Sebuah Cerita Tentang Plagiarism

Temukan 10 perbedaan dari 2 gambar ini

Coba lihat dua poster di atas, ada yang bilang kalau keduanya tidak mirip ? Saya kira poster-poster itu bisa dijadikan bahan untuk sebuah kuis : temukan 10 perbedaan di antara kedua gambar ini.

Poster sebelah kiri dibuat oleh Irul, salah seorang teman di komunitas Pearl Jam Indonesia. Poster itu dibuat dalam rangkaian acara a Tribute to Pearl Jam tepat di hari ulang tahun Eddie Vedder sang vokalis, 23 Desember 2009. Poster sebelah kanan diposting oleh seorang fans Pearl Jam dari Italia bernama Ivan Mason, dipost di grup Pearl Jam di Facebook sebagai promosi untuk sebuah acara yang bertema tribute to Pearl Jam juga tanggal 19 November nanti.

Dari kasat mata jelas sekali kalau poster kedua yang waktu rilisnya berselang 9 bulan setelah poster pertama tayang mencontek habis tampilan dari poster pertama. Perubahan hanya dilakukan pada warna dasar plus sedikit mengubah tata letak gambar utama menjadi agak ke bawah untuk memberi ruang bagi tulisan nama band mereka di atas. Saya yakin ada proses copy-paste pada pembuatan poster kedua. Sebenarnya konteks terilhami atau inspired by sudah umum di kalangan para desainer. Hampir tidak ada karya yang benar-benar bersih dari pengaruh karya-karya sebelumnya. Buat saya ada garis tegas antara terilhami dengan mencontek, dan kasus poster di atas bukan lagi “terlilhami” tapi benar-benar sudah penjiplakan.

Satu-satunya hal yang menurut saya bisa diterima dalam kasus ini adalah karena kedua poster tersebut punya tujuan yang sama. Sama-sama ingin mempromosikan sebuah acara bertema “Tribute to Pearl Jam”, dalam arti komunitas Pearl Jam Indonesia (yang diwakili oleh Irul) dan Ivan Mason ( yang mungkin mewakili komunitas Pearl Jam di Italia) adalah bersaudara dengan satu passion yang sama. Hanya saja akan jauh lebih terhormat bila sekiranya si Ivan menuliskan kredit atas nama Irul sebagai pembuat poster pertama yang desainnya dia contek habis.

Catatan : akhirnya sang pelaku mengirim pesan ke FB Irul, meminta maaf telah menggunakan karya Irul tanpa ijin sambil tetap bertanya apakah dia diperbolehkan untuk tetap menggunakan karya tersebut. Dia mengaku tidak tahu kalau itu hasil karya Irul dan hanya mendapatkannya via googling. Untuk sementara poster tersebut diturunkan dari grup Pearl Jam. Setidaknya terlihat ada niat dari sang pelaku dan mungkin memang ini terjadi murni hanya karena kekhilafan saja.

Ini bukan pertama kalinya karya Irul dicontek dan diakui orang. Hampir setahun yang lalu Irul sempat membuat heboh milis Pearl Jam Indonesia dengan sebuah editan foto yang menggambarkan para personil Pearl Jam sedang nongkrong di sebuah warung soto ayam Lamongan.? Entah awalnya dari mana, gambar editan karya Irul menyebar ke sana ke mari, termasuk ke forum online terbesar di Indonesia. Parahnya, penyebaran foto editan yang begitu pesat itu tidak diikuti dengan penyebaran informasi tentang siapa pembuatnya. Belakangan di forum online terbesar di Indonesia itu ada orang lain yang kemudian mengklaim kalau editan itu adalah karyanya. Mungkin hanya lingkungan sekitar Irul sendiri yang tahu pasti kalau karya itu adalah murni 100% hasil kreasi Irul.

Karya Irul yang diakui orang lain

Di FB-nya sendiri Irul tidak banyak menanggapi ketika beberapa dari kami terkesan geram pada penjiplakan karya dan pengakuan semena-mena atas karyanya. Dengan kalem Irul cuma bilang : Lha wong nabi aja banyak yang ngaku-ngaku, apalagi kalau cuma karya kek gini. Hmm, apatis atau cuek ? entahlah. Itu semua memang kembali kepada personnya saja, toh Irul juga menambahkan kalau dia percaya pada karma. Reaksi setiap orang terhadap penyimpangan dan ketidakadilan memang berbeda-beda dan bagi Irul, diam dan tidak terlalu memusingkannya mungkin jadi pilihan meski terus terang bagi saya ini cukup membuat gregetan.

Saya jadi teringat sebuah cerita hampir dua tahun yang lalu saat seorang teman di sebuah milis mengangkat sebuah persoalan tentang plagiarisme. Sebuah karyanya yang dimuat di sebuah media online dijiplak oleh seorang redaktur senior sebuah koran lokal. Mungkin agak kurang tepat bila dikatakan menjiplak 100% karena si bapak redaktur senior itu sempat menuliskan nama si teman dalam salah satu paragraf tulisannya. Tapi ada yang kurang dari caranya mem-parafrasekan tulisan orang lain sehingga bagi kaum awam atau yang belum pernah membaca tulisan awal pasti akan mengira kalau seluruh tulisan yang ada di esai tersebut murni hasil karya si bapak sang redaktur senior itu.

Sang redaktur senior itu mendapat teguran keras dari pemilik media online tempat pertama kalinya tulisan sang teman diterbitkan. Awalnya sang redaktur menjawab dengan jawaban yang melintir ke sana ke mari sebelum akhirnya mengakui kesalahannya. Persoalan kemudian dianggap selesai sampai di situ.

Beberapa kisah di atas buat saya adalah contoh nyata kalau penjiplakan atau plagiarism bisa terjadi di mana saja dan dilakukan oleh siapa saja. Mereka kaum kulit putih itu bisa saja menjiplak karya kita kaum kulit coklat ini, atau mereka yang sudah berposisi redaktur senior plus berpendidikan S3 bisa saja menjadi seorang penjiplak dari karya seorang lelaki muda lulusan S1. ?Tak ada jaminan kalau kita bukan pelaku atau bukan korban dari plagiarisme. ?Bagaimanapun menurut saya yang terbaik adalah mengembangkan potensi sendiri meski ?untuk beberapa hal kita juga masih tergantung pada inspirasi dari karya orang lain.

Ingatkan saya bila anda menganggap saya plagiat.