Setiap pulang dari masjid, salah satu kegiatan yang kerap saya lakukan adalah memunguti sampah plastik yang bertebaran di sekitar masjid. Memang tidak banyak, tapi tetap saja terlihat mengganggu. Ada gelas plastik bekas air mineral, ada kotak plastik bekas makan. Sepertinya itu bekas buka puasa bersama yang ditinggalkan begitu saja.
Pemandangan ini masih bisa ditoleransi karena jumlah sampah yang bertebaran tidak terlalu banyak. Hanya satu-dua di beberapa sisi masjid. Tidak seperti penampakan di hari hari Jumat di luar Ramadan.
Jadi, setiap jumat biasanya ada beberapa orang di dekat masjid yang menyediakan makan siang untuk para jamaah yang selesai menunaikan salat Jumat. Makanannya ditaruh di kotak styrofoam, lengkap dengan air mineral di gelas. Sebagian jamaah menikmati makan siang tersebut, sambil duduk di taman dan tepi jalan sekitar masjid. Sebagian lagi membawanya pulang.
Mereka yang menghabiskan makanan di sekitar masjid itu, sebagiannya sangat kurang ajar. Selesai makan, semua sisa bekas makanan ditaruh begitu saja. Berhamburan di jalan, di taman, pokoknya di mana mereka duduk. Benar-benar pemandangan yang sangat mengganggu mata. Menusuk. Saya sampai geleng-geleng kepala nyaris tidak percaya melihat pemandangan itu.
Miris rasanya. Mereka ini adalah orang yang baru saja selesai menunaikan ibadah salat Jumat, tapi sudah langsung menyampah. Mereka tentu tidak meresapi kalimat; kebersihan adalah sebagian dari iman. Atau mungkin semacam pemahaman sekuler, memisahkan agama dan kehidupan sehari-hari.
Sebuah ironi besar ketika sebagian dari orang Indonesia mengaku sangat beragama. Sangat mudah dibakar fanatismenya ketika berbicara soal agama. Tapi, justru sulit mempraktikkan hal-hal yang diajarkan agama. Utamanya hal yang sangat mendasar. Salah satunya ya soal sampah itu. Islam mengajarkan keindahan dan kebersihan, tapi kenapa masih ada penganutnya yang sulit mempraktikkan itu? Bahkan di sekitar masjid sekalipun. [dG]
Comment here