Pikiran

10 Tahun Komandan Menakhodai SulSel

SYL

Catatan pendek bagaimana saya melihat sosok seorang Syahrul Yasin Limpo yang tahun ini genap memimpin SulSel salama 10 tahun.

RASANYA BARU BULAN KEMARIN saya menulis tentang riuh Pilkada gubernur Sulsel yang untuk pertama kalinya digelar secara langsung. Waktu itu saya baru mulai belajar menulis dan bergabung di sebuah situs jurnalisme warga. Salah satu latihan saya adalah merekam riuh rendah Pilkada langsung di tingkat provinsi itu.

Pilkada gubernur SulSel yang pertama itu memang lumayan riuh. Riuh karena dua tokoh kuat yang sebelumnya adalah pasangan gubernur dan wakil gubernur, kali ini berhadap-hadapan sebagai dua calon gubernur. Amin Syam yang masih menjabat sebagai petahana, ditantang wakilnya Syahrul Yasin Limpo. Persaingan keduanya seperti meminggirkan nama satu calon lain: Azis Qahar Muzakkar, yang dianggap hanya sebagai pemecah suara atau mungkin hanya pelengkap saja.

Pertarungan sengit dua tokoh besar itu sangat terasa di tubuh aparat sipil negara di lingkungan pemerintahan provinsi Sulawesi Selatan. Ada banyak orang yang jadi “pelanduk”, tergencet oleh pertarungan dua “gajah”. Dari mutasi sampai non job. Mau tidak mau, suka tidak suka, ASN di lingkungan pemprov dipaksa memilih salah satu kubu. Ada yang terang-terangan memilih – meski harus merasakan akibatnya – tapi ada juga yang memilih diam-diam.

Keseruan itu yang saya tulis di situs jurnalisme warga yang sekarang sudah almarhum itu.

Keseruan pilkada provinsi Sulsel itu mengantar Syahrul Yasin Limpo menjadi gubernur Sulsel pertama yang dipilih langsung. Selisih suaranya tipis, tapi syukurnya karena tidak ada riak berlebihan yang mengikuti hasil Pilkada tersebut. Dengan damai, Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu’mang dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur Sulsel.

Untuk pertamakalinya, Sulawesi Selatan dipimpin seorang gubernur dari etnis Makassar. Selama berdirinya, Sulawesi Selatan selalu dipimpin oleh gubernur dari etnis Bugis atau selain Makassar. Ini juga yang jadi salah satu materi kampanye Syahrul Yasin Limpo, utamanya di kantung-kantung suara etnis Makassar. Meski tentu saja itu dikampanyekan secara bisik-bisik.

Lima tahun kemudian, Syahrul Yasin Limpo masih maju dalam Pilkada. Pasangannya juga masih sama, Agus Arifin Nu’mang. Pertarungan kali kedua ini juga seru karena lawannya adalah walikota Makassar yang juga punya kekuatan politik yang besar; Ilham Arief Sirajuddin.

Syahrul Yasin Limpo – yang kemudian lebih akrab dengan inisial SYL – akhirnya tetap bertahan menjadi gubernur. Melengkapi periode pertamanya, masih dengan pasangan yang sama.

*****

APRIL 2018 ADALAH MASA AKHIR JABATAN SYL dan Agus Arifin Nu’mang. Pungkas sudah pengabdian selama 10 tahun menjadi orang nomor satu Sulawesi Selatan. 6 April 2018 adalah hari terakhirnya menjadi gubernur Sulsel dan sekaligus menandai akhir masa jabatannya selama 10 tahun.

Dari sejak beberapa minggu kemarin saya sudah melihat puja-puji dan kesan-pesan tentang SYL melintas. Baik itu di media sosial maupun grup WhatsApp.

10 tahun adalah masa maksimal menurut ketentuan, masa yang tentunya meninggalkan banyak kesan bagi banyak orang. Jadi, tentu tidak heran kalau ada banyak orang yang merasa kehilangan ketika akhirnya SYL harus meninggalkan kantor gubernur Sulsel.

Selama masa pemerintahannya, SYL juga tercatat sudah banyak menerima penghargaan. Berdasarkan rilis Humas Pemprov Sulsel, SYL sudah menerima 237 penghargaan nasional. Termasuk penghargaan sebagai gubernur terbaik dan terpilih dari Kementerian Dalam Negeri RI. Jumlah yang tidak main-main, bukan?

Sebagai seorang administrator dan pamong praja, SYL memang salah satu yang terbaik. Memulai karir dari bawah sebagai seorang lurah, dia sudah menempati hampir semua jenjang birokrasi yang dimungkinkan. Lurah, camat, bupati, wakil gubernur dan berakhir sebagai gubernur.

