Wonderful Indonesia; Surat Buat Raja Ampat
Tulisan ini diikutkan pada lomba blog blog Sail Raja Ampat yang diadakan oleh Indonesia.Travel.
Saya tidak tahu harus memulai dari mana surat ini, saya mendengar namamu sekira 7 tahun lalu. Sebelumnya hanya sayup-sayup melintas dalam anganku. Apa itu Raja Ampat? Tempat bersemayamnya empat raja? Lalu, apa hebatnya? Bukankah ada tempat lain di Indonesia yang juga punya tempat bersemayam para raja? Bahkan di tempat saya ada tanah bernama Tana Toraja yang berarti tanah para raja.
Raja Ampat yang ternyata indah,
Lalu namamu mulai mengundang rasa penasaranku ketika seorang kawan sempat mengunjungimu sekira 6 tahun lalu. Dipamerkannya beberapa foto yang dengan cepat membuat saya ternganga, betapa bening air lautmu, betapa biru langitmu dan betapa indah semua lukisan alam di atas tanahmu. Saya tak cukup punya kalimat untuk menggambarkan itu semua.
Lalu kaupun makin terkenal. Telinga para pengelana bawah laut langsung tegak ketika namamu diperdengarkan, mata para pemotret terbelalak begitu gambarmu disajikan. Kau seperti surga kata mereka, indah tak terperi. Para pengelana bawah laut itu percaya kalau di bawah lautmu ada 1320 spesies ikan yang masih terus bertambah dan 70% dari koral yang dicatat di dunia ada di tanahmu.
Kau adalah Mekkah bagi para penyelam itu, kau adalah tanah suci bagi mereka, dan menyelam di lautmu adalah kesempurnaan untuk ibadah menyelam mereka. Kau adalah Everest-nya para penyelam. Bagi mereka yang tak sempat menyelam, kaupun tak pernah mengecewakan. Bergiga-giga memory card rasanya tak pernah cukup untuk merekam keindahanmu, menangkap setiap kemewahan alammu dengan kamera digital segala rupa.
Duhai Raja Ampat,
Alfred Russel Wallace sudah menggambar Raja Ampat tahun 1860 dalam pencarian surga burung. Wallace menyebutmu sebagai: salah satu pemandangan alam yang paling menakjubkan yang pernah saya lihat. Lihatlah, alammu bukan hanya laut semata. Di daratan kaupun tetap surga, setidaknya ada 15 hewan endemik yang hidup di areamu dari total 27 hewan endemik yang hidup di lingkungan kepala burung Papua.
Di atasmu ada total 610 pulau yang berserakan di atas wilayah seluas 46.106 km2 dan hanya 38 yang berpenghuni. Ada empat pulau besar yang kamu punya, yaitu: Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool dengan 13 distrik/kecamatan dan 85 kampung/desa. Ibukota kabupaten ada di Waisai, distrik Waigeo Selatan. Tapi dengan luas seperti itu, daratan yang kamu punya hanya seluas 6.000 km2, sisanya adalah lautan luas. Bayangkan betapa luas wilayahmu, hanya beda sedikit dengan luas wilayah propinsi Jawa Timur.
Raja Ampat yang indahnya tak terperi, kamu beruntung berada di segitiga karang (coral triangle) antara Philipina, Kalimantan, Indonesia bagian Timur dan Kepulauan Solomon. Posisimu itu membuatmu menjadi inkubator atau pabrik spesies yang berfungsi sebagai habitat yang nyaman bagi banyak spesies hewan dan koral.
Selain itu seluruh spesies yang hidup di atasmu telah ada selama berabad-abad dalam iklim yang stabil dan selama ini tidak banyak manusia yang berdiam di sekitarmu. Setidaknya hanya ada 35.000 orang yang berdiam di kawasan Raja Ampat. Sungguh sebuah tempat yang nyaman bagi hewan dan tumbuhan itu.
