Menjaga Kehamilan, Menjaga Masa Depan
Kehamilan selalu diindetikkan dengan perempuan, sehingga semua hal berkaitan dengan kehamilan dianggap hanya urusan perempuan. Padahal laki-laki juga harus mengambil peran.
“Terus terang, saya agak canggung. Ini situasi yang tidak biasa untuk seorang laki-laki, berada di antara para perempuan dan berdiskusi tentang kehamilan,” kata saya. Gelak tawa membahana dari sebagian besar peserta diskusi yang memang dikuasi para perempuan.
Saya tidak bercanda, saya memang agak canggung. Berada di antara belasan perempuan dan mengobrolkan tentang kehamilan. Saya sedang berada di ruang meeting kantor BaKTI Jl. A. Mappanyukki, Makassar, menghadiri sebuah diskusi publik yang bertema sosialisasi SMSbunda.
SMSbunda sendiri adalah sebuah aplikasi yang menyasar ibu-ibu yang sedang hamil dan ibu-ibu yang punya anak di bawah dua tahun. Aplikasi ini memungkinkan ibu-ibu yang sudah mendaftar di nomor 08118 469 468 untuk mendapatkan beragam informasi dan tips kesehatan seputar kehamilan dan perawatan anak sampai umur dua tahun.
Acara dibuka dengan sebuah tayangan film animasi pendek yang mengangkat realitas kehidupan perempuan khususnya di dunia ketiga. Dari data WHO, setidaknya setiap hari ada 8.500 bayi yang meninggal dengan total tiga juta bayi meninggal setiap tahunnya. Di seluruh dunia diperkirakan 35% ibu tidak memiliki akses kesehatan ibu hamil.
Ada sebuah kesimpulan yang sangat menohok dari film animasi pendek itu. Kematian seorang ibu (dalam film ini diberi nama Mrs. X) bukan semata karena pendarahan ketika melahirkan, tapi adalah karena tidak adanya keadilan sosial.
Mrs. X lahir dan besar di lingkungan terpencil, jauh dari akses kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan membuatnya jauh dari beragam informasi termasuk informasi kesehatan. Kemiskinan pendidikan dan pengetahuan juga yang membuatnya tidak punya pilihan ketika harus menikah muda. Mrs. X pun tidak punya kuasa atas tubuhnya, harus menurut saja ketika diminta untuk hamil, bahkan lebih dari sekali.
Keterbatasan akses kesehatan dan kemiskinan membuat Mrs. X tidak bisa memeriksakan kesehatannya selama kehamilan. Dia bahkan masih tetap harus bekerja keras selama masa kehamilannya, berbagi makanan dengan anggota keluarga yang lain dan tetap mendapatkan prioritas kesekian setelah anggota keluarga laki-laki.
Kekurangan gizi, kelelahan dan kurangnya pemeriksaan kesehatan selama hamil membuatnya berada di ambang resiko. Mrs. X tiba di rumah sakit ketika pendarahannya semakin parah dan akhirnya tak tertolong lagi.
*****
Sebuah kasus kematian ibu hamil biasanya hanya dilihat masyarakat awam sebagai sebuah kemalangan karena ketiadaan akses kesehatan atau keterlambatan penanganan. Tapi, film animasi pendek itu membuka mata bahwa sesungguhnya kehilangan nyawa seorang ibu hamil adalah buah panjang dari sederetan ketidakadilan sosial.
Perempuan tidak selalu punya akses kesehatan dan pendidikan yang memadai, utamanya mereka yang hidup di lingkungan miskin. Mereka pun kehilangan hak atas tubuhnya, tak bisa memilih kapan dia siap untuk hamil dan seberapa sering dia bisa hamil. Ketika hamil pun, perempuan tak bisa sepenuhnya menjaga kehamilannya karena masih harus membagi tenaga untuk pekerjaan lainnya.
Layanan SMSbunda sedikit banyaknya berusaha memanngkas ketidakadilan sosial itu. Beragam informasi dikirimkan ke telepon genggam milik si ibu hamil atau keluarganya. Isinya tips seputar kehamilan, tips kesehatan dan pengingat untuk tetap melakukan kunjungan rutin ke tenaga kesehatan. SMSbunda tidak memilih menjadi pengganti bidan atau dokter, tapi sebagai pendamping dan penghubung.
Menurut Istiyani dari SMSbunda pusat, keberadaan SMSbunda malah membuat ibu-ibu hamil menjadi lebih pintar dan kritis. Informasi-informasi yang mendarat di telepon genggam mereka ternyata memperluas wawasan seputar kehamilan sekaligus menambah rasa percaya diri.
Di Sulawesi Selatan, layanan SMSbunda sudah dipromosikan di lima daerah; Makassar, Gowa, Maros, Pare-Pare dan Bone. Untuk sementara promosi nasional SMSbunda memang baru diadakan di enam provinsi; Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tapi sebenarnya SMSbunda juga bisa diakses di mana saja di seluruh wilayah Indonesia.
SMS registrasi pertama memang tidak gratis, biaya tergantung operator yang digunakan. Tapi setelah itu, semua SMS yang diterima benar-benar gratis. Frekuensi SMS di masa awal kehamilan adalah dua SMS per minggu, jumlahnya akan terus bertambah ketika masa kehamilan mendekati akhir.
*****
Kaum laki-laki tidak pernah ada yang bisa merasakan kehamilan, apalagi sakitnya ketika melahirkan. Mungkin ini juga yang jadi penyebab kenapa sebagian besar laki-laki memandang kehamilan sebagai sesuatu yang asing, hanya menjadi urusan kaum perempuan. Tidak banyak laki-laki yang sadar kalau kehamilan sesungguhnya juga menjadi tanggung jawabnya. Bukan hanya kehamilan pasangannya, tapi juga kehamilan saudara, kerabat, teman dan bahkan tetangganya.
Seorang perempuan yang sedang hamil sesungguhnya berada dalam resiko yang besar, tidak peduli bagaimanapun kondisinya. Butuh dukungan banyak orang untuk tetap membuatnya sehat hingga masa melahirkan tiba. Nama bekennya group support, bukan hanya dari sesama perempuan tapi juga dari para laki-laki di sekitarnya.
Menurut Istiyani, salah satu penyebab lambatnya penanganan ibu melahirkan biasanya terjadi karena sang ibu menunggu keputusan dari suami atau anggota keluarga laki-lakinya. Sesuatu yang seharusnya diubah, toh yang merasakan semua beban sakit saat melahirkan adalah sang ibu, seharusnya sang ibulah yang memutuskan tindakan apa yang dia inginkan.
Kehamilan memang seharusnya menjadi teritori absolut seorang perempuan. Perempuanlah sang pemilik tubuh yang sedang membawa kehidupan di rahimnya, dialah yang harus menentukan kapan dia siap untuk hamil, informasi apa yang ingin didapatkannya, kapan dia ingin beristirahat dan sebagainya.
Meski begitu, laki-laki tidak lantas lepas tangan. Dukungan pada ibu hamil harus tetap diberikan, tidak peduli dia pasangan kita, saudara kita, teman atau bahkan hanya tetangga. Karena kehidupan yang dibawanya bisa jadi adalah masa depan bangsa kita. [dG]