Beda Ngeblog 10 Tahun Lalu dan Sekarang

Ada tren dan kebiasaan bloging yang berubah dan sangat terasa bedanya. Bloging 10 tahun lalu dan sekarang sudah tidak sama lagi.



NAMANYA TREN, pasti akan ada perubahan dari waktu ke waktu. Bukan tren namanya kalau semuanya statis. Sesuatu yang dulu nampak menggelikan atau tidak biasa, karena tren bisa jadi diterima secara luas dan menjadi sesuatu yang jamak. Bahkan terkesan moderen dan tidak ketinggalan zaman. Misalnya, dulu orang akan merasa geli kalau melihat cowok muda berpenampilan manis dengan bedak dan pewarna bibir. Pasti dia akan dianggap banci. Tapi tren mengubah persepsi itu. Sekarang, cowok muda berpenampilan manis dengan bedak, pemutih dan pewarna bibir malah banyak digila-gilai cewek. Dianggap seperti anak boyband Korea. Semua karena tren.

Ngeblog juga seperti itu. Berubah karena tren yang ikut berubah.

Sebagai salah satu bloger yang sudah ngeblog selama lebih dari 10 tahun, saya merasakan betul ada perubahan mendasar dari kebiasaan bloger zaman 10 tahun lalu dengan bloger zaman now. Di sebuah grup chat, kami bahkan sering bercanda kalau “ngeblog zaman sekarang sudah tidak sesederhana dulu lagi”. Saya yakin semua yang ngeblog lebih dari 10 tahun pasti merasakan perubahan-perubahan itu.

Baca juga: Blogging Yang [Tidak] Sederhana

Saya coba mengingat-ingat apa yang berubah. Sekadar membandingkan dan mencatat saja, bagaimana sebuah tren dalam dunia bloging bisa membawa begitu banyak perubahan kepada para pelakunya. Saya coba membandingkan masa sekira 10 tahun lalu, antara 2008-2009 dengan masa sekarang, anggaplah antara 2018 dan 2019 ini.

Simak yuk!

#1. Klasifikasi Bloger

Dulu belum ada istilah travel blogger, fashion blogger, lifestyle blogger dan semacamnya. Memang sudah ada beberapa bloger yang sudah mulai memberikan klasifikasi pada blognya, mencoba fokus pada satu tema. Tapi itu belum menjadi tren.

Sebagian besar bloger masih asyik menjadi bloger hore-hore dan gado-gado. Istilahnya, blognya masih berisi catatan acak dan remeh-temeh. Kadang malah isinya hanya beberapa paragraf saja, berisi curhatan a la kadarnya. Tidak peduli pada niche, keyword dan saudara-saudaranya.

Sekarang? Semua sudah berubah.

Bloger sudah lebih peduli pada kata kunci, niche, atau apapun itu namanya. Jarang sekali kita menemukan ada bloger aktif yang benar-benar menulis dengan acak dan a la kadarnya. Rata-rata mereka akan mengisi blognya dengan tulisan yang sudah diperhitungkan matang-matang, dikemas rapi dengan mentaati beragam aturan tidak tertulis dalam menulis atau membuat postingan blog.

Beragam kategori bloger pun bermunculan. Travel blogger, fashion blogger, lifestyle blogger, food blogger dan banyak lagi. Bloger sudah semakin sadar pada fokus apa yang akan mereka tuju.


Postingan saya 10 tahun lalu. Sederhana bingids!

#2. Tampilan Blog.

Zaman 10 tahun lalu, ngeblog memang masih sederhana. Perkembangan aplikasi yang digunakan untuk ngeblog juga belum secanggih sekarang. Pilihan tampilan pun belum banyak ragamnya. WordPress belum bisa menggunakan page builder – atau sudah ada tapi masih belum populer. Blogspot pun masih belum memberikan banyak kemudahan untuk mempermak tampilan blog.

Jadilah tampilah blog masih tergolong sederhana. Header di bagian atas, menu di bawahnya, lalu diikuti dengan deretan artikel di bagian tengah dan sidebar di sebelah kanan atau kiri. Sidebar biasanya diisi dengan logo komunitas, penanda artikel yang sudah diterbitkan, komentar terakhir, dan kadang juga Shoutbox sebagai buku tamu bagi pengunjung. Sederhana saja.

