Perjalanan

Menengok Indahnya Manokwari

Bandara Rendani, Manokwari
Bandara Rendani dengan pegunungan indah yang mengepungnya

Sekali lagi saya beruntung, bisa menengok satu kota yang indah di Papua. Tepatnya Manokwari Papua Barat.

Saya masih asik di lokasi perayaan puncak ulang tahun kedelapan AngingMammri ketika sebuah telepon masuk ke nomor Simpati.

“Halo, saya Daniel yang nanti sama-sama ke Manokwari.” Kata suara lelaki di seberang.

“Oh iya pak, saya belum tahu berangkatnya kapan. Saya belum dapat tiketnya.” Saya menyahut. Beberapa jam sebelumnya memang sudah ada kabar kalau saya akan melanjutkan perjalanan ke Manokwari hari Rabu pagi, tapi sampai Selasa sore saya belum melihat ada tiket yang masuk ke email.

“Sudah ada koq, coba cek di email.” Kata pak Daniel dari seberang telepon.

Setelah mematikan telepon saya segera mengecek email. Ternyata benar, e-ticket buat penerbangan ke Manokwari sudah masuk dan memang berangkatnya Rabu pagi, tapi bukan pagi seperti yang saya bayangkan melainkan Rabu pagi jam 02:30 WITA!

Saya kaget, malam itu saya masih harus memandu acara puncak ulang tahun AngingMammiri yang mungkin akan selesai sekitar jam 11 malam, plus saya belum packing karena menyangka tiket pesawat ke Manokwari itu Rabu pagi sekitar jam 6 atau maksimal jam 8. Jadilah selepas acara saya bergegas ke rumah, tak sempat lagi bersantai menikmati after party seperti biasanya.

*****

Saya melirik jam tangan, sudah jam 05:30 WIT. Sepanjang perjalanan dari Makassar ke Manokwari Papua Barat saya lebih banyak tidur di pesawat seperti biasanya. Dari tepi jendela pesawat Sriwijaya yang saya tumpangi terlihat hamparan awan putih yang serupa karpet tebal dengan bentuk yang tak rata. Dari pengeras suara terdengar berita kalau sebentar lagi pesawat akan mendarat di bandara Rendani, Manokwari. Saya melepas pandangan ke luar, menikmati deretan awan yang terhampar dengan latar mentari yang baru bangun di belakangnya. Saya merekam beberapa keindahannya dengan kamera ponsel yang tentu saja sudah ada dalam mode flight.

Pemandangan yang baru saya saksikan itu ternyata jadi lebih menakjubkan beberapa menit kemudian ketika pesawat pelan-pelan makin turun menembus awan. Dengan segera gugusan pegunungan dengan warna hijau tua menggantikan gugusan awan yang putih tadi. Sejauh mata memandang hanya ada gugusan pegunungan yang berdiri tegak dengan langit biru dan awan putih sebagai latarnya. Di antara pegunungan ada beberapa sungai yang meliuk seperti seekor ular. Tak lama kemudian lautan luas mulai terhampar, tepat di depan pegunungan yang menghijau tadi.

Pemandangan di atas Manokwari
Pemandangan di atas Manokwari

Warna hijaunya pegunungan berpadu dengan warna birunya laut, putihnya awan dan birunya langit. Paduan warna yang sangat menyenangkan, apalagi ketika semua itu disempurnakan dengan siraman warna emas matahari yang baru saja bangun.

Pesawat Sriwijaya yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di bandara Rendani. Ketika turun dari pesawat kembali saya takjub. Di sekeliling bandara deretan pegunungan seakan mengepung, disempurnakan dengan birunya langit dan awan putih yang berarak. Udara segar memenuhi paru-paru, betul-betul sambutan yang nyaman dari ibu kota Papua Barat itu.

