MUCHAS GRACIAS DON FABIO

GODDAMN,SHIT,MOTHER F***KER !!

Maaf kalau saya memulai tulisan saya dengan umpatan yang sangat kasar seperti di atas, umpatan itu tidak lain adalah umpatan spontan penuh kekesalan yang langsung terucap dari saya begitu mendengar kabar Fabio Capello resmi dipecat Real Madrid.

Saya tidak bisa mengerti ide apa yang ada dalam pikiran Ramon Calderon dan Predrag Mijatovic saat mengambil keputusan menyudahi kebersamaan mereka dengan Don Fabio. Bahkan alasan bahwa sang pelatih tidak memiliki visi yang sama dengan mereka dalam mengembalikan kejayaan Madrid pun belum bisa saya cerna sepenuhnya. Mungkin memang saya hanyalah fans yang nyaris tidak punya kapasitas apa-apa untuk memberi penilaian secara teknis, selain keadaan bahwa saya cukup punya cinta dan perhatian pada Real Madrid. Mungkin saya juga termasuk orang yang tidak punya visi yang sama dengan Calderon dan Mijatovic dalam upaya mengembalikan kejayaan Madrid, yang saya tahu hanyalah bahwa Fabio Capello, seperti yang dilakukannya 10 tahun lalu, berhasil membawa Madrid kembali merengkuh tropi la Liga di tengah dominasi Barcelona. Capello punya kapasitas sebagai pelatih berdisiplin tinggi, punya tangan besi, ahli strategi dan punya kemampuan merubah hasil pertandingan melalui pergantian pemain yang dilakukannya.

Fabio Capello adalah salah satu pelatih yang saya kagumi semenjak mampu meneruskan tradisi dream team Milan yang lebih dulu dibangun Arrigo Sacchi. Capello bagaikan midas, apa yang disentuhnya bisa menjadi emas. Setelah puas di Milan, Capello berhasil membawa Madrid kembali ke puncak, hanya semusim sebelum dia kembali ke Italia dan berusaha membawa Milan bangkit setelah terpuruk pasca pudarnya gelar Dream Team. Capello memang tidak berhasil membawa kembali kejayaan Milan, tapi klub berikutnya yang dia pegang selalu berhasil menjadi yang terbaik. Tengok nasib Roma, Juventus dan Madrid kembali.

Penghiatankah yang diterima Capello akhir musim ini ?, mungkin juga. Mengingat bagaimana Capello berhasil menyatukan kembali para pemain bintang yang sebelumnya telah hilang motivasi, terlalu manja dan terlalu egois menjadi sekumpulan pemain yang bertarung tak kenal lelah demi mengejar kemengan, bahkan hingga detik-detik terakhir. Mungkin musim ini Capello memang diikuti Dewi Fortuna, yang sepertinya memang enggan berpaling ke Barcelona ataupun Sevilla. Namun, Capello adalah kunci utama Madrid musim ini. Beberapa kali penggantian permain yang dilakukannya membawa berkah, termasuk pada pertandingan terakhir yang menetukan gelar ke 30 Madrid.

Capello mungkin sudah tahu nasib yang akan menimpanya, bahkan pada saat perayaan gelar juara di Cibeles. Capello mungkin tahu dia akan ditikam dari belakang, bahkan jauh-jauh hari sebelum Barcelona “menyerahkan” kursi pimpinan klasemen ke Madrid. Tapi itulah Capello, dia tetap menikmati masa-masa kekuasaan atas permainan yang dimilikinya, dia tetap bekerja keras, menjadi yang terbaik tanpa peduli akan tikaman dan penghianatan yang akan diterimanya.

Capello dan Madrid mungkin memang tidak berjodoh, tak peduli siap presidennya. Capello mungkin memang tidak satu visi dengan para petinggi Madrid tentang konsep mengembalikan kejayaan Madrid. Capello mungkin terlalu peduli pada pemerataan kesempatan bermain demi hasil maksimal ketimbang pemakaian pemain bintang demi guyuran fulus dari sponsor. Apapun itu, yang saya tahu hanyalah bahwa Capello membawa kegairahan baru di tubuh Madrid, Capello dengan karakter Italianya yang keras telah membangkitkan kemampuan para pemain muda semacam Gago, Higuain, Reyes, Ramos dan bahkan Diarra. Yang saya tahu hanyalah, Capello mau meminta maaf atas kesalahannya menyepelekan Beckham, Capello juga tahu betapa besar cinta Raul ke Madrid hingga dia tetap memasang sang “bekas pangeran”, dan Capello juga tahu kalau Ronaldo bisa lebih berkembang di klub lain ketimbang jadi tukang ngambek di Madrid.

Don Fabio, dari seorang yang cukup punya cinta kepada Madrid, saya akan mengucapkan banyak terima kasih kepada anda, maafkan mereka yang telah menghianatimu dan –mungkin- tidak berterima kasih kepadamu. Rumahmu mungkin memang bukan di Bernabeu. Saya yakin anda akan sukses di manapun anda melatih musim depan atau musim depannya lagi. Musim depan, apakah saya masih tetap berdiri di belakang Madrid ?, mungkin ya mungkin juga tidak…karena kepergian Capello jelas menyimpan kemarahan dalam diri saya, sama seperti saat mereka dulu mendepak Vicente Del Bosque.

Real Madrid memang klub yang aneh…..