Pantai Losari Makin Tidak Nyaman?

Pantai Losari
Pantai Losari
Losari Suatu Pagi

Tentang salah satu ikon kota Makassar yang sekarang ini dikeluhkan banyak orang sebagai tempat yang mulai tidak nyaman bagi pengunjung.

Menjelang siang saya membuka applikasi twitter dan dengan segera tertumbuk pada satu topik yang rupanya sedang hangat dibicarakan. Topiknya adalah tentang Pantai Losari Makassar yang katanya makin tidak nyaman buat para pengunjung. Saya tidak tahu awalnya dari mana, topik itu tiba-tiba jadi hangat setelah diangkat oleh salah satu akun besar kota Makassar. Reaksipun dengan cepat berdatangan, sebagian besar setuju dengan kalimat kalau Pantai Losari memang makin tidak nyaman sekarang ini.

Ketika mencari di laman berita online saya menemukan beberapa berita tentang ketidaknyamanan yang terjadi di Pantai Losari. Tanggal 1 Juni kemarin salah seorang pengunjung Pantai Losari mengaku handphonenya dirampas seorang tukang parkir. Gara-garanya dia menolak membayar parkir motor senilai Rp. 3.000,- karena biasanya parkir motor resmi memang hanya Rp. 1.000,-. Korban yang kemudian berniat memotret kejadian sebagai bahan bukti pelaporan mengaku kalau sang tukang parkir merampas handphonenya dan tidak dikembalikan.

Baca: http://www.upeks.co.id/index.php/metro/item/11958-losari-semakin-tak-nyaman-dikunjungi

Benarkah Pantai Losari memang tidak nyaman bagi pengunjung? Kalau pertanyaan ini diajukan ke saya maka saya akan menjawab tanpa ragu dengan jawaban: IYA. Saya lupa kapan terakhir kali berkunjung ke salah satu ikon kota Makassar ini, kalau tidak salah sekisar bulan November tahun lalu. Itupun karena mengantarkan seorang tamu dari Semarang.

Saya memang selalu berusaha untuk tidak datang ke Pantai Losari kalau memang tidak ada urusan atau acara yang mendesak. Pantai Losari yang sekarang ditata dengan 3 anjungan beton itu buat saya bukan tempat yang nyaman untuk bersantai walaupun banyak yang bilang matahari terbenam dari Pantai Losari sangat memikat untuk dinikmati.

Kalau soal matahari tenggelamnya saya setuju. Pantai Losari entah kenapa selalu berhasil menyajikan pemandangan matahari tenggelam yang sangat memikat, utamanya ketika langit sedang bersih. Tapi, apalah enaknya menikmati matahari tenggelam kalau suasana sekeliling tidak membuat nyaman?

Hal utama yang membuat saya tidak nyaman berada di sekitaran Pantai Losari adalah beberapa oknum yang kadang memaksakan kehendak mereka. Pertama kita akan bertemu tukang parkir yang seenaknya menetapkan ongkos parkir tanpa karcis resmi. Kedua, kita akan dengan mudahnya bertemu dengan pengamen dan pengemis yang tidak rela membiarkan kita bersenang-senang menikmati suasana sore atau malam di Pantai Losari. Mereka akan memaksa menyanyikan lagu atau menegadahkan tangan di depan kita. Jangan harap bisa menolak dengan halus kehadiran mereka karena selepasnya kata-kata kotor dan nada memaksa akan keluar dari mulut mereka. Beberapa orang malah mengaku kalau pengamen dan pengemis itu sampai mengancam.

Twit tentang Pantai Losari siang ini
Twit tentang Pantai Losari siang ini

Teman-teman dari Earth Hour Makassar sendiri mengaku kalau mereka sempat berurusan dengan preman penguasa Pantai Losari waktu menggelar acara Earth Hour di sana 2 tahun lalu. Panitia dibuntuti preman yang menagih uang keamanan, bahkan katanya preman itu sampai menunjukkan badik yang tentu saja disertai ancaman.

Beberapa hal itu jadi alasan bagi saya untuk sebisa mungkin tidak mampir atau berlama-lama di Pantai Losari. Sayapun sebisa mungkin tidak merekomendasikan Pantai Losari kepada teman-teman dari luar kota yang akan datang Makassar, atau saya memberi saran mereka datang ke Pantai Losari di pagi hari kala pantai itu masih sepi dari pengunjung.

*****

Soal kenyamanan (dan juga kebersihan) Pantai Losari pihak yang pertama disoroti tentu saja Pemerintah Kota Makassar sebagai pihak yang paling bertanggung jawab pada ikon kota ini. Sayangnya karena pihak pemerintah kota lewat camat Ujung Pandang Andi Juliani Jafar seperti lepas tangan. Sang camatpun membantah semua berita kalau Pantai Losari dikuasai preman. Beliau bilang tidak ada preman di sana, yang ada hanyalah anak muda yang memang dibina dan diberdayakan untuk menjaga Pantai Losari.

Baca: http://www.kabarmakassar.com/sosial-politik/item/16381-parkir-losari-bermasalah,-daeng-ical-panggil-camat-makassar.html

Masalah premanisme di kota besar memang rumit, selalu ada banyak hal yang terkait dalam aksi para preman, utamanya yang menguasai fasilitas publik. Bukan rahasia lagi kalau kelakuan para preman ini biasanya punya backing kuat dari orang-orang yang punya kuasa. Semuanya bermuara di uang dan uang selalu punya kekuatan untuk menundukkan manusia.

Soal preman di Pantai Losari ini juga tidak mudah untuk diurai. Pantai Losari yang dipermak habis-habisan dalam 1 dasawarsa terakhir ini memang menimbulkan efek samping yang lain. Efek samping yang mungkin tidak dibayangkan sebelumnya. Pantai Losari mulai menarik perhatian pengunjung selepas reklamasi dan renovasi besar-besaran, ini tentunya menarik perhatian sebagian orang yang mungkin saja sebelumnya jadi korban dari reklamasi dan renovasi Pantai Losari itu. Mereka inilah yang kemudian turun tangan mengerjakan pekerjaan kotor yang ujung-ujungnya meresahkan warga, pemilik Pantai Losari sesungguhnya.

Sampai sekarang saya belum menemukan riset serius tentang fenomena premanisme di Pantai Losari ini, benarkah para preman itu menguasai Pantai Losari karena bergerak anarkis dan bukan karena diorganisir? Atau sebaliknya? Adakah pihak yang mengorganisir mereka? Dan pertanyaan paling penting buat saya, siapakah mereka sebenarnya? Jangan-jangan mereka juga adalah korban sampingan dari Pantai Losari yang baru.

Apapun itu saya yakin warga lebih senang menunggu langkah serius pemerintah kota Makassar untuk membuat Pantai Losari jadi lebih nyaman. Kabarnya wakil walikota Makassar sendiri berniat untuk meminta bantuan marinir dari Lantanal (Pangkalan TNI Angkatan Laut) untuk membantu membereskan masalah preman di Pantai Losari itu. Semua langkah pasti ada untung ruginya, sebagai warga kita hanya ingin ikon kota yang nyaman untuk semua.

Pantai Losari dibangun di atas banyak kekeliruan dan mengorbankan banyak aspek, kekeliruan dan kerugian itu akan terus bertambah kalau Pantai Losari dibiarkan dikuasai segelintir orang. Bukan begitu? [dG]