Manokwari menjadi ibu kota Papua Barat yang mekar sejak tahun 1999. Kota ini terletak di teluk Doreri, sebagian besar menghadap ke laut dengan pegunungan di bagian punggungnya. Manokwari Papua Barat yang luasnya 1.556,94 km2 ini dihuni 99.488 jiwa, sebagian besar adalah etnis Papua dari berbagai suku. Di sekujur kota modernisasi mulai terasa. Seperti halnya kota-kota lain di Papua, ekonomi Manokwari juga banyak digerakkan para pendatang, utamanya dari pulau Sulawesi dan Jawa.

Kalau membandingkan Manokwari dengan kota lain di Papua Barat yaitu Sorong maka rasanya Sorong memang lebih ramai dan lebih maju. Ini agak mengherankan mengingat Manokwari adalah ibu kota provinsi. Kemajuan Sorong banyak terbantu oleh letaknya yang lebih ke Barat karena berada di bagian kepala burung, selain itu beberapa tahun belakangan ini salah satu bagian Sorong menjadi primadona wisata Indonesia. Apalagi kalau bukan Raja Ampat.

Manokwari Yang Tak Kalah Indah

Meski mungkin kalah ramai dengan Sorong, tapi Manokwari tetap menyimpan banyak keindahan. Kota Manokwari hampir sama dengan kota-kota besar lain di Papua, halaman depannya adalah lautan lepas sedangkan bagian punggungnya adalah pegunungan. Kondisi ini membuat beberapa bagian kota Manokwari – disebut daerah Amban – berada di ketinggian. Menikmati kota Manokwari di malam hari dari daerah Amban kita bisa melihat indahnya kota Manokwari dengan kerlap-kerlip lampunya dan lautan lepas di depannya.

Satu sudut kota Manokwari
Satu sudut kota Manokwari

Wisata andalan kota Manokwari adalah pulau Mansinam, pulau yang jadi gerbang masuknya injil ke Papua. Pulau yang terletak tak seberapa jauh dari Manokwari itu bisa ditempuh dengan perjalanan sekira 10 menit dengan kapal bermesin. Cerita tentang pulau Mansinam bisa dibaca di sini.

Daerah lain yang bisa dijadikan tempat wisata andalah Manokwari adalah Pantai Pasir Putih. Pantai ini juga tidak terlalu jauh dari pusat kota, hanya dengan berkendara sekira 30 menit kita akan tiba di tepi pantai berpasir putih yang lembut. Pasir putih di pantai ini memang sangat lembut dengan warna putih kekuningan. Di depannya ada pulau Mansinam dengan patung Jesus yang terlihat jelas, agak jauh ke belakang ada pegunungan Arfak yang juga jadi salah satu kawasan wisata andalan Manokwari.

Pantai Pasir Putih, Manokwari
Pantai Pasir Putih, Manokwari

Meski punya banyak wisata alam yang luar biasa, Manokwari Papua Barat tidak bisa begitu saja mengambil manfaat darinya. Akses yang menjadi halangan utama. Untuk bisa sampai ke Manokwari harga yang harus ditebus memang tidak sedikit, dari Makassar saja harga tiket bisa berkisar antara 1 sampai 2 juta tergantung maskapai dan waktu penerbangan. Setiba di Manokwaripun kita masih harus merogoh kantong dalam-dalam untuk menyewa mobil yang bisa mengantar kita ke berbagai tempat wisata. Harga sewa mobil tanpa BBM di Manokwari Papua Barat dua kali lipat dengan harga sewa mobil yang sama di Makassar.

Soal akses dan kesetaraan pembangunan memang masih jadi PR besar bagi Manokwari (dan kota-kota lain di Papua), miris melihat bagaimana daerah seindah dan sekaya Papua itu bisa jadi anak tiri di negeri kita. Hari itu saya menengok Manokwari dan kembali menyadari betapa tanah Papua sangat indah dan kaya. Selalu menyenangkan untuk kembali ke Papua, tanah yang sekarang membuat saya jatuh cinta. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (4)

  1. Huuh mautami juga ke Papua…hiks

  2. Bagus sekali angle pengambilan foto na bela…
    Ajari saya kakak 🙂

  3. Tempat-tempat yang menakjubkan.

  4. Keren,,nabungnya harus berapa tahun ya untuk bisa ke sana.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.