Tahu Game of Thrones? Tidak? Wah dulu saya juga tidak tahu, tapi sekarang semua berbeda
Saya termasuk sangat terlambat ikut arus menonton Game of Thrones. Ketika teman-teman seputaran saya sudah sibuk membahas salah satu serial paling laris di HBO ini, saya masih adem ayem. Tidak tertarik. Pun ketika saya sesekali berhenti di channel HBO dan mendapati serial ini sedang tayang, belum ada ketertarikan luar biasa. Hanya saya tonton beberapa menit sebelum kemudian mengganti saluran televisi.
Saya bahkan mengira Game of Thrones ini sama dengan Hunger Games, film tentang perburuan itu loh. Mungkin karena sama-sama menggunakan kata Game.
Lalu sekira sebulan lalu saya sedang iseng. Malas kerja dan sedang malas menjelajah di internet, pun malas membaca. Lalu di tengah keisengan saya mencoba melihat-lihat koleksi Video on Demand di layanan UseeTV. Tidak ada film yang mampu menggerakkan jari saya untuk menekan tombol PLAY. Sampai akhirnya saya berhenti di tulisan Game of Thrones Season 4. Baiklah, mari kita coba lihat seperti apa film yang begitu sering diobrolkan teman-teman ini.
Jadilah episode pertama dari musim keempat itu saya tonton. Sejam kemudian tahu-tahu saya sudah menekan tombol PLAY lagi untuk menonton episode kedua di musim yang sama. Wah, ternyata menarik juga, kata saya dalam hati.
Dua episode dari musim keempat saya selesaikan hari itu juga dan kemudian menyisakan keinginan untuk menonton dari awal, dari musim pertama tepatnya. Di Video on Demand UseeTV sebenarnya semua musim ada, dari musim pertama sampai musim kelima. Tapi saya lebih memilih untuk mengunduh saja. Bukan apa-apa, tayangan di HBO masih memberlakukan sensor yang menyebabkan beberapa adegan eheum jadi terhapus atau tersamarkan.
Akibatnya, kurang dalam sebulan hampir setiap hari saya estafet menonton setiap episodenya. Dari musim pertama sampai musim kelima. Lengkap, tanpa ada sensor sedikitpun. Ini juga salah satu alasan kenapa saya biasanya sampai tidur melewati jam dua subuh.
Lalu kenapa saya sampai bisa betah menonton episode demi episode serial Game of Thrones ini? Ini alasannya:
1. Karena Obrolan Tentang Serial Ini Ada di Mana-mana.
Seperti saya bilang di atas, sudah sejak lama teman-teman di seputaran saya mengobrolkan serial ini. Begitu juga dengan teman-teman di grup chatting. Sesekali Game of Thrones (GoT) muncul di permukaan dan mengundang banyak sekali tanggapan. Saya yang tidak mengikutinya jadinya ya hanya bisa diam dan menebak-nebak apa yang mereka bicarakan.
Makanya, karena obrolan tentang serial ini ada di mana-mana akhirnya saya terjerumus juga. Lumayan, jadi bisa ikut nimbrung ketika orang bercakap-cakap tentangnya. Ikutan gahol gitu loch.
2. Karena Ceritanya Menarik.
Game of Thrones berputar di tema besar tentang ketamakan manusia dalam berebut kekuasaan. Ketamakan yang menumbuhkan kebencian, pengkhianatan, keculasan, akal bulus, stategi busuk sampai rasa cinta dan kasih sayang.
Cerita di GoT memang gambaran ekstrem bagaimana seorang manusia sesungguhnya. Bukankah di sekitar kita hal-hal seperti itu juga selalu ada? Orang-orang yang sampai rela membunuh saudara sendiri, darah daging sendiri untuk melancarkan jalan meraih kesuksesan. Mungkin hanya tingkat esktremnya saja yang berbeda. Menonton GoT seperti menonton realitas kehidupan itu sendiri.
3. Karakternya Kuat.
Saya sampai bingung siapa-siapa saja karakter di dalam film ini saking banyaknya. Akhirnya saya hanya hapal nama-nama karakter utamanya saja. GoT memang dibangun di antara begitu banyak karakter yang saling berkelindan dengan sifatnya masing-masing. Awalnya memang agak memusingkan, kadang saya sampai bertanya; ini siapa lagi?
