Menjual Lingkungan, Bukan Hanya Rumah
Lima belas tahun pernah bekerja di pengembang saya jadi paham, bisnis ini bukan cuam soal membangun rumah, tapi membangun lingkungan.
Ketika pertama berinteraksi dengan dunia properti sekisar akhir tahun 1990an, dunia properti di Makassar belum seperti sekarang. Ketika itu baru satu-dua perusahaan pengembang yang ada di kota ini, persaingan belum ketat. Sampai kemudian berangsur-angsur bisnis properti jadi bisnis yang menjanjikan di tengah kota yang makin ramai dan padat. Pemain di bisnis propertipun makin bertambah, skala besar maupun kecil.
Kala persaingan semakin ketat maka inovasi jadi senjata terkuat untuk berhadapan dengan para pesaing. Trend hunian hampir sama dengan fashion, ada trend tertentu yang ikut berputar menurut jaman. Sekisar akhir 1990an sampai pertengahan 2000an trend yang sedang marak adalah trend rumah mediterania. Ketika itu hampir semua pengembang properti di Makassar (bahkan mungkin di Indonesia) merancang hunian dengan model mediterania meski belakangan banyak yang sadar kalau model seperti itu tidak cocok dengan Indonesia yang punya curah hujan tinggi.
Setelah trend mediterania lewat muncullah trend modern minimalis. Dengan cepat trend ini juga diaplikasikan banyak pengembang, sampai sekarang.
Meniru trend bukan hal yang sulit, tapi membuat perbedaan di antara sekian banyak pengembang yang mengikuti trend yang sama, itu baru sulit! Bagaimana membuat perbedaan, itulah yang membuat para pengembang harus memeras otak dan menggali kreatifitas sedalam-dalamnya. Beberapa di antaranya berhasil, sisanya tidak. Salah satu bentuk inovasi yang berhasil itu adalah kemampuan menggabungkan unsur alami dalam setiap desain, baik desain tapak, lingkungan maupun desain rumah tinggal.
Sebagai pengembang dari kota di luar Jakarta kami sesekali melakukan riset dan studi banding ke pengembang yang sudah berhasil di Jakarta, salah satunya adalah Sinarmas Land. Kami pernah berkunjung ke Legenda Wisata di Cibubur dan terus terang, terinspirasi pada salah satu produk Sinarmas Land ini.
Kota Legenda Wisata ini dibangun dengan beberapa cluster tematik yang mengambil tema kota-kota besar di dunia. Setiap bangunan dan lingkungan di dalamnya didesain sedemikian rupa sehingga membuat penghuni atau tamu merasa sedang berada di kota tertentu. Ide ini menarik, tapi bukan ini yang paling mengesankan. Ide menyatukan alam, lingkungan dan hunian dalam satu konsep yang menyatu itulah yang menarik.
Banyak pengembang yang membangun kawasan hunian kemudian menanam beberapa pohon dan kemudian memasang label: hunian alami. Selesai? Mereka pikir begitu, padahal tidak segampang itu. Hunian yang memperhatikan keseimbangan alam mulai dari penghijauan, jenis material ramah lingkungan, pengolahan energi sampai pengolahan limbah dan sampah rumah tangga. Tantangannya adalah bagaimana mempelajari semua aspek itu dan menuangkannya dalam sebuah desain hunian yang benar-benar menyatu dengan alam.
Membangun rumah itu mudah, tapi membangun lingkungan hunian itu yang susah. Dalam satu lingkungan hunian tentu ada banyak aspek yang harus diperhatikan: dari manusia, tumbuhan sampai limbah buangan. Ketika mampu menyatukan itu semua maka lengkaplah hunian itu disebut sebagai hunian alami. Sekarang bukan lagi jamannya menjual rumah, tapi menjual satu paket: rumah dan lingkungan. Sinarmas Land sepertinya berhasil menyatukan ide ini, tidak heran kalau pengembang ini jadi salah satu pengembang terbesar di Asia Pasifik yang mampu membangun hunian ke berbagai penjuru Indonesia, bahkan sampai ke China. [dG]
blog yang keren dan informatif teruskan menulis artikel yang bermanfaat .. jika anda ingin melihat furniture minimalis yang cantik klik aja http://www.mebeljatijepara.com