Menanam Benih Persahabatan di Makassar Berkebun
Gerakan Makassar Berkebun berjalan lancar. Banyak pihak yang kemudian tertarik untuk ikut meneteskan peluh dan bermain dengan tanah.
Pagi itu langit Makassar agak mendung, matahari bersinar malu-malu. Di pinggiran kota, tepatnya dekat sebuah perumahan di tepi pantai sekelompok anak muda sedang asyik bercengkerama. Beberapa orang di antara mereka memegang cangkul, ada yang memegang ember berisi air serta alat penyiram berwarna hijau. Sesekali gelak tawa terdengar di antara mereka.
Merekalah sekelompok anak muda yang menyebut diri mereka Makassar Berkebun. Sebuah komunitas yang belum genap setahun di kota Makassar.
Awalnya dari sindiran, kenapa Makassar yang salah satu kota besar di Indonesia belum ikut gerakan Indonesia berkebun. Gerakan ini sendiri adalah gerakan yang bertujuan untuk memanfaatkan lahan tidur di perkotaan untuk dimanfaatkan sebagai kebun atau yang lebih dikenal sebagai urban farming. Gerakan ini menjalar ke semua kota besar di Indonesia kecuali Makassar waktu itu.
Berawal dari sindiran itulah beberapa anak muda kemudian saling sahut-sahutan di twitter. Mereka tergoda untuk membuat gerakan yang sama di Makassar. Dari sahut-sahutan itu kemudian berkumpullah mereka di Green Kitchen membahas kelanjutan niat untuk ikut ambil bagian dalam idberkebun.
Berbekal satu tujuan, mereka kemudian mulai menginisiasi Makassar Berkebun. Sampai di sini jalan masih mudah. Hambatan baru muncul ketika mereka mencari lahan untuk berkebun. Meski gerakan ini beredar di social media, tapi bukan berkebun namanya kalau tidak ada lahan yang bisa ditempati untuk berkebun.
Mulailah mereka mencari lahan. Tentu bukan hal mudah, apalagi di kota besar seperti Makassar. Lahan kosong masih ada, tapi belum tentu pemiliknya mau memberikannya secara cuma-cuma untuk dipakai berkebun. Di Makassar, lahan kosong akan lebih bermanfaat bila ditanami beton dan jadi ruko. Mereka bergerilya, lebih banyak melalui twitter untuk mencari tahu siapa orang yang mau berbaik hati memberikan lahan kosong mereka untuk dipakai berkebun.
Dari kicauan ke kicauan hingga akhirnya tiba di hadapan seorang penerus klan Aksa pemilik sebuah korporasi besar di kota Makassar. Kebetulan sekali ibu Melinda juga sedang mencari anak-anak muda yang mau jadi penggerak Makassar Berkebun. Seperti pepatah, gayung bersambut.
Ibu Melinda mempersilakan anak-anak Makassar Berkebun memilih salah satu lahan milik Bosowa Grup yang banyak bertebaran di kota Makassar. Setelah menimbang ke sana ke mari, akhirnya pilihan jatuh pada sebuah lahan kosong di daerah Tanjung Bunga. Selesai sudah pencarian mereka. Lahan inilah yang digunakan terus hingga sekarang.
Pagi itu saya mengobrol banyak dengan Rizky, salah seorang penggerak Makassar Berkebun. Selain Rizky yang saya kenal ada seorang komikus Makassar yang memang punya latar belakang pertanian. Namanya Wahyu. Mereka berdua bersama belasan anak-anak muda lainnya setiap sabtu dan minggu pagi selalu giat mencangkul di atas lahan yang sudah mereka siapkan.
Di antara para penggiat Makassar Berkebun, katanya hanya 10% yang benar-benar punya latar belakang pertanian atau minimal mengerti cara berkebun. Sisanya sama sekali tidak tahu, murni hanya berbekal keinginan untuk berkebun.? Tapi itu bukan masalah tentu saja, toh ada tutor yang selalu siap membimbing mereka.
Anak-anak Makassar Berkebun juga baru saja mengikuti Akademi Berkebun yang diadakan oleh idberkebun. Dalam acara itu mereka jadi banyak tahu tentang teknik bertani yang benar.
Sampai saat ini mereka sudah panen sebanyak 10 kali. Tanaman yang mereka tanam memang tergolong tanaman jangka pendek seperti sawi, kangkung, selada dan lain-lain. Hasil panen mereka tidak diperjualbelikan dan hanya dibagi-bagikan kepada siapa saja yang mau. Dari awal mereka memang tidak pernah berniat untuk mengeruk keuntungan dari aksi berkebun di dalam kota itu meski sekarang sudah ada rumah makan yang bersedia menampung hasil panen mereka.
Gerakan Makassar Berkebun berjalan lancar. Banyak pihak yang kemudian tertarik untuk ikut meneteskan peluh dan bermain dengan tanah. Fadly sang vocalist band PADI sendiri pernah turun langsung berkebun bersama anak-anak Makassar Berkebun. Di lahan mereka sekarang tersedia bedeng khusus untuk siswa-siswa sekolah Dian Harapan, juga untuk teman-teman dari Blogger Makassar.
Pagi itu pertamakalinya saya ikut berkebun bersama mereka meski saya sendiri lebih banyak duduk dan memotret kegiatan mereka. Ada sesuatu yang saya tangkap dari interaksi mereka. Ada keceriaan dan persahabatan hangat yang mengalir deras. Saya membayangkannya sebagai benih yang ditanam seperti mereka menanam benih kangkung di hari itu. Suatu hari nanti mereka akan memetiknya, hasil dari sebuah ketulusan.
Ah, senang sekali berada di antara anak-anak muda yang rajin berkebun ini.
[dG]
menanam itu sama dengan memberi hidup kan, pahalanya dunia akhirat kata orang tua.. mari menanam benih agar tumbuh dan berkembang 😀
menanam benih? kok konotasi yg saya serap berbeda ya?! #eaaaa
jadi tanam kangkung ya? liat dong foto petak kebunnya AM 😀
Ah, dasar otak lo :))
Itu yg dicangkul Anbhar bedengnya AM
loh jadi apatoh om, menanam benih dulu baru jadi bibit kan? apa saya salah diksi yah 😛
kaka2…klo ada acara lanjutan spt ini ajak2 tonga nah…hehe
salam kenal untuk semua crew AM