Hanya ada sedikit bloger yang punya kemampuan lebih untuk membuat perubahan besar pada tema yang mereka gunakan. Atau, hanya sedikit yang memutuskan untuk membeli tema berbayar yang seingat saya belum terlalu banyak digunakan oleh bloger waktu itu.

Sekarang? Tampilan blog adalah sesuatu yang harus mendapatkan banyak perhatian. Dari pemilihan tema, pengaya (bagi pengguna WordPress) sampai membangun ulang tampilan dengan menggunakan page builder. Kalau perlu, bloger akan membeli tema berbayar yang harganya bisa jutaan rupiah.

Kenapa? Karena blog bukan lagi sekadar tempat cuap-cuap dan curhat seenaknya. Blog sudah jadi semacam etalase menjual kemampuan dan membangun personal branding. Jadi wajarlah kalau untuk mengelolanya juga butuh usaha lebih.

Baca juga; Pilih WordPress atau Blogger?

#3. Search Enging Optimazion (SEO)

Sepuluh tahun lalu, istilah SEO masih dikuasai oleh mereka yang bermain Adsense atau mencari uang lewat blog. Bloger jelata belum merasa perlu mempelajari semua istilah-istilah yang kadang memang seperti bahasa dari planet berbeda. Backlink, outbound link, inbound link, semua itu masih asing. Banyak yang tahu, tapi sekadar tahu atau mempraktikkannya seadanya saja.

Sekarang, peminat ilmu SEO semakin meningkat dengan pesat. Bloger sudah mau belajar teknik-teknik dasar SEO. Bagaimana membuat blog populer di mesin pencari dan gampang ditemukan orang. Mencari tahu apa yang membuat blog tidak disukai mesin pencari, dan lain sebagainya.

Dulu bloger biasanya sangat rajin memberikan outbound link ke blog lain. Setiap menyebut nama bloger lain, pasti diberi tautan ke blognya. Dalam satu blog bisa ada belasan outbound link bertebaran kalau memang ada belasan bloger yang disebutkan. Sekarang, oh tidak lagi. Bloger jadi pelit memberi outbound link karena konon itu kurang bagus buat reputasi blog mereka di mesin pencari.

Intinya, bloger sudah benar-benar “melek SEO” sekarang.

#4. Blogwalking

Dahulu, blogwalking adalah sebuah kegiatan sukarela. Dilakukan sebagian besar bloger karena merasa perlu membangun jaringan, bersosialsasi dan berkenalan dengan bloger lain. Berkunjung ke blog lain dan meninggalkan komentar. Tidak jarang kemudian terjadi balas berbalas komentar yang kemudian mengakrabkan pemilik blog dengan tamunya.

Lalu pelan-pelan kebiasaan blogwalking atau jalan-jalan ke blog orang sempat menurun. Tulisan tetap dibaca, tapi kadang orang sudah mulai malas meninggalkan komentar. Entah alasannya apa, mungkin karena kesibukan, atau karena bloger sudah merasa kalau dia dan sang pemilik blog yang dia datangi sudah biasa berinteraksi di media sosial atau grup chat. Jadi, tidak perlu lagi berinteraksi di kolom komentar blog.

Sekarang, blogwalking kembali ramai. Bedanya, blogwalking zaman sekarang seperti sengaja dipicu lewat beberapa program yang diciptakan oleh komunitas-komunitas blog. Anggota komunitas membuat aturan, siapa saja anggota komunitas bisa menyetor tautan artikel dengan syarat dia harus meninggalkan pesan di artikel teman lain yang sama-sama menyetor tautan. Sebuah tren baru yang semakin melebar sepertinya.

#5. Komunitas.

Di nomor empat di atas saya sempat menyinggung sedikit soal komunitas. Ini mengingatkan saya bahwa masa 10 tahun lalu komunitas blog yang ramai adalah komunitas berbasis daerah. Hampir setiap ibukota provinsi di Indonesia punya komunitas blog. Dari Aceh sampai Papua. Trennya memang seperti itu.