Tapi makin ke belakang, keberadaan karakter yang bejibun itu makin nyata memperkuat jalinan cerita. Beberapa karakter juga mengalami evolusi yang sungguh menarik. Sansa Stark misalnya, di awal hingga musim keempat dia masih jadi seorang gadis muda yang naif, sabar dan penurut. Lalu perlahan-lahan berevolusi menjadi seorang gadis yang kuat, berhati baja dan cenderung mulai sadis.
Di sisi lain, seorang Jaime Lannister juga mengalami evolusi. Dari seorang ksatria kejam berhati kelam berubah menjadi lebih lembut dan lebih punya peri kemanusiaan. Evolusi karakternya berjalan dengan sangat lambat dan halus, tahu-tahu saya sadar kalau mereka sudah berevolusi.
4. Akting dan Jalinan Ceritanya Bagus.
Bukan hal mudah menyatukan beragam cerita dalam sebuah rangkaian cerita besar yang menarik dan mampu memaksa orang untuk menantikan kelanjutannya. Cerita-cerita yang berupa serpihan itu disatukan dengan benang-benang cerita yang lebih besar hingga membentuk sebuah kepingan yang lebih besar.
Akting para pemainnya yang rata-rata masih kurang terkenal itu juga sangat lumayan. Sebagai penonton kita seperti ditarik ke dalam jalinan cerita hanya dengan mengikuti akting mereka. Skenarionya juga patut diacungi jempol. Buktinya, setiap awal episode saya sering bergumam; oke, ini yang terakhir. Habis ini tidur. Tapi tahu-tahu, satu setengah jam berikutnya saya sudah ada di tengah-tengah episode selanjutnya.
Akhir dari satu episode memang membuat saya penasaran bagaimana dengan awal episode berikutnya. Yah semacam ending tiap episode di sinetron-sinetron Indonesialah.
5. Adegan Uculnya Yang Eheum.
Sudahlah ya, para penonton laki-laki pasti selalu menunggu kapan lagi Khaleesi sang Ibu Naga berdiri pongah dengan kepolosannya. Atau kapan lagi Cersie Lannister harus melakoni penebusan dosa, berjalan di sepanjang kota dengan tubuh polos tanpa benang. Jujurlah, adegan-adegan seperti ini pasti selalu dinantikan oleh para laki-laki penikmat GoT.
Tapi, jangan menunggu Sansa Stark berada dalam adegan yang sama ya. Konon, itu tidak akan dikabulkan oleh penulis skenario dan sutradaranya. Kecuali bila mereka khilaf.
Nah kira-kira itulah lima poin yang jadi alasan utama saya akhirnya memelototi setiap seri dari Game of Thrones. Mungkin ada juga di antara kalian yang punya alasan sama atau malah alasan berbeda? [dG]
Kurang …..
Sutradaranya suka ‘membunuh’ karakter progonis.
Ted stark di sesion 1
Dan anak2 dan istri stark dibunuh ps sesion selanjutnya
*Sebel ?
Ned Stark maksudnya?
Menurutku malah bagus ketika para tokoh protagonis itu dibunuh, ceritanya jadi lebih menarik
Ned stark,bukan Ted stark
hahahaha yang point limanya parah kali si daeng hahaha
saya sudah ngikutinnya dari season 1 tahun 2011 Daeng, dan sekarang sudah 2016. dari belum ada anak sampai anak udah dua.. macam nonton naruto juga 😀 ceritanya menggemaskan. tidak ada yang bisa ditebak endingnya gimana 😀
justru yang menarik itunya kan? hahaha
endingnya ndak ketahuan
yang kamu tulis artikel diatas bener banget astaga. gue cewe n gue nonton smua tanpa sensor sampe subuh2. mikir ah besok lah lanjut, tp malah lanjut terus n terusan. gw skrng lg nunggu season 7.
klo saya punya pendapat lain mas, ga enak nya film ini ada adegan dewasa nya, jadi risih aja ngeliatnya, nanggung,
klo film ya film aja, klo dewasa ya dewasa aja, gitu, khan sudah ada tempatnya sendiri sendiri
Web tekno, lo kalo makan garam, ya garam aja , kalo makan bawang ya bawang aja, kalo makan wortel ya wortel aja, jgan dicampur. Sayur sop rasanya ngga enak 🙂
Serial yang menggugah emosi, alur crita yang susah ditebak, sya bukan penggemar film tapi dgn serial ini sangat menikmati… keren ulasannya daeng…
terima kasih hehehe