Ulang Tahun AngingMammiri.org

anging mammiri
anging mammiri
Pengalaman pertama menjadi moderator, 25 November 2007

Momen ulang tahun tentu adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh siapapun, baik secara individual maupun secara komunal. Ulang tahun adalah suatu pertanda satu lingkaran masa telah dilalui. Tentu banyak kenangan yang teretas di masa 1 tahun yang sudah terlewati. Ulang tahun juga baiknya secara bijak dijadikan cermin tentang apa yang sudah dan sebaiknya akan dilakukan. Sebuah momentum memperbaiki sesuatu yang salah dan menyempurnakan sesuatu yang sudah benar.

Angingmammiri.org, sebuah komunitas dan wadah berkumpulnya para blogger di ranah kota Makassar maupun segala penjuru kota di dunia ini, pada akhirnya mencapai puncak perjalanan kehidupannya dalam masa satu tahun pertama. 25 Nopember 2007 diperingati sebagai hari ulang tahun pertama komunitas ini. Kebersamaan dan jalinan kekeluargaan selama ini kemudian diperingati dengan sebuah acara yang sederhana namun penuh manfaat, sebuah ajang talkshow tentang Blog, bertema Blog:Voice of Freedom. MTC lantai 4 dipilih sebagai tempat resmi menggelar ajang tersebut hari Minggu kemarin. Beruntung sekali 3 orang yang luar biasa rela meluangkan waktu mereka untuk hadir sebagai pembicara. Budi Putra, Hasymi Ibrahim dan Amril Taufik Gobel, tiga orang blogger, jurnalis, penulis dan contoh sukses seorang blogger tentunya adalah representasi positif bagaimana sebuah blog seharusnya disikapi sebagai sebuah fenomena yang sarat dengan beragam manfaat.

Satu catatan khusus yang sangat patut saya acungi jempol secara pribadi adalah kerja simultan dari panitia inti. Dalam satu rentang waktu yang kurang dari 1 bulan, dengan persiapan yang sangat minim, para panitia inti yang berisi anak-anak muda dengan semangat yang luar biasa, dengan tenaga yang sepertinya tak pernah habis, bergerak tanpa lelah untuk menyusun sebuah acara yang bisa dibilang “mimpi”. Mimpi karena yang didatangkan adalah seorang Budi Putra, seorang yang bisa dibilang adalah ikon dunia blog Indonesia.

Rara, Irha, Nanie, Anhie, Ina, Mus, dkk. membuktikan kalau mimpi tidak selamanya hanya diam dan terkurung sebagai mimpi. Mimpi bisa jadi realita selama kita percaya kalau itu jadi kenyataan. Anak-anak yang saya sebutkan tadi ditambah dengan sederetan nama-nama lainnya tanpa kenal lelah dan dengan sedikit menebalkan muka, berjuang ke sana kemari mencari dukungan sponsor untuk acara komunitas ini. Perjuangan yang bisa saya bilang “gila”, mengingat tak ada satupun yang bisa menjamin keuntungan finansial yang bisa mereka dapat dari perjuangan itu. Untung belum tentu, capek sudah pasti, mungkin bisa dibilang begitu.

Tapi, tidak ada yang tidak bisa selama kita mau dan selama Tuhan mengijinkan. Seminggu sebelum acara, semuanya mulai menunjukkan titik terang. Tempat menggelar acara mulai ketahuan, para sponsor pendukung mulai menunjukkan ketertarikan, bantuan dari teman-teman yang lain pun mulai berdatangan. Kurang dari seminggu sebelum acara, sponsor akhirnya final dan pantia bergerak cepat dengan mulai menyusun program acara dan melakukan publikasi. Hanya beberapa hari menjelang hari-H publikasi di media massa lokal mulai muncul, mungkin agak terlambat memang, tapi syukurlah bahwa publikasi tersebut cukup mampu menarik minat para peserta.

Ujian terberat mungkin adalah karena ajang ini diselenggarakan dengan catatan ada kontibusi peserta dan tidak gratis seperti ajang Blog For Life bulan Juli kemarin. Sempat muncul kekhawatiran kalau ajang ini akan kekurangan peserta mengingat waktu pelaksanaan yang tidak “wallet friendly” karena dilaksanakan di akhir bulan. Syukurlah kekhawatiran ini tidak terbukti sama sekali.

Pengalaman pribadi.

Saya sendiri kebetulan memang diberi kepercayaan menjadi salah satu panitia dalam acara ini, namun keterbatasan waktu di tengah kegiatan profesional saya, saya lebih banyak hanya menjadi panitia diam dan tidak se-militan para panitia inti. Saya hanya bisa bantu-bantu sekedarnya sesuai kemampuan saya, diantaranya adalah dengan menyumbang disain poster dan iklan koran.

