Batman vs Superman, Film Penuh Pertanyaan

Kasihan, mereka hanya korban adu domba
Kasihan, mereka hanya korban adu domba

Menonton Batman vs Superman adalah perjuangan, perjuangan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di kepala.

Sebenarnya film ini sudah saya tonton sejak minggu lalu, tapi memang sengaja reviewnya saya tunda. Alasannya, di media sosial banyak yang sensi gara-gara banyak spoiler tentang akhir film ini. Jadi lebih baik menunggu sampai keriuhannya reda sebelum saya memutuskan untuk membuat review. Siapa tahu ada yang kesal juga karena review saya dianggap sebagai spoiler. Alasan lainnya, di media sosial juga lagi seru perdebatan antara fan boy DC Comics dengan non fan boy yang bergabung dengan fan boy Marvel.

Untungnya perdebatan itu tidak sepanas perdebatan fan boy Jokowi dan fan boy Prabowo hampir dua tahun lalu.

Sebelum memulai review saya mau jelaskan dulu latar belakang saya, agar pembaca bisa menilai penilaian saya. Begini, saya bukan  penggemar berat komik. Iya saya suka baca komik, tapi sekadar baca saja dan tidak sampai seperti Sheldon Cooper, Leonard dkk-nya di Bing Bang Theory. Lagipula komik super hero bukan selera saya, tidak seperti komik petualangan seperti TinTin.

Karena bukan penggemar komik, jadinya saya bukan fan boy DC atau fan boy Marvel. Dua-duanya saya suka dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing. Saya menikmati film-film Marvel (kecuali Iron Man dan Hulk), saya pun menikmati film-film DC (kecuali Superman versi Zack Snyder).

Nah, berbekal dua latar itu mudah-mudahan saya tak disangka sebagai fan boy salah satu kubu. Review Batman vs Superman hanya review objektif tanpa ada keberpihakan. **saya tahu ini halah banget, tapi tolong lupakan saja**

*****

Dalam bayangan saya, pahlawan super yang paling luar biasa adalah Superman. Dia tidak mempan ditembak, tidak ada masalah sama pisau, bisa terbang, bisa bergerak secepat kilat, punya sinar mematikan dari matanya dan berani tampil tanpa menggunakan topeng. Pokoknya paling super dan pemberani.

Sementara Batman, pahlawan super paling baper. Hidupnya penuh drama, masa lalunya kelam dan lebih banyak menghabiskan waktu di kegelapan. Batman jadi pahlawan super karena punya banyak uang dan bisa menciptakan banyak alat untuk membantu perjuangannya, tidak seperti Superman yang memang dibekali kekuatan luar biasa karena dia datang dari planet lain.

Nah berbekal dua latar itu buat saya rasanya agak aneh kalau mereka akhirnya bisa berkelahi. Apalagi masalahnya tidak jelas, apakah karena rebutan cewek atau rebutan daerah kekuasaan? Di film Batman vs Superman juga tidak diterangkan dengan jelas apa yang membuat Batman (diperankan oleh Ben Affleck yang membuat saya kangen Christian Bale) begitu benci pada Superman. Mungkin saya yang tersesat karena tidak pernah menonton satupun film Superman versi Zack Snyder.

Pokoknya Batman begitu benci pada Superman, titik! Adegan-adegan pembuka yang menggambarkan masa kecil Bruce Wayne alias Batman juga tadinya saya kira ada hubungannya dengan kebenciannya pada Superman, tapi ternyata tidak juga. Atau setidaknya saya yang tidak bisa menemukannya. Memang ada sedikit benang merah ketika salah seorang karyawan Bruce jadi korban akibat perkelahian Superman dan Jenderal Zod di Metropolis, saya tebak ini jadi alasan kenapa Bruce jadi begitu benci pada Superman. Tapi masak iya sampai segitunya?

Lalu pertanyaan kedua saya, apa yang membuat Lex Luthor begitu benci pada Superman dan Batman? Kenapa dia sampai bertekad menubrukkan kedua pahlawan itu dan membuat mereka saling bunuh? Tapi untuk pertanyaan ini saya menjawabnya sendiri; toh Lex adalah bajingan psikopat dengan kegilaan yang tidak bisa ditebak. Orang gila sah-sah saja benci sama orang lain, tanpa alasan sekalipun.

Tapi tunggu, kenapa Lex Luthor begitu yakin Batman bisa mengalahkan Superman? Padahal kemampuan super mereka berdua kan sangat tidak berimbang sebenarnya (kecuali fakta bahwa Batman punya kriptonite). Ah, Lex Luthor kan orang gila, jadi dimaklumi saja.

Terus ada pertanyaan lain lagi; Metropolis dan Gotham City memang berdekatan ya? Setidaknya bisa ditempuh dengan taksi tanpa harus naik feri atau kereta misalnya. Padahal sepertinya kedua kota itu terpisah oleh teluk, jadi kalaupun naik taksi dari Metropolis ke Gotham berarti harus memutar lumayan jauh dengan argo yang tentu saja mahal. Louis Lane ke Gotham dari Metropolis naik taksi, tapi tidak terlihat membayar argo ketika turun. Mungkin taksinya pakai sistim pembayaran via kartu kredit seperti Uber atau Grab Car. Mungkin ya.

Untung ada mbak-mbak ini yang lumayan menyegarkan mata
Untung ada mbak-mbak ini yang lumayan menyegarkan mata

Lanjut ya, ada pertanyaan lagi; siapa si Wonder Women itu? Apa urusannya dia datang ke Metropolis dan jump in ke urusan Batman vs Superman? Apa yang bikin dia penasaran sama Lex Luthor dan ikut mengorek-ngorek rahasia si jutawan eksentrik itu? Dia berhasil mencuri fail dari server Lex, tapi luput memeriksa satu folder yang memuat fotonya. Mungkin saja dia memang pencuri amatiran.

Nah pertanyaan terakhir, kenapa penonton pria di samping kiri saya bisa-bisanya tertidur sampai ngorok segala? Serius! Untuk beberapa detik saya bisa mendengar dengkurannya. Ini pertama kalinya saya mendapati seseorang benar-benar tertidur di dalam gedung bioskop.

*****

Deretan-deretan pertanyaan itu membuat saya jadi kurang menikmati Batman vs Superman. Terlalu banyak pertanyaan yang justru membuat saya sibuk mencari jawabannya. Sampai akhirnya saya pasrah dan berucap; mungkin jawaban-jawabanya ada di komik. Eh tapi kalau memang benar jawabannya ada di komik, apakah berarti saya harus membaca komiknya sampai habis? Ini persekongkolan namanya, demi melariskan komiknya dibuatlah film yang membuat orang penasaran dan membaca komiknya.

Tapi mungkin tidak sampai segitunya.

Terus, apakah Batman vs Superman termasuk film jelek? Oh tentu saja tidak. Mana berani saya menyebut film itu jelek, bisa-bisa habis saya diserbu para fan boy DC. Tapi memang filmnya tidak jelek, saya cukup menikmati adegan pertarungan Batman vs Superman meski harus menunggu lama dan bertahan melawan kebosanan.

Batman vs Superman memang film yang menguji kesabaran untuk orang biasa seperti saya (yang bukan fans komik maksudnya). Satu jam pertama adalah perjuangan melawan kebosanan, selebihnya adalah perjuangan melawan rasa ngantuk sebelum akhirnya terbayarkan dengan adegan perkelahian yang tak seberapa lama.

Secara umum film ini lumayan, tidak jelek tapi juga not my style. Setidaknya saya tidak merasa rugi membayar untuk menontonnya. [dG]