan berhenti berusaha dan tentu saja saya tidak menyombongkan diri. Hidup memberi pelajaran kalau semua ada masanya, hanya kerja keras dan tekad bulat yang kita butuhkan.
Selamat siang! Mari terus berusaha selama nafas masih bisa berhembus. [dG]