Dalam sebuah rapat seminggu sebelum acara, teman-teman mempercayakan posisi moderator untuk acara talkshow tersebut kepada saya. Sebenarnya saya agak mikir, saya belum pernah menjadi moderator acara talkshow sebelumnya, dan tampil di depan penonton adalah sebuah tanggung jawab yang rasanya cukup besar. Tapi dukungan dari teman-teman sangat membantu saya untuk maju dan meyakinkan diri kalau saya bisa.

Akhirnya saya resmi didaulat sebagai moderator. Tadinya saya membayangkan kalau tugas saya hanyalah mempersilakan kepada pembicara untuk berbicara sesuai kapasitas mereka, memandu acara tanya jawab dan merangkum semua isi pembicaraan dari para pembicara. Sayangnya saya salah. Tugas saya ternyata lebih berat, saya harus memandu hampir di keseluruhan acara, memberikan pertanyaan, memancing pembicara untuk menularkan ilmu mereka, membuka session tanya jawab dan merangkum isi dari acara talkshow itu. Tambahan lagi, acara talkshow tersebut disiarkan langsung oleh radio Fajar FM. Kaget dan makin deg-degan, jelas itu yang saya rasakan.

Saya makin panas dingin begitu menyadari bahwa pembicara yang akan saya pandu adalah bapak Budi Putra. Blogger Indonesia yang gaul tentunya sudah sadar siapa beliau dan bagaimana kapasitas beliau dalam dunia blog Indonesia. Budi Putra adalah mantan wartawan Tempo yang kemudian meninggalkan posisinya di Tempo untuk kemudian menjadi full time blogger, sebuah profesi baru yang masih sangat asing di Indonesia. Kenyataan lainnya yang makin menciutkan nyali saya adalah bahwa beliau ini sudah punya nama di dunia internasional, sudah sering berbicara di mana-mana, sementara saya, untuk menjadi moderator saja baru untuk yang pertama kalinya. Betul-betul kenyataan yang njomplang.

Satu hari sebelum acara, saya bertemu dan ngobrol panjang lebar bersama bapak Budi Putra dan 2 pembicara lainnya, bapak Hasymi Ibrahim dan bapak Amril T.Gobel. Pertemuan kami hari Sabtu itu mampu memberi sedikit gambaran tentang hal-hal yang akan saya tanyakan kepada mereka di acara nanti. Tapi, rasa minder dan deg-degannya masih tetap ada.

Dengan mengucap Basmalah, saya menguatkan hati dan menumbuhkan kepercayaan diri bahwa saya bisa. Sepanjang berlangsungnya acara saya mencoba tetap fokus dan jangan sampai blank. Segalanya kemudian berjalan sesuai rencana saya, tidak persis sih tapi setidaknya tidak ada kesalahan yang memalukan. Beruntung bahwa pak Budi Putra adalah seorang yang santai dan low profile utamanya bila dibandingkan dengan reputasi beliau yang seabrek-abrek itu. Kesalahan tentu saja ada, sebagai manusia biasa dan lebih spesifik lagi karena ini pengalaman pertama saya, tentu ada juga hal-hal yang terjadi di luar kendali saya.

Dua jam lamanya saya berada di atas panggung, menemani tiga orang tamu yang luar biasa bahkan sangat luar biasa bila dibandingkan dengan saya pribadi. Saya tidak berhak untuk menilai diri sendiri, jadi saya tidak bisa bilang apakah saya sukses atau tidak. Saya hanya bisa mencatatkan pengalaman pertama saya ini sebagai sebuah pengalaman yang berharga, sangat berharga untuk saya bingkai dalam rekam jejak saya sebagai blogger.

Untuk teman-teman komunitas angingmammiri.org, selamat ulang tahun, semoga angingmammiri bisa tetap jaya di kemudian hari, semoga kita bisa menularkan virus blog ini lebih banyak lagi ke orang-orang lain, dan semoga angingmammiri.org bisa makin jaya ke depannya.

Sekarang, kita tentu tidak mau berhenti hanya di sini. Setelah acara selesai, spanduk dan backdrop digulung, panggung dan kursi dibereskan, masih banyak tujuan-tujuan lain yang mengantri. Masih banyak jejak yang harus kita tinggalkan. Apapun itu saya yakin kalau kita semua bisa, kebersamaan dan kekeluargaan selama ini sudah membuktikan kalau memang tak ada yang tidak bisa kita lakukan kalau kita mau dan bersatu.

Jadi, Makassar bisa tonji…