Tiga Kiper Yang Tak Biasa

Tiga kiper eksentrik
Tiga kiper eksentrik
Tiga kiper eksentrik

Kiper-kiper yang merupakan antitesis, berbeda dari umumnya kiper.

Kiper atau penjaga gawang adalah orang terakhir yang berdiri dalam sebuah formasi tim sepakbola. Sepanjang pertandingan kiper dituntut untuk tenang dan diam di wilayah yang seharusnya dia jaga. Kiper tidak boleh ikut menyerang ketika seluruh pemain lain punya kesempatan untuk menyerang, bahkan bek sekalipun. Kiper harus siaga sepanjang waktu di posnya, persis seperti seorang bintara atau tamtama di pos monyet depan kantor tentara. Mencetak gol bukan tugas seorang kiper, tugasnya adalah mencegah terjadinya sebuah gol.

Itu sudah.

Kiper pun dituntut punya badan yang tinggi tegap, bahkan di atas rata-rata tinggi badan pemain lainnya. Alasannya, biar kiper bisa cepat memotong alur bola yang melambung di atas kepalanya, atau yang mendatar di sebelah kanan-kirinya.

Tapi, ternyata tidak semua kiper tunduk pada waham itu. Sepanjang sejarah sepakbola ada juga kiper yang tak mau sepanjang pertandingan hanya diam di posnya, ada juga kiper yang rajin mencetak gol dan ada juga kiper yang bertinggi tak seperti Peter Schmeichel atau Gianluigi Buffon. Mereka adalah kiper yang tidak biasa.

Setidaknya ada tiga kiper dari era 1990an yang punya sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak atau belum dilakukan oleh kiper di era sekarang. Siapa saja mereka?

Jorge Campos dengan kostum uniknya
Jorge Campos dengan kostum uniknya

Jorge Campos.

Kalau kiper biasanya berpostur tinggi besar seperti Peter Schmeichel atau berpostur tinggi langsing seperti David de Gea, maka Jorge Campos berbeda. Pria kelahiran Acapulco 15 Oktober 1966 ini hanya punya tinggi badan 1,68m. Jauh dibanding rata-rata kiper yang bertinggi lebih dari 1.9m.

Campos memulai karirnya sebagai seorang kiper di klub Pumas liga Mexico. Karena posisi kiper utama sudah diduduki oleh Adolfo Rios, Campos kemudian mengajukan diri sebagai penyerang untuk sementara waktu. Sebagai penyerang sebenarnya dia tidak bisa dibilang jelek. Di musim pertama dia mencetak 14 gol dan bahkan menjadi top scorer. Di musim 1990-1991 Campos mulai berpindah kembali sebagai kiper dan ternyata dia pun sama bagusnya.

Penampilan Campos mulai menarik perhatian dunia ketika muncul di garis pertahanan tim nasional Mexico di piala dunia Amerika Serikat 1994. Tubuhnya yang mungil dibanding rerata kiper dunia dan pakaiannya yang mencolok menjadikan Campos mudah dikenali. Campos mendesain sendiri bajunya yang mirip dengan poncho, pakaian khas suku Indian Amerika Tengah. Bukan hanya bentuknya yang unik, tapi warna mencoloknya yang mengundang perhatian.

Tapi, Campos bukan hanya dikenal dengan kependekan tubuh dan warna pakaiannya. Kemampuannya menjaga gawang dari kebobolan juga selalu menarik perhatian. Campos punya kelebihan refleks, pembacaan permainan dan lompatan yang tinggi.

Dunia mengenang Jorge Campos sebagai kiper yang tak seberapa tinggi, berpenampilan unik tapi sulit ditaklukkan. Jorge Campos masih tampil di piala dunia 1998 dan akhirnya mengundurkan diri sebagai pemain sepakbola tahun 2004.

Si Bulldog yang juga piawai mencetak gol
Si Bulldog yang juga piawai mencetak gol

Jose Luis Chilavert

Tubuh kiper kelahiran 27 Juli 1965 ini memang cukup memenuhi standar kiper dunia, 1,88m. Tapi Chilavert punya sesuatu yang membedakannya dengan kiper lain; kemampuannya mencetak gol!

Dalam 728 total penampilannya di rentang 1982 hingga 2004, Chilavert mencetak 62 gol. Dia berada di urutan kedua kiper yang paling banyak mencetak gol. Chilavert hanya kalah di bawah Rogerio Ceni, kiper Brasil yang mencetak 131 gol selama rentang 1990-2015. Namun, hanya Chilavertlah yang sampai sekarang memegang rekor sebagai satu-satunya kiper yang bisa mencetak hattrick (tiga gol dalam satu pertandingan). Rekor itu dicetaknya pada tanggal 29 September 1999 saat membela Velez Sarsfield.

