Air Mata Bola ; Sebuah Catatan Sepakbola Sindhunata

Cover Air Mata Bola ( sumber : TokoBagus.com )

Seperti yang selalu dikatakan orang, sepakbola bukan sekadar permainan. Selalu ada drama di sana, selalu ada tautan menuju aspek yang lain dalam kehidupan manusia. Sepakbola bukan hanya sekadar sebuah olahraga yang mempertemukan 22 anak manusia di atas lapangan hijau.

Tidak ada perhelatan yang begitu mampu menyedot perhatian warga dunia melebihi perhelatan piala dunia sepakbola. Ketika sebuah piala dunia akhirnya digelar, maka seluruh pelosok bumi seakan dilanda demam sepakbola. Tua, muda, lelaki, wanita, hampir semuanya memusatkan pikiran pada sebuah olahraga yang konon disebut sebagai olahraga paling populer.

Sepakbola juga adalah lambang nasionalisme, olahraga di mana karakter dan nama baik sebuah bangsa dibawa ke atas lapangan hijau. Di lapangan hijaulah berkumpul 22 orang yang bagai gladiator saling berebut dan mempertahankan harga diri dan martabat pribadi dan bangsanya.

Sepakbola juga industri, sebuah lapangan luas yang menyedot begitu banyak manusia ke dalamnya yang kemudian diolah menjadi gelimangan dollar atau euro. Para lelaki kekar itu diperas tenaganya, diperjualbelikan secara halus dengan menjaga pundi-pundi uang tetap gendut. Begitulah, sepakbola tidak selamanya berbicara tentang olahraga dan idealisme, tapi juga menjadi sebuah bentuk baru penjajahan, bentuk baru sebuah industri dan bentuk baru sebuah penindasan.

Ragam cerita tentang sepakbola itulah yang ditulis Sindhunata dalam bukunyg Air Mata Bola. Buku ini adalah bagian kedua dari trilogi catatan sepakbola Sindhunata yang merupakan kumpulan tulisannya di harian Kompas pada periode 1992 hingga 2000.

Sindhunata,? seorang jurnalis yang juga mendalami filsafat sangat pandai merangkai kalimat dalam menuturkan ragam cerita di balik kejadian-kejadian besar di dunia sepakbola. Dari catatannya kita bisa mengurai satu persatu hubungan antara sepakbola dengan sosial, ekonomi, psikologi, filsafat atau apapun itu.

Dasar-dasar pemikiran Sindhunata selalu berpijak pada kejadian sepakbola yang kemudian dibawanya melebar kepada banyak perenungan tentang makna hidup dan kehidupan. Buku ini bukan buku yang seluruhnya bercerita tentang sepakbola, tapi buku yang membuat kita berpikir tentang bagaimana sepakbola itu begitu merasuk dalam kehidupan manusia sehinggal menimbulkan sebuah perenungan tentang kehidupan itu sendiri.

Membaca catatan sepakbola Sindhunata ini seperti membaca sebuah buku filsafat yang semuanya diangkat dari cerita sepakbola. Anda tidak akan menemukan reportase tentang sebuah pertandingan misalnya, atau bahasa teknis yang akan memusingkan kepala mereka yang tidak mengenal sepakbola. Buku ini terbuka bagi siapa saja, bahkan bagi mereka yang tak mengenal sepakbola.

Buku setebal 275 halaman ini bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang mau membaca cerita tentang sepakbola dan renungan tentang kehidupan. Semua dikemas apik dengan gaya khas seorang Sindhunata. Membaca buku ini kita akan semakin yakin pada sebuah frasa bahwa : sepakbola bukan hanya sekadar permainan.

[dG]