Makassar Harus Aman

Mungkin kita butuh mereka
Mungkin kita butuh mereka

Ada kejadian luar biasa yang kerap terjadi sebulan belakangan ini di kota Makassar. Tapi kata Kapoltabes Makassar belum mengganggu dan kata pak Walikota sabar saja dulu.

Dalam sekira sebulan belakangan ini ada 1 topik yang lagi hangat dibahas pelaku media sosial di kota Makassar, topik yang sebenarnya meresahkan. Pasalnya, belakangan ini tingkah preman jalanan di malam hari semakin merajalela. Korbannya mulai dari mini market sampai pengendara bermotor. Harta benda dirampas dan bahkan beberapa nyawa melayang.

Para pelaku banyak menggunakan senjata tajam, dari badik, parang sampai ketapel tajam yang kalau di Makassar lazim disebut busur. Sebaran lokasi kejadian juga hampir merata di semua sudut kota meski sebagian besar memang terjadi di lokasi yang sepi dan gelap. Tadinya jam kejadian lebih banyak berkisar di antara jam 11 malam sampai jam 3 subuh, tapi pelan-pelan bergeser menjadi lebih pagi.

Beberapa kasus terakhir terjadi jam 8 malam dan ada juga yang terjadi jam 5 subuh. Padahal dua jam itu harusnya jadi jam yang masih terhitung aman karena suasana relatif masih dan mulai ramai.

Hal yang membuat warga gemas adalah lambannya kerja aparat dan pemerintah kota. Di sebuah laman berita Kapolrestabes kota Makassar bahkan menyebut kejadian ini belum mengganggu. Saya bisa memaafkannya, mungkin si bapak belum merasakan sakitnya kehilangan anggota keluarga yang dirampok di jalan atau jadi korban senjata tajam pelaku.

Jadi mungkin maksud si bapak, kejadian ini belum mengganggu dirinya dan keluarganya. Kalau masyarakat umum tidak ada urusan, mau terganggu atau merasa tidak aman, itu urusan mereka. Siapa suruh jadi rakyat biasa yang tidak punya senjata. Mungkin itu yang ada di pikiran si bapak.

Pemerintah kota juga masih terasa tenang-tenang saja menanggapi keresahan ini. Pemerintah kota Makassar meminta warga bersabar karena katanya mereka sedang merencanakan untuk memasang CCTV di beberapa tempat yang rawan jadi tempat terjadinya aksi pembegalan dan perampokan oleh gerombolan bermotor itu.

Singkatnya pemerintah kota ingin mengatakan kalau CCTV itu nantinya kalau sudah terpasang akan bisa berlaku seperti super hero, begitu ada pelaku kejahatan yang akan melaksanakan aksinya maka CCTV itu akan otomatis mengeluarkan sinar laser yang menyasar selangkangan si pelaku, memanasi penis si pelaku sampai dia impoten dan tidak akan bisa melihat penisnya bangun lagi.

Makanya pemerintah kota Makassar meminta warganya untuk bersabar sambil menunggu si CCTV super sakti itu datang. Yaa kalau ada yang jadi korban sebelum si CCTV itu hadir sabar saja, namanya juga musibah. Kita tidak tahu kapan datangnya, bukan begitu pak Wali?

*****

Sebenarnya apa yang terjadi di kota ini? Kenapa tingkah penjahat bermotor itu makin brutal? Makin disorot media malah makin tambah ganas?

Analisa sok tahu saya ada dua: pertama mungkin pelakunya memang banyak anak-anak ababil yang makin disorot malah makin semangat. Terbukti beberapa yang ditangkap polisi memang masih berusia belasan tahun alias masih gampang galau. (skip soal galau ini karena ada juga teman yang sudah tiga puluhan tahun tapi masih rajin menggalau).

Mungkin saja mereka memang anak-anak yang justru berbunga-bunga hatinya, kembang kempis hidungnya ketika tahu kalau mereka jadi sorotan media dan diobrolkan banyak orang. Maka kemudian makin rajinlah mereka membuat ulah, biar semakin eksis kata anak sekarang.

Sayangnya, mereka kurang menggunakan media sosial. Padahal harusnya setiap kali habis melakukan aksi mereka bisa foto selfie bersama korban dan alat kejahatannya lalu upload di Facebook, Twitter, Path dan Instagram. Biar makin eksis maksudnya.

Analisa kedua saya, semua kejahatan ini memang ada yang mengatur. Ada unsur politis di sini, ada pihak-pihak yang siap mengail di air keruh.

Jadi begini, saya akan coba mengulik berdasarkan film spionase yang pernah saya tonton. Judulnya “Johnny English”, kalau kalian tidak tahu filmnya berarti kalian masih harus belajar banyak soal spionase dan dunia intelejen.

Kekacauan ini adalah perpanjangan dari kekacauan politik lain yang terjadi di kota ini. Ada pihak yang sakit hati karena pertarungan politik lalu berusaha menghimpun kekuatan jahat untuk merusak citra lawan politiknya. Ketika makin disorot media, aksi ini makin dibesar-besarkan supaya citra lawan politiknya makin rusak. Itu tujuan akhirnya.

Demikian yang saya pelajari dari film Johnny English itu.

Jadi begitulah, Makassar belakangan ini memang agak kurang nyaman untuk dipakai beraktifitas di malam hari. Beberapa teman (laki-laki) yang biasa menerima bookingan dan orderan di malam hari terpaksa tidak bisa beraktifitas seperti biasa, kasihan padahal mereka sedang sibuk menabung untuk uang panai biar bisa ikut merasakan nikmatnya menikah.

Memang serba salah, sebagai warga yang tidak punya kuasa kita hanya bisa berteriak dan meminta aparat dan pemerintah kota untuk beraksi. Mempersenjatai diri sendiri sebenarnya bisa saja, tapi salah-salah malah bisa berakhir di penjara karena kurang mengerti cara menghindari polisi. Kasihan kan, sudah tuna asmara dipenjara pula.

Lalu, kita bisa apa? Paling sederhana yang mencari pak Walikota dan pak Kapoltabes, titip pesan sama mereka berdua. Kalau ketemu tolong sampaikan kalau Makassar Harus Aman. [dG]