Merawat Kenangan
Buat saya, kenangan itu kadang seperti daun-daun yang berguguran. Dia memang gugur dan mengering, tapi dia akan menyuburkan pohon kehidupan.
Entah bagaimana asalnya, tiba-tiba timeline Facebook saya penuh dengan postingan dari kawan-kawan di grup yang sama. Mengherankan karena beberapa teman itu berasal dari kelompok yang berbeda dan sama sekali tidak beririsan, mungkin irisannya hanya karena mereka berkawan dengan saya. Satu irisan lainnya, mereka sama-sama merasakan masa remaja di tahun 90an. Dan tampaknya irisan kedua itulah yang membuat mereka sama-sama berkumpul di grup yang sama, grup Hits From 80s & 90s.
Karena penasaran saya menuju grup yang sama dan serta merta saya seperti ditarik munduk ke masa belasan tahun silam ketika bulu-bulu di bawah hidung mulai tumbuh, atau bahkan masa di mana bekas sunat belum kering. Tak perlu menunggu lama saya sudah bergabung dengan dua puluh ribuan orang lain yang jadi anggota grup itu.
Lalu, hal aneh terjadi. Setiap waktu senggang saya melirik ke grup itu, dan tanpa sadar binar cerah ceria hadir di wajah. Saya yakin senyum tipispun tersungging di bibir. Update dari grup itu yang hadir nyaris setiap menit benar-benar seperti obat penenang yang membuai, membuai dalam kenangan di masa ketika semuanya terasa masih jauh lebih sederhana dari sekarang.
Dari postingan tentang film Escrava Isaura, komik Tiger Wong, iklan LUX, acara Kamera Ria, Nintendo, sampai menteri pendidikan Fuad Hassan, semua muncul di sana. Satu persatu anggota grup mengunggah kenangan mereka tentang masa 80an dan 90an, dan kenangan itu dengan cepat dikunyah oleh anggota grup yang lain sebelum akhirnya kemudian dilempar kembali dalam bentuk kenangan yang lain. Satu postingan bisa dikomentari sampai ratusan kali meski ada juga yang sepi dari komentar.
Kenangan adalah sebuah bagian paling intim dalam hidup kita. Rasanya semua orang pernah punya masa ketika dia begitu merindukan sebuah kenangan, atau masa ketika kenangan itu datang kembali dan membuatnya begitu bergairah mengorek-ngorek kembali satu bagian dalam otaknya, bagian di mana kenangan itu tersimpan. Tapi, ada juga orang yang begitu mati-matian mengubur satu kenangan karena tahu betapa sakitnya bila kenangan itu mendadak hadir lagi.
Kenangan pula yang hampir tak pernah gagal membawa romansa dan rasa tersendiri. Mengenang masa ketika semua masih terasa sederhana dan naif adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Masa ketika kita masih jauh lebih muda dan memandang hidup hanya dari kacamata hitam dan putih. Masa ketika kita belum terpikir betapa beratnya hidup dengan tanggung jawab dan keharusan memoles penampilan di muka umum.
Saya dan orang-orang dengan kisaran usia yang sama mengingat kembali betapa menyenangkannya masa tahun 90an. Masa di mana kami belum mengenal kata globalisasi tapi masih akrab dengan kalimat menuju era tinggal landas. Masa di mana kami belum punya smartphone yang bisa menjadi teman dalam kesendirian. Di masa itu manusia lain adalah sebaik-baiknya teman yang bisa kami ajak bertukar cerita, bertukar sapa dan berbagi emosi. Bukan masa di mana kami membagi emosi dan bertukar tatapan dengan smartphone yang dingin meski canggih.
Hidup memang akan terus berjalan, tapi rajutan kenangan masa lalu yang indah itu tidak bisa hilang dengan mudah. Kita adalah manusia-manusia yang rajin merawat kenangan, memilah mana yang bisa dan nyaman untuk kita panggil kembali dan membiarkan kenangan buruk tetap tersimpan di lemari atau jika bisa kita enyahkan agar tak mengganggu.
Dua hari ini saya terus dibayangi kenangan-kenangan masa kecil dan masa remaja gara-gara grup Hits From 80s & 90s itu. Satu persatu idola dan pahlawan masa kecil muncul ke permukaan, begitu juga dengan ragam kesenangan kala itu. Tiba-tiba saya sadar betapa beruntungnya saya yang bisa menikmati masa-masa indah di dekade 90an, dekade terakhir sebelum era digital mengubah banyak cara orang berinteraksi.