Selepas berita kepergiannya, guyuran ucapan belasungkawa datang dari segala penjuru
Malam itu saya sedang bersantai di kampung buku. Saya dan Lelaki Bugis sedang tenggelam dalam riuh rendah canda tawa karena sedang asyik mengerjai seorang kawan di twitter. Canda kami sontak terhenti ketika sebuah twit melintas. Kabar buruk, beberapa anggota @utdindonesiaMKS mengalami kecelakaan di daerah Camba.
Dengan seksama kami memantau lini kala, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jawaban kemudian datang dari akun yang kami kenal. Ternyata rombongan fans Manchester United asal Makassar itu hendak bertolak ke Kabupaten Bone untuk menghadiri launching komunitas @utdindonesiaBONE sekaligus nonton bareng partai Manchester United keesokan harinya.
Nahas, perjalanan yang seharusnya menyenangkan itu berakhir pilu. Satu mobil rombongan terlibat kecelakaan dan akhirnya membuat salah seorang dari anggota mereka meninggal dunia. Kabar duka itu merebak dengan cepat, memenuhi lini kala anak-anak Makassar.
Faisal Mursyid namanya. Saya tidak mengenalnya sama sekali, mungkin pula tak pernah bertemu dengannya. Tapi malam itu ada yang berbeda dari kabar kepergian anak muda yang baru saja menyelesaikan kuliahnya itu. Ada rasa haru yang berlebih, rasa haru yang tidak sekadar berhenti pada kalimat : turut berduka cita.
Faisal pecinta sepakbola, fans berat Manchester United saya rasa. Sepakbola dan kecintaannya pada klub asal kota Manchester itu juga yang membuatnya rela menempuh jarak ratusan kilometer untuk bertemu sesamanya fans Manchester United. Sepakbola menghubungkan mereka. Kecintaan pada satu klub yang sama membuat mereka terikat seperti saudara.
Sepakbola memang bukan sekadar olahraga. Entah siapa yang pertama memainkannya, tapi pertandingan olah kulit bundar ini sudah berjalan jauh melampaui apa saja yang dulu bahkan tidak terpikirkan oleh mereka yang mulai memainkannya. Sepakbola sudah masuk jauh ke dalam tubuh dan kehidupan orang banyak. Sepakbola menghubungkan banyak orang. Mungkin miliaran.
Kepergian Faisal Mursyid membuat saya merenung. Getaran selepas berita kepergiannya masih terasa, apalagi ketika foto makamnya diunggah banyak orang di twitter. Selembar syal Manchester United dililitkan di nisannya, tentu sebagai tanda betapa dia mencintai klub itu.
Kepergian Faisal Mursyid mungkin tidak akan tercatat dalam sejarah panjang sepakbola seperti sejarah mencatat hilangnya 96 nyawa dalam tragedi Hilssborough yang baru saja terungkap kebenarannya itu. Faisal mungkin hanya sekelebat dan tak tercatat. Tapi kepergiannya tetaplah sebuah kesedihan, tetap sebuah bukti bagaimana sepakbola menghubungkan banyak orang.
Selepas berita kepergiannya, guyuran ucapan belasungkawa datang dari segala penjuru. Mungkin nyaris seluruh perwakilan fans Manchester United di daerah menyampaikan rasa duka mereka. Beberapa malah menggelar hening cipta sejenak sebelum mulai melakukan nonton bareng malam sesudahnya. Ini persaudaraan teman! Mungkin Faisal tak kenal mereka, merekapun mungkin tak mengenal Faisal, tapi mereka terhubung oleh sebuah rasa persaudaraan yang kuat. Bahkan beberapa fans dari klub lain juga ikut menyampaikan rasa belasungkawa mereka.
Sepakbola penuh rivalitas. Penuh persaingan yang kadang berkarat dan turun temurun. Tapi dalam sepakbola juga selalu ada persaudaraan dan perasaan sama sebagai manusia. Semua yang mengaku pecinta sepakbola selalu punya serat yang menghubungkan antar mereka, tidak peduli seberapapun tipisnya.
Selamat jalan kawan, saya memang tak mengenalmu dan mungkin kamupun tak mengenal saya. Tapi saya tahu kita terhubung oleh satu hal, kecintaan pada sepakbola. Semoga tenang dan damai di sana.
[dG]
turut berduka cita 🙁
terharu membaca ini.. speechless
turut berduka cita.. saya fans MU, kerja di Maros, bukan orang Bone..