Biografi SYL

Sebagai seorang pribadi, SYL memang punya kharisma yang memikat banyak orang. Kemampuannya berorasi di depan publik sangat menarik perhatian hadirin dan hadirat. Walaupun, terus terang banyak kalimatnya yang tidak nyambung, atau istilah yang entah artinya apa. Tapi, itu tertutupi dengan kemampuannya mengatur intonasi suara dan gerak tubuh yang sangat meyakinkan.

Dalam kehidupan di luar tugas sebagai gubernur, SYL juga sangat piawai menjalin hubungan. Bahkan dengan warga biasa. Dia terkenal ramah dan tidak jual mahal ketika disapa warganya, di mana dan kapan saja.

Suatu hari dia pernah masuk ke warung coto yang sedang ramai. Menyapa semua orang di dalam, bahkan mengelus perut seorang ibu hamil sambil mendoakan si jabang bayi lahir dengan selamat dan jadi anak yang pintar, lalu ditutup dengan mentraktir semua yang lagi makan di warung coto itu. Sangat memikat, dan tentu saja menarik simpati orang-orang.

Jadi wajar kalau banyak yang jatuh cinta pada sikapnya.

*****

“DEH, PERNAH ITU DIA MARAH SEKALI SAMA SAYA waktu saya tanya soal politik dinasti,” kata seorang kawan jurnalis. Waktu itu kami membincangkan situasi politik di Sulsel dan kemudian sampai pada topik politik dinasti.

SYL memang selalu jadi sorotan kalau topik itu mengemuka. Bukan apa-apa, trah Yasin Limpo memang terkenal menggurita di Sulawesi Selatan. Adiknya bupati, ponakannya bupati (menggantikan bapaknya), adiknya ada yang kepala dinas, yang lain ada yang jadi anggota DPR, anaknya pun jadi anggota DPR. Wajar kalau nama belakangnya sering dikaitkan dengan politik dinasti. Apalagi ketika salah seorang adiknya berakhir dengan rompi oranye punya KPK.

Meski begitu, namanya sendiri masih bersih. Belum ada satupun kasus hukum apalagi kasus korupsi yang tersangkut di nama Syahrul. Kasus hukum yang pernah hampir melekat pada namanya hanya kasus lama ketika dia masih menjadi bupati Gowa. Bukan urusan dengan korupsi, tapi urusan lain yang di masa itu seperti jadi rahasia umum. Dibicarakan dengan nada kasak-kusuk, tapi tidak pernah terbukti. Kasus yang hampir menjeratnya itu pun menghilang begitu saja, tidak sampai merusak namanya.

Di antara sekian banyak puja-puji orang tentang SYL, saya tetap punya kesan tak enak pada kepemimpinannya. Di periode pertama kepemimpinannya sebagai gubernur, dia memberi ijin pada seorang pengusaha untuk mendirikan arena bermain di tepi benteng Somba Opu, benteng peninggalan kerajaan Gowa. Saya ikut bergabung dengan gerakan #SaveBentengSombaOpu waktu itu. Sampai sekarang pun saya masih memegang teguh prinsip tidak mau berkunjung ke arena permainan air yang bernama Gowa Discovery Park itu.

Menjelang akhir masa pemerintahannya yang kedua, SYL memberi ijin pengerjaan reklamasi Pantai Losari kepada grup Ciputra. Dia mendorong reklamasi yang diberi nama Center Point of Indonesia (CPI), meski penolakan dari beberapa elemen warga tetap ada. Sekali lagi saya berada di antara orang-orang yang menentang keputusan beliau.

Penolakan itu tidak sampai berhasil mengubah keputusan SYL. Reklamasi tetap jalan, lengkap dengan bumbu-bumbu modernisasi yang begitu megah. Istana Negara, masjid 99 kubah termegah di Asia Tenggara, dan komplek perumahan yang menyerupai Singapura. Pokoknya semua yang megah-megah, seolah Makassar memang benar-benar butuh yang seperti itu. Tidak peduli bahwa pembangunan itu memakan ongkos sosial yang banyak.

Jadi begitulah. Buat saya SYL – yang juga kerap disapa “komandan” – memang pemimpin yang baik, punya visi pembangunan dan punya kemauan untuk dekat dengan rakyat. Tapi, dia bukan dewa yang tidak punya kesalahan. Bagaimanapun dua keputusannya di dua masa kepemimpinannya akan jadi noda yang terus diingat. Setidaknya buat saya. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (1)

  1. Saya berharap tulisan panjang padahal 🙂
    Cukup fair ada pujian atas prestasi dan catatan “noda”, bagi saya yang di luar sulsel nama SYL lumayan baik, gak ada berita miring kecuali rencana gelar kehormatan profesor dan itu pun seperti hanya isu lokal saja. Selamat jalan SYL.semoga Sulsel mendapat pemimpin baru yang minimal sama bagusnya deh. BTW untuk tulisan di situs jurnalisme warga yang sekarang sudah almarhum itu gak ada arsipnya kah daeng? 🙂

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.