Chilavert terkenal dengan sosok temperamental dan kepemimpinannya. Di lapangan dia perlahan berevolusi sebagai pemimpin bagi timnya. Hal ini sangat terlihat di piala dunia Perancis 1998. Ketika akhirnya kalah lewat golden goal pertama dalam sejarah piala dunia dari tuan rumah Perancis, Chilavert maju menenangkan teman-temannya yang terisak-isak di lapangan. Chilavert juga dikenal sebagai seorang yang punya pandangan politik yang teguh, bahkan oleh beberapa orang dia dianggap sebagai presiden masa depan Paraguay.

Sifat temperamentalnya membuatnya dijuluki The Bulldog, julukan yang nampaknya dia senangi. Terbukti beberapa kali dia tampil dengan gambar kartun anjing bulldog di baju kipernya. Chilavert juga punya koin besar bergambar simbol suku Indian yang selalu dia bawa setiap pertandingan. Koin itu akan diciumnya dan diletakkan di salah satu sudut gawangnya.

Di dalam lapangan Chilavert terkenal sebagai kiper yang tangguh, teguh menjaga gawangnya dan sekaligus punya kemampuan menjebol gawang lawan. Di luar lapangan, sifat pemberangnya memberi banyak masalah. Chilavert berseteru dengan beberapa pemain dan bahkan pernah diancam penjara karena memukul seorang fisioterafis.

Scorpion Kick yang legendaris itu
Scorpion Kick yang legendaris itu

Rene Higuita

Tanya anak bola tahun 1990an, pasti tidak ada yang tidak kenal nama satu ini. Rene Higuita salah satu kiper paling eksentrik yang pernah ada. Lahir 27 Agustus 1966 di Medellin, Kolombia, Higuita mulai dikenal dunia sejak tampil membela Kolombia di piala dunia Italia 1990. Gayanya khas dengan rambut keriting gondrong dan celana ketat. Dia bahkan kadang tampil dengan jins ketat!

Tapi Higuita bukan hanya dikenal lewat penampilan eksentriknya, tapi juga penampilannya sebagai kiper. Dia berani meninggalkan gawangnya dan bertindak seperti seorang bek, menghadang lawan yang menggiring bola. Tidak hanya itu, Higuita juga berani menyerang, menggiring bola sampai jauh meninggalkan gawangnya.

Kebiasannya itu membawa akibat buruk bagi Kolombia kala berhadapan dengan Kamerun di perdelapan final piala dunia 1990. Higuita yang menggiring bola keluar dari gawangnya ternyata gagal melewati penyerang Kamerun, Roger Milla. Akibatnya, bola yang direbut Roger Milla bisa dilesakkan ke gawang yang sudah kosong ditinggalkan Higuita. Kolombia kalah dan gagal melaju ke perempat final.

Tapi penampilan paling eksentrik Rene Higuita yang mungkin akan terus dikenang adalah ketika dia memeragakan scorpion kick saat melakoni pertandingan persahabatan melawan Inggris di stadion Wembley, 6 September 1995.

Kala itu, Jamie Redknapp mengirim bola melengkung ke arah gawang Kolombia. Bola yang datang pelan itu sebenarnya bisa ditangkap dengan mudah oleh Higuita, tapi alih-alih menangkap bola, Higuita malah memamerkan sebuah atraksi yang tidak biasa. Dia melompat ke depan, menekukkan kakinya ke belakang tepat ketika bola itu jatuh. Bola gagal masuk ke gawang dan atraksi Higuita mengundang decak kagum.

Di lapangan, Higuita dikenal dengan julukan El Loco atau si gila. Selain mumpuni sebagai kiper, Higuita juga mampu mencetak gol lewat tendangan bebas dan penalti. Selama karirnya dia mencetak 41 gol, berada di urutan ketiga di bawah Chilavert sebagai kiper yang paling banyak mencetak gol.

Sayangnya, di luar lapangan Higuita bukan orang yang lurus. Kedekatannya dengan mafia obat bius Kolombia, Pablo Escobar, membuatnya tersandung kasus penculikan dan harus mendekam di penjara. Dia pensiun sebagai pemain di tahun 2010 dan sekarang sedang meniti karir sebagai pelatih.

Itulah tiga kiper yang jadi antitesis. Mereka tampil bukan hanya sebagai penjaga gawang, tapi berani mengambil resiko sebagai bek dan bahkan striker. Setelah era ketiganya, nyaris tidak ada lagi kiper yang sama eksentriknya. Mungkin jaman sekarang hanya Manuel Neuer dari Jerman yang sesekali berperan sebagai sweeper.

Kapan lagi kiper seperti mereka bisa kita lihat ya? [dG]