Sekarang, komunitas berbasis daerah itu sebagian besar sudah rontok, atau masih ada tapi sayup-sayup. Komunitas blog sekarang sudah lintas teritori, tidak lagi dibatasi daerah seperti dulu. Komunitas blog sekarang lebih banyak terbentuk karena kesamaan interest. Komunitas travel blog, beauty blog dan lain-lain. Selain ketertarikan, komunitas blog berbasis gender juga semakin ramai. Utamanya komunitas blog para perempuan. Ada Komunitas Emak-Emak Blogger, ada Blogger Perempuan, dan apa lagi ya?

Sayangnya saya belum menemukan komunitas bloger untuk para pria. Entah karena mereka malas berkomunitas dengan sesama pria, atau mereka sudah merasa inferior duluan dengan bloger perempuan yang memang sedang aktif-aktifnya sekarang.

Baca juga: Dominasi Bloger Perempuan, Benarkah?

#6. Popularitas Blog.

Sepuluh tahun lalu, Google Page Rank dan Alexa adalah “nabi” para bloger. Popularitas sebuah blog ditentukan oleh angka-angka yang ditunjukkan dua layanan itu. Semakin tinggi angka Google Page Rank dan semakin rendah angka Alexa sebuah blog, maka itu artinya semakin tinggi popularitas blog tersebut.

Lalu, kedua layanan itu perlahan mulai redup dan malah mati.

Sekarang, bloger menjadikan Moz Rank sebagai patokan popularitas sebuah blog. Moz Rank menghitung domain authority dan page authority dengan algoritma sendiri. Angka yang ditunjukkan kemudian menjadi patokan sebuah blog zaman now populer atau tidak. Semakin tinggi nilainya, semakin populer sebuah blog.

Bloger juga semakin peduli dengan nilai rapor blog mereka di mata Moz Rank. Ketika beberapa waktu lalu Moz Rank memperbaiki algoritma mereka, kepanikan sempat muncul karena beberapa bloger ternyata mendapati kalau angka DA/PA mereka turun drastis. Sesuatu yang 10 tahun lalu tidak begitu diperhatikan ketika Google Page Rank dan Alexa masih menjadi “nabi”.

#7. Penghasilan.

Sebagai penutup, inilah yang menjadi penyebab utama berubahnya tren ngeblog zaman sekarang. Setidaknya menurut saya.

Sepuluh tahun lalu, bloger Indonesia belum banyak yang ngeh kalau blog bisa jadi tempat mencari tambahan penghasilan, bahkan penghasilan utama. Rata-rata bloger masih ngeblog sesuka hati. Tidak merasa perlu belajar teknik dasar SEO, memantau DA/PA, atau memaksimalkan tampilan blog. Semua masih sederhana dan apa adanya.

Sekarang, sudah banyak yang sadar kalau blog sudah bisa menambah penghasilan atau jadi penghasilan utama. Akibatnya, semua tetek bengek yang bisa mendongkrak blog harus jadi perhatian khusus. Isi artikel, tampilan, teknik dasar SEO, belajar dasar fotografi, dan banyak lagi yang harus dipelajari. Bahkan sekarang sempat ada momen ketika kita sudah sulit mencari artikel yang isinya remeh temeh, sebagian besar isi artikel ya kalau bukan pesanan, laporan dari event atau lomba blog.

Ngeblog memang sudah tidak sesederhana dulu lagi.

*****


Klik untuk memperbesar

BEGITULAH, TREN MEMANG AKAN SELALU BERGESER mengikuti kebutuhan hidup manusia atau sesuai selera. Dunia bloging juga salah satunya yang terkena pergeseran tren. Semua kemudian dikembalikan ke para pelakunya. Apakah akan ikut tren atau tetap dengan model lama yang dia anggap nyaman. Tidak pernah ada yang salah dengan tren, karena tren tidak pernah menuntut manusia untuk mengikutinya. Mau ikut ya silakan, tidak ya tidak apa-apa. Tren bukan sebuah keharusan. Bukan kewajiban.

Saya sendiri tetap berusaha mengikuti tren blogging yang semakin dinamis ini. Alasan utamanya lebih karena tertarik belajar hal-hal baru. Sesuatu yang selalu menarik buat saya.

Bagaimana dengan kamu? Ada sesuatu yang menurutmu juga sangat berubah dari tren ngeblog 10 tahun lalu? [dG]