Duh, Raja Ampat
Sayapun baru tahu, betapa tinggi kearifan kalian dalam menjaga alam. Saya baru saja menelusuri jejak budaya dan asal-usulmu, katanya Raja Ampat berasal dari cerita tentang telur yang ditetaskan oleh burung raksasa dan diterima oleh 4 raja yang tinggal di 4 pulau besar. Warga asli yang berdiam di wilayahmu disebut orang Maya yang berasa dari kata Mam (ayah) dan Ya (saya). Ethnologist percaya kalau kepualan ini mulai dihuni oleh manusia yang bermigrasi dari Papua sekisar 5000 tahun lalu.
Budayamu banyak dipengaruhi oleh Tidore sebagai kerajaan besar yang terdekat dari tempatmu berdiam. Tak heran bila kalianpun mengenal hukum adat bernama sasi. Berbulan-bulan yang lalu saya pernah membaca tentang sasi ini. Betapa luhur kalian yang menjaga alam dengan budaya sasi ini. Kalian dilarang untuk merusak terumbu karang, dilarang untuk mengotori laut, dan bahkan kalian punya aturan tidak boleh berburu ikan di waktu tertentu hanya supaya ikan-ikan itu bisa bertelur dan melanjutkan kehidupan mereka.
Dengan hukum adat sasi itu kalian terus menghormati alam, menekan kerakusan dan keinginan untuk jadi penguasa yang sesungguhnya malah merusak alam. Kalian pasti akan heran melihat bagaimana kami manusia kota ini memperlakukan alam. Sungguh jauh berbeda dengan tradisi luhur dan kearifan lokal kalian.
Raja Ampat yang memesona,
Dua tahun lalu saya sudah pernah mendekatimu. Sorong sudah sempat menyambutku, dan terbayang kemungkinan saya bisa mencicipi aroma lautmu. Sayang, meski berada dalam satu propinsi kau tetap tak mudah diraih. Butuh waktu lama dan dana besar untuk bisa sampai ke wilayahmu. Hingga akhirnya saya hanya menelan ludah dan mengusap muka melihat foto-foto keindahanmu yang dipamerkan tuan rumah kami di Sorong. Kau begitu dekat, tapi tak mudah diraih.
Dua tahun lalu saya belum berjodoh denganmu. Meski sudah berada di propinsi yang sama, kau tetap tak bisa kusentuh. Tapi setidaknya saya sudah selangkah lebih maju, mungkin kelak saya akan melangkah lebih maju lagi agar bisa berdiri tepat di atas tanahmu, mencicipi lautmu dan melihat sendiri semua cerita kebesaran dan keindahanmu.
Kelak, ketika masa itu datang saya pasti akan jadi manusia paling bahagia. Saya bukan penyelam, tapi seperti mereka yang penyelam itu, saya tetap menganggap tanahmu serupa tanah suci yang penuh keindahan dan kedamaian. Saya akan membiarkan tubuh basah oleh air lautmu, sekujur tubuh terbuai anginmu dan bahkan akan membiarkan pasir-pasirmu melengket di tubuh.
Kelak, ketika akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di tanahmu saya akan menjabat hangat tangan wargamu. Tangan-tangan yang selama ini sudah menjaga indahnya Raja Ampat, tangan-tangan yang selama ini sudah menjaga kearifan lokal dan luhurnya adat sasi demi Raja Ampat yang tetap indah dan selayaknya potongan surga. Semoga saja mereka tidak pernah berubah pikiran dan semoga saja mereka selalu diberi kekuatan mengusir kejahatan tangan-tangan manusia asing yang hanya berpikir tentang uang, uang dan uang.
Raja Ampat yang indah tak berperi,
Tak akan pernah cukup kata untuk melukiskan seberapa besar hasrat dan impian untuk bisa mendatangimu. Tak akan pernah cukup kata untuk menggambarkan betapa saya ingin menjadi satu dari sedikit orang di republik ini yang bisa mencumbuimu. Semoga surat ini kelak akan kau balas dengan satu undangan, undangan untuk datang sendiri ke sana dan berbincang denganmu.
Semoga. [dG]
Video keindahan Raja Ampat dari Indonesia.Travel
goodluck daeng hihihi~
Ahhay, terima kasih Dut 😀
bagus banget ya daeng ^^ kapan kapan boleh lah ajak saya hehehe