Apa kabar Pep?

Ilustrasi

Pep Guardiola sebelumnya adalah jaminan mutu. Sampai kemudian dia ke Inggris dan ketemu batu.

Wajahnya terlihat semakin menua dengan kerutan dan rambut halus berwarna keperakan di rahang dan dagunya. Guratan dan rambut berwarna keperakan itu memang tidak bisa menghilangkan kesan macho dan sexy dari pria kelahiran Santpedor, Spanyol itu. Tapi, tetap saja terlihat ada yang berubah dari Pep Guardiola yang selama ini kita kenal.

Tahun 2009 adalah tahun penuh kejayaan dalam karirnya. Enam trofi sekaligus dibawanya ke lemari FC. Barcelona, klub yang dilatihnya sejak musim 2008-2009. Klub yang juga dulu membesarkan namanya ketika masih menjadi seorang gelandang bertahan. Dalam empat tahun pengabdiannya di FC. Barcelona, Pep Guardiola total memboyong 14 piala ke lemari FC. Barcelona. Dia jadi pelatih tersukses sepanjang sejarah FC. Barcelona.

Di tangannya, FC. Barcelona dengan Lionel Messi-nya seakan jadi tim dari planet lain. Kemenangan demi kemenangan dengan Messi di garis depan membuat mereka seakan sangat sulit dikalahkan. Di musim pertamanya menangani Barcelona, Pep dan timnya hanya kalah lima kali sepanjang musim. Jumlah ini lalu mengerucut jadi hanya satu kali kekalahan di musim setelahnya. Benar-benar jadi gambaran betapa berbahayanya FC. Barcelona di bawah Pep Guardiola.

Mungkin karena dasarnya memang kompetitif dan selalu butuh tantangan baru, Pep memutuskan meninggalkan FC. Barcelona setelah empat tahun berkarier di sana. Satu tahun dia berlibur dari hiruk pikuk sepakbola sebelum ketahuan kalau dia sedang belajar bahasa Jerman. Rumor pun beredar kalau Pep Guardiola akan segera bergabung dengan salah satu raksasa sepakbola Jerman, Bayern Muenchen.

Rumor yang jadi kenyataan di awal musim 2013-2014. Pep benar-benar mendarat di kota Munich dan menukangi FC. Bayern Muenchen dengan durasi tiga musim. Pep just being Pep, di musim pertamanya FC. Bayern Muenchen langsung dibawanya menjadi juara Bundesliga, begitu juga dua musim selanjutnya. Sayangnya, Pep gagal membawa pulang kuping besar. Satu-satunya kecacatan di masa kepelatihan Pep di Bayern Muenchen.

Tiga tahun di Bayern Muenchen, Pep menatap tantangan lain yang lebih berat. Apalagi kalau bukan Liga Primer Inggris, liga yang oleh media digadang-gadang sebagai liga paling berat, liga paling besar meski wakil-wakilnya jarang bersinar level Eropa.

Manchester biru jadi tujuan Pep. Klub yang dalam rentang lima tahun belakangan sedang merangkak dan berusaha menjadi penguasa Liga Primer. Berbekal uang tak berseri dari syekh Arab, Manchester City menggeser kuasa Manchester United, Arsenal, Chelsea dan, yah katakanlah Liverpool.

Kedatangan Pep ke Inggris bersamaan dengan kedatangan Antonio Conte dari Italia, Jose Mourinho dari Portugal (setelah sempat beristirahat beberapa bulan) dan Ronald Koeman dari Belanda. Nama-nama itu melengkapi nama-nama seperti Arsene Wenger dari Perancis dan Juergen Klopp dari Jerman. Pertarungan bakal seru, tapi banyak yang percaya Pep Guardiola just being Pep Guardiola. Sihirnya akan membuat semua lawan bertekuk lutut.

Siagalah kalian wahai tim-tim Liga Primer!

Tapi, ternyata cerita kehebatan Pep Guardiola seperti berhenti di tengah jalan. Awalnya Manchester City cukup meyakinkan, bahkan di pertandingan keempat berhasil membungkam tetangga merah mereka dengan skor 2-1, di kandang sang tetangga pula! Wah ini dia Pep yang sesungguhnya, pikir sebagian orang.

Menjelang pertengahan putaran pertama, Pep Guardiola dan pasukannya seperti mulai kehabisan voucher kemenangan. Perlahan hasil imbang dan bahkan kekalahan mulai menghampiri, utamanya ketika bertemu lawan-lawan berat. Tottenham Hotspur, Chelsea, Leicester City dan yah, katakanlah Liverpool, berhasil menundukkan anak asuh Pep Guardiola.

Bahkan, di pertandingan kedua awal tahun 2017, tim asuhan Ronald Koeman –Everton- berhasil menyarangkan empat gol tanpa balas ke gawang Claudio Bravo. Angka kekalahan terburuk yang pernah diderita Pep selama menjadi pelatih. Empat gol tanpa balas!

Total sampai 15 Januari 2017, Pep Guardiola sudah merasakan lima kekalahan bersama Manchester City, yang berarti sudah menyamai jumlah kekalahan maksimal yang pernah dirasakannya selama menukangi FC. Barcelona dan Bayern Muenchen. Selama menukangi dua klub itu jumlah kekalahan per musim terburuk Pep memang hanya ada di angka lima, angka yang sekarang sudah dirasakannya selama menukangi Manchester City. Padahal musim masih setengah jalan.

Apakah jumlah itu akan bertambah hingga akhir musim? Atau selepas ini Pep kembali menjadi Pep yang punya mantra mengalahkan tim-tim lain?

Tapi Pep memang sexy, kisahnya ada di sini

Satu hal yang pasti, Pep Guardiola makin terlihat kuyu. Mungkin dia kurang tidur memikirkan strategi apa yang harus dia terapkan melawan tim-tim Liga Primer lainnya. Mungkin kebiasaannya bermalam di kantor, mengunci pintu dan memikirkan strategi benar-benar menggerus kesehatan jiwanya. Inggris ternyata tidak terlalu mudah ditaklukkan. Belum lagi para pemillik modal yang mungkin saja kecewa, lalu tak sabar untuk buru-buru meminta Pep segera mengemas koper.

Apa kabar Pep? Tetap sehat hingga akhir musim